Beberapa Cara Mudah Ketahui Kapan Anda Balik Modal dari Saham

Pasang Iklan Disini

WikimedanBeberapa Cara Mudah Ketahui Kapan Anda Balik Modal dari Saham. Bagi Anda yang sudah terjun ke investasi saham, Anda mungkin sering menggunakan metode valuasi price to earning ratio (PE Ratio) dan price to book value (PBV). Namun jangan lupa bahwa ada metode lain yang bisa digunakan dan cukup menarik untuk Anda coba, dan bisa memprediksi kapan Anda balik modal.

Metode ini adalah EV/CFO atau metode perbandingan enterprise value dan arus kas operasi. EV/CFO akan memberi gambaran soal kapan Anda akan balik modal ketika seseorang mengakuisisi perusahaan ini.

Sebut saja, jika nilainya adalah 10, maka butuh 10 tahun untuk balik modal. Sementara itu bila hasilnya nol koma sekian, maka investor berpotensi balik modal selama kurang dari setahun.

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai metode EV/CFO yang patut Anda ketahui.

Enterprise Value (EV)

EV merupakan nilai perusahaan saat ini. Untuk mencari nilai EV, Anda bisa menggunakan rumus:

(Market cap + utang bank) – kas dan setara kas

EV sangat tepat digunakan bagi seseorang yang benar-benar ingin mengakuisisi sebuah perusahaan lantaran EV memasukkan komponen utang di dalamnya.

Ketika kita mengakuisisi perusahaan, kita tentu akan menanggung seluruh utang perusahaan itu dan memegang aset lancar berupa kas yang jadi hak kita.

Menilai perusahaan lewat EV dinilai cukup lebih akurat ketimbang hanya lewat kapitalisasi pasar (market cap). Karena jika kita hanya berpatok pada kapitalisasi pasar market cap sangat dipengaruhi oleh harga dan jumlah saham beredar saja.

Arus kas operasional

Arus kas operasi adalah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan dalam periode tertentu. Informasi mengenai nilai arus kas operasional tentu bisa Anda temukan di laporan keuangan tahunan atau kuartalan.

Adapun kas masuknya adalah penerimaan kas dari pelanggan atas penjualan barang dan jasa. Sementara kas keluarnya adalah segala pembayaran ke pemasok, gaji karyawan, pembayaran-pembayaran lain yang terkait operasional.

Arus kas negatif menandakan besarnya pengeluaran operasional ketimbang penjualan ke pelanggan. Begitu pun sebaliknya, jika positif maka operasional perusahaan dinilai cukup baik.

Arus kas merupakan salah satu komponen yang cukup nyata untuk menilai apakah perusahaan tersebut benar-benar bisa mencatatkan penjualan atau sebaliknya.

Karena laba bersih terdiri dari banyak komponen. Bisa saja perusahaan mencatat laba bersih karena menjual aset dan arus kas operasionalnya minus.

Simulasi perhitungan EV/CFO

Sekarang mari kita lakukan simulasi perhitungan valuasi saham dengan menggunakan EV/CFO.

Anggap saja, di laporan keuangan perusahaan A, tercatat nilai di bawah ini:

Kapitalisasi pasar Rp 525 miliar

Utang bank Rp 11 miliar

Kas Rp 432 miliar

Rata-rata arus kas operasional tiga tahunnya mencapai Rp 187 miliar

Enterprise Value dari perusahaan ini adalah:

(Rp 525 miliar + 11 miliar) – Rp 432 miliar = Rp 104 miliar

Nilai EV/CFO perusahaan ini adalah Rp 104/Rp 187 miliar = 0,6 kali. Hal ini menunjukkan bahwa biaya modal yang digunakan investor untuk mengakuisisi perusahaan itu sudah bisa kembali atau terbayarkan dalam enam bulan saja, mengacu pada kondisi di laporan keuangan terakhir.

Intinya, semakin rendah EV/CFO makin baik karena hal itu menandakan seberapa cepat Anda balik modal.

Apa gunanya PER dan PBV kalau sudah ada EV/CFO?

Keberadaan EV/CFO tidak semerta-merta menggantikan PER dan PBV. PER dan PBV masih sangat berguna untuk mengukur harga saham secara historis jika didasarkan dari pendapatannya dan secara nilai bukunya.

PER dan PBV tentu bisa menjadi acuan seputar kapan waktu yang tepat buat Anda membeli saham tersebut.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *