Siapa Frank Hoogerbeets? Peramal Gempa Turki Warning Gempa RI

Pasang Iklan Disini

Wikimedan – Siapa Frank Hoogerbeets? Peramal Gempa Turki Warning Gempa RI. Sosok Frank Hoogerbeets membuat berita. Pasalnya, ahli kegempaan itu, kembali menjelaskan prediksinya soal gempa besar yang akan terjadi di Maret ini.

Ramalan ini diungkapkan dalam video yang diunggah di Youtube, 27 Februari lalu. Ia menuturkan gempa akan sangat besar hingga magnitudonya 8.

Ia pun menyebut ada wilayah RI yang kemungkinan berpotensi terkena. Yakni Sulawesi, Halmahera dan Laut Banda.

“Konvergensi geometri planet kritis sekitar 2 dan 5 Maret dapat mengakibatkan aktivitas seismik besar hingga sangat besar,” katanya dalam video itu.

“Bahkan mungkin gempa dorong besar sekitar 3-4 Maret dan atau 6-7 Maret”, tambahnya.

“Daerah yang terkena dampak dapat membentang ribuan kilometer, dari Semenanjung Kamchatka dan Kepulauan Kuril di Timur Jauh Rusia, sampai ke Filipina … Sulawesi, Halmahera, mungkin Laut Banda, Indonesia,” ujar ilmuwan itu.

Meski demikian, ia menegaskan ini hanya peringatan. Menurutnya apa yang dikatakannya bukan untuk menakut-nakuti.

“Jika kamu berada di wilayah rentan gempa, kamu harus selalu membuat rencana gempa. Apapun ramalannya, kamu harus membuat rencana,” tegasnya.

“Jadi ketika tanah bergerak, kamu bisa keluar dari rumah tau bangunan dengan cepat … Kamu harus ekstra waspada,” tambahnya lagi.

Lalu Siapa Dia?

Dalam laman resminya, ia bekerja di SSGEOS (Solar System Geometry Survey). Ini adalah lembaga penelitian yang memantau pengaruh posisi geometri benda langit terhadap aktivitas seismik.

Hoogerbeets sebelumnya pernah meramalkan gempa Turki, tiga hari sebelum kejadian. Gempa dengan magnitudo 7,8 pada 6 Februari menewaskan sekitar 50.000 orang.

“Cepat atau lambat akan ada gempa magnitudo 7,5 di wilayah ini (Turki selatan-tengah, Yordania, Suriah, Lebanon),” tulis Hoogerbeets, 3 Februari 2023.

Setelahnya, ramalan itu menjadi viral di media sosial karena gempa dahsyat benar-benar terjadi di Turki. Hoogerbeets pun menjelaskan dalam tweet baru bagaimana dia menebak tragedi tersebut.

Salah satu penelitian lain yang fenomenal dilakukan adalah pada 23 Juni 2014 ketika terjadi gempa besar di Pasifik. Pada saat gempa terjadi, Ia dan SSGEOS melihat kalau enam benda langit terlihat menyatu berbentuk segitiga.

“Dari sini kami menyimpulkan bahwa kuncinya adalah kondisi kerak bumi, yaitu jumlah tekanan antara lempeng tektonik dan apakah bagian patahan telah mencapai batasan regangannya atau tidak,” katanya.

“Ini secara logis akan menunjukkan hubungan langsung antara penumpukan tekanan di kerak bumi dan muatan elektromagnetik dari geometri planet kritis,” tambahnya.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *