Cara Mudah Menkes Deteksi Negara Maju
Wikimedan – Cara Mudah Menkes Deteksi Negara Maju. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ternyata memiliki cara khusus mendeteksi sebuah negara akan gagal menjadi negara maju. Salah satunya dengan mengunjungi Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas-nya.
Dengan mendatangi Puskesmas, Budi mampu melihat mayoritas pengunjungnya. Bila pengunjungnya didominasi penduduk usia tua, dan pendapatan atau gaji setiap penduduknya masih jauh di bawah US$ 13.000 per tahun, maka negara itu telah masuk ke dalam jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.
“Contoh Brasil, pendapatannya US$ 8.200 di atas Indonesia. Saya datang ke sana, kemarin, masuk ke Puskesmas nya,” kata Budi dalam acara Peresmian Bersama Mal Pelayanan Publik (MPP) dan Penguatan Komitmen Penerapan MPP Digital bersama para kepala daerah, seperti dikutip Jumat (8/3/2024).
“Di Indonesia isinya ibu hamil sama anak-anak, di Brasil yang datang orang tua, kayak saya nih kan 60 tahun, nah Brazil menurut saya sangat sulit menjadi negara maju karena populasinya sudah tua, aging. Enggak punya bahan bakar momentum untuk tembus angka US$ 13.000,” tuturnya.
Di Indonesia, Budi mengatakan, mayoritas pengunjungnya masih di dominasi oleh anak dan ibu hamil, karena belum mencapai masa puncak bonus demografi atau dominannya penduduk berusia produktif dalam struktur masyarakat. Maka, masih belum bisa dikategorikan masuk middle income trap dan gagal menjadi negara maju.
Namun, dia mengingatkan puncak bonus demografi Indonesia bukan berarti masih lama terjadi. Melainkan hanya sekitar 6-11 tahun ke depan atau tepatnya 2030-2035. Jika sampai tahun itu pendapatan penduduk Indonesia tak sampai US$ 13.000 per tahun, ia memastikan rakyat Indonesia akan tua sebelum kaya dan akan sulit merasakan menjadi penduduk negara maju.
“Jadi kalau bangsa Indonesia dalam 6-11 tahun lagi gagal menembus US$ 13.000 seumur hidup bangsa ini, anak, cucu kita, enggak akan pernah merasakan hidup sebagai negara maju. Itu dosa semua bapak-bapak yang ada di sini, dan ibu-ibunya sekalian,” kata Budi dalam acara yang dihadiri para kepala daerah itu.
Budi mengatakan, sebetulnya mudah mengukur pendapatan per kapita masyarakat saat ini, yakni hanya dengan melihat gajinya. Mayoritas penduduk Indonesia masih bergaji Rp 5 juta per bulan atau US$ 4.800 per tahun, sedangkan negara maju Rp 15 juta per bulan atau US$13.000 per tahun.
“Jadi Pak Bupati, Kepala Daerah, gampang ngeceknya kalau ada reuni SMA atau kumpul-kumpul keluarga tanyain satu-satu gajinya berapa sebulan? Rp 10 juta, Rp 5 juta, nah itu belum negara maju, belum daerah maju, belum kabupaten-kota maju, kalau maju gaji Rp 20 juta, Rp 25 juta,” ungkap Budi.
Untuk mencapai target pendapatan Rp 15 juta per bulan dalam rentang waktu 6-11 tahun pun menurut Budi rumusnya cuma dua, yaitu setiap masyarakatnya harus sehat sedari dalam kandungan ibunya atau tidak stunting, serta cerdas ketika masuk usia muda hingga dewasa.
“Saya sebagai menteri kesehatan bilang rumusnya dua, mau pemerintahnya efektif, mau punya jalan tol, pelabuhan, sistem digital, kalau orangnya enggak sehat dan enggak pintar, enggak mungkin gajinya Rp 15 juta per bulan, percaya sama saya,” ungkap Budi.
Untuk menjaga kesehatan masyarakat, Budi mengatakan, saat ini Indonesia memiliki 250 ribu dokter, terdiri dari 150 ribu dokter umum, 50 ribu dokter gigi 50 ribu dokter spesialis. Lalu, ada 1,6 juta tenaga kesehatan, yang termasuk di dalamnya 700 ribu perawat, dan ada pula 1,5 juta kader posyandu.
“Ini sangat menentukan apakah kita berhasil menyehatkan masyarakat kita sehingga pendapatannya Rp 15 juta, sehingga bisa jadi negara maju. Saya ngomong sama mereka, tapi Pak izinnya ribet, susah, mahal enggak transparan. Ponakan bapak dapatnya cepat, ponakan saya enggak dapat-dapat,” ucap Budi.
“Jadi saya berfikir bagaimana caranya memudahkan, memurahkan, dan mentransparankan perizinan,” tegasnya.