Teknologi

Membandingkan Dukungan GoJek dan Starbucks Terhadap LGBT

Indodax


[ad_1]

Jakarta, Wikimedan – Pekan lalu, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan munculnya tagar #UninstallGojek. Tagar ini menjadi viral setelah muncul sebuah unggahan di media sosial yang dinilai sebagian warganet sebagai tanda penerimaan Gojek terhadap kelompok LGBT di Indonesia.

Dalam postingan Brata Santoso yang menjabat sebagai Wakil Presiden Pengembangan Bisnis dan Operasi Gojek pada Kamis (11/10/2018) mengatakan bahwa Gojek menerima beragam latar belakang karyawan, termasuk LGBT. Tertulis dalam postingan tersebut, Gojek memiliki sekitar 30 lebih karyawan LGBT.

Tak ingin menjadi polemik, manajemen GoJek segera merilis pernyataan resmi.

“Terkait postingan yang beredar di media sosial, perlu kami tegaskan bahwa posting tersebut merupakan pendapat dan intepretasi pribadi dari salah satu karyawan Gojek, terhadap salah satu event internal dengan tema keberagaman. Gojek selalu menjunjung tinggi nilai-nilai dan budaya Indonesia, negeri tempat kita lahir, tumbuh dan berkembang. Pada intinya, Gojek adalah bagian dari Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika,” ungkap Gojek.

Meski telah membuat pernyataan resmi, postingan itu malah membuat masyarakat bingung. Tak ada ketegasan GoJek terhadap LGBT. Malah terkesan mendukung, karena urusan keberagaman didegradasi hanya dari sisi orientasi seksual semata. Hal ini malah dianggap sebagai propaganda praktek LGBT di Indonesia yang jelas-jelas dilarang oleh Undang-Undang.

Harus diakui, saat ini banyak perusahaan global yang mengakomodasi LGBT, tetapi tak pernah ada pejabatnya terkesan mengkampanyekan atau membuat kegiatan yang mengakomodir preferensi seksual untuk kantornya di Indonesia.

Apa yang dilakukan GoJek malah sudah offside, mengingat Gojek merupakan karya anak bangsa, meski kini sudah milik asing. Mungkin karena sudah dikuasai oleh investor asing, GoJek sudah menjadi lebih liberal dibandingkan perusahaan asli Indonesia lainnya. Sehingga melupakan nilai-nilai budaya yang seharusnya kita jaga bersama.

Dalam hal ini, mungkin Brata Santosa ingin meniru CEO Starbucks, Howard Schultz. Seperti kita ketahui, Howard Schultz terang-terangan mendukung LGBT.

Di hadapan para pemegang saham, Schultz menegaskan bahwa dirinya menyerukan dukungan terhadap pernikahan sejenis. Pernyataan ini sebenarnya sudah lama diungkapkan Schultz dalam rapat pemegang saham.

Akibatnya muncullah seruan-seruan untuk memboikot perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut. Padahal, Starbucks bukan satu-satunya perusahaan yang mendukung LGBT. Misalnya Coca-Cola, Facebook, Nike, Adidas, Google, Pepsi, Apple, Toyota, Honda, Oreo, Microsoft, dan banyak lagi yang lainnya.

Apakah tagar #UninstallGojek dapat berujung pada seruan boikot seperti yang terjadi pada Starbucks?

[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *