Pakai Jas hingga Buka Perpustakaan Keliling, Para Penjual Cilok Ini jadi Sorotan Netizen

Pasang Iklan Disini

Wikimedan – Ada banyak cara dari para penjual cilok untuk menarik perhatian konsumen agar mau membeli barang yang dijajakan. Mulai dari menggunakan jas kantoran, membawa buku bacaan, dan sebagainya. Tak hanya sukses menarik perhatian, tapi kreativitas mereka tersebut juga menjadi inspirasi bagi sesama.

Ada banyak hal-hal yang mulia sekaligus luar biasa di sela-sela waktu mereka berjualan cilok. Sebuah teladan langka yang mungkin bakal membuat siapa pun tak menyangka, namun benar-benar dilakukan oleh para penjual cilok tersebut. Apa yang dilakukan dan siapa sajakah mereka?

Penjual cilok berjas yang tetap gigih berdagang meski dianggap stres

Agus Mujianto menggunakan jas, dasi dan sepati pantofel saat hendak menjual ciloknya di pasar Jenggawah, Jember [sumber gambar]Hujatan yang kerap ditujukan pada dirinya bukanlah penghalang bagi Muji untuk terus berdagang. Pria yang sehari-hari berjualan cilok dan bakso di Pasar Jenggawah, Kecamatan Jenggawah, Jember, itu memang nyentrik lantaran menggunakan jas bekas layaknya orang kantoran. Muji pun sering dianggap stres dengan aksinya tersebut. Siapa sangka, kostum dengan jas itulah yang justru membuat dirinya mampu menghasilkan omset Rp200.000 per hari.

Berjualan cilok sekaligus menjadi perpustakaan keliling

Pedagang cilok yang berjualan sambil membawa buku [sumber gambar]Cara yang dilakukan oleh Mohammad Lutfan Efendi untuk membiasakan budaya literasi memang sungguh luar biasa. Sambil berjualan cilok keliling, pria asal Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang ini membawa sejumlah buku dalam satu rombongnya. Hal tersebut dilakukannya karena merasa prihatin dengan anak-anak saat ini yang cenderung mementingkan gadget daripada membaca buku.

Anggota Polisi yang tak malu berjualan cilok untuk menambah penghasilan

Berjualan cilok untuk menambah penghasilan keluarga [sumber gambar]Tak ada rasa risih maupun malu yang dirasakan oleh Bripka Toni Purwanto. Polisi yang berdinas di Polda DIY itu berjualan cilok untuk mencari penghasilan tambahan sekaligus menyalurkan hobi memasak. “Lumayan buat tambahan penghasilan, dipakai buat uang jajan anak dan bayar SPP. Ini juga bisa waktu jualan sambil sosialisasi aturan hukum ke masyarakat,” ucap Toni yang dikutip dari Detik (10/07/2018).

Gadis bercadar yang berjualan cilok demi kuliah

Nova dan cilok yang dijualnya sehari-hari dengan menggunakan gerobak [sumber gambar]Demi memenuhi impiannya menempuh kuliah, sosok Nova Purpitasari rela berjualan cilok keliling setiap harinya. Gadis bercadar asal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat itu mampu mengumpulkan uang Rp40 ribu-Rp60 ribu per hari yang ditabungnya untuk biaya kuliah. Sebagian dari hasil tersebut juga disisihkan sebagai biaya hidup dengan sang ibu. Kisahnya yang viral membuat Nova akhirnya mendapat tawaran beasiswa dari organisasi masyarakat Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) Ciamis untuk berkuliah.

Tak lupa mengaji dan beribadah di sela-sela berjualan cilok

Muhammad Arifin berjualan cilok dan tak lupa mengaji di sela-sela aktivitasnya [sumber gambar]Sosok bernama Muhammad Arifin sempat viral beberapa waktu sebagai penjual cilok yang taat beribadah di sela-sela aktivitasnya berjualan. Kisah yang dibagikan oleh pemilik akun Facebook Masjid Hasanuddin Madjedie tersebut, sekilas memperlihatkan Arifin berpenampilan layaknya anak punk di jalanan. Namun begitu azan berkumandang, ia bergegas meninggalkan dagangannya dan ikut beribadah maupun menyempatkan diri untuk mengaji.

Para penjual cilok di atas tak hanya sekedar berjualan. Lebih dari itu, mereka memiliki tujuan mulia sekaligus hal-hal menakjubkan yang tidak kita sadari sebelumnya. Mulai dari kegigihan mereka mencari nafkah, berbagi pada sesama, hingga tak melupakan kewajiban untuk beribadah kepada-Nya. Sebuah hal yang mungkin luput dari pandangan hanya karena mereka dilihat sebagai penjual cilok semata.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *