Berita Nasional

Berita : Pengorbanan Ibu Rohingya Jadi Pengasuh Anak-anak Telantar

Indodax


Wikimedan – Perempuan yang sedang mengandung itu dengan terpaksa diseret Dildar Begum untuk pergi. Meninggalkan sang suami yang tewas tertembak tanpa sempat dimakamkan. Meninggalkan kampung mereka di Burthdaung yang dibumihanguskan militer Myanmar.

Bersama perempuan hamil yang juga tetangganya itu, Begum akhirnya terdampar di Cox’s Bazar, Bangladesh, negeri jiran Myanmar. Tempat para pengungsi Rohingya seperti Begum mengungsi.

Beberapa bulan kemudian, pada akhir 2017, si tetangga tadi melahirkan di dalam gubuk tempat penampungan Kutupalong, Cox’s Bazar. Malam itu hujan turun deras. Di tengah derasnya air yang turun, napas sang tetangga terhenti karena pendarahan.

Membesarkan anak di pengungsian jelas bukan tugas ringan. Makanan terbatas. Tempat tinggal seadanya (EPA)

Sedangkan bayi perempuannya selamat dan diberi nama Rahima. Dildar pun menjadi ibu asuh baginya. ’’Saya anggap ini takdir dari Tuhan,’’ ujarnya kepada The Guardian.

Membesarkan anak di pengungsian jelas bukan tugas ringan. Makanan terbatas. Tempat tinggal seadanya. ’’Terkadang, saya merasa tak sanggup merawat bayi di masa seperti ini,’’ ujar Dildar.

Wajar saja ibu yang sudah melahirkan tiga anak itu mengeluh. Selain harus begadang menjaga bayi, dia harus mencari makanan tambahan sehari-hari. Ditambah lagi, Rahima menolak ASI dari dua putri tertua Begum.

Satu bungkus susu formula di sana dihargai 590 taka (Rp 102 ribu). United Nations Population Fund (UNPFA) dan Medecins Sans Frontieres (MSF) memang tak menyediakan bantuan susu formula. Mereka berfokus pada program ibu susu dan terapi bayi.

Di tengah semua kesusahan itu, Dildar hanya berharap Rahima menjadi sumber kekuatannya di masa depan. ’’Saya harap dia bisa merawat saya saat saya sudah tua,’’ ucapnya.

Dildar menjadi salah satu contoh dari sebuah tren yang muncul dalam komunitas Rohingya. Sejak setahun terusir dari akar mereka di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, banyak anak-anak Rohingya yang lahir telantar. Save The Children memperkirakan terdapat 48 ribu anak lahir tahun ini.

Mereka lahir di antara banyaknya upaya untuk menggugurkan janin. Kebanyakan orang tua tak mau membawa sang jabang bayi ke dunia penuh kegelapan. Banyak di antara janin itu yang merupakan hasil pemerkosaan.

’’Hal itu dilakukan banyak keluarga. Tapi, tak banyak yang mau bercerita karena itu adalah hal yang tabu,’’ ujar Sayeda Khatun, bidan tradisional di tempat penampungan.

Tapi, dengan segala kekurangan, kaum Rohingya seperti menciptakan sistem pengasuhan anak. Anak telantar langsung dirangkul keluarga yang masih bertahan. ’’Komunitas di sini sangat terbuka untuk menerima anak asuh,’’ jelas Cook.

Sakhirna Begum, misalnya. Janda 35 tahun itu juga mendapatkan putra satu-satunya saat berburu di hutan. Ibu lima putri itu menemukan sang bayi masih berlimpah darah di depan rumah saat dirinya berjalan menuju Bangladesh. Tanpa pikir panjang, dia menggendong bayi tersebut dan melanjutkan perjalanan.

Sampai di penampungan, sang bayi putra bahkan disusui lebih lama oleh salah seorang anak perempuan Sakhirna. ’’Dia adalah putra semata wayang saya,’’ ujar perempuan 35 tahun itu.

(bil/c19/ttg)

Kategori : Berita Nasional
Sumber : https://jawapos.com/internasional/29/12/2018/pengorbanan-ibu-rohingya-jadi-pengasuh-anak-anak-telantar

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *