Cryptocurrency

Wall Street Ambruk Lagi, Bursa Asia Dibuka Kebakaran

Indodax


Wikimedan.com – Wall Street Ambruk Lagi, Bursa Asia Dibuka Kebakaran. Bursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Jumat (10/6/2022), menyusul amblesnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin waktu setempat.

Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka ambruk 1,72%, Nikkei Jepang ambles 1,39%, Shanghai Composite China melemah 0,69%, Straits Times Singapura merosot 0,85%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,36%, dan KOSPI Korea Selatan ambrol 1,28%.

Dari China, data inflasi periode Mei 2022 akan dirilis pada hari ini pukul 09:30 waktu setempat. Konsensus pasar dalam polling Tradingeconomics memperkirakan inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) China pada bulan lalu melandai 2% secara tahunan (year-on-year/yoy), tetapi menanjak 0,5% secara bulanan (month-on-month/mom).

Sedangkan inflasi China dari sisi produsen (producer price index/PPI) pada bulan lalu, pasar berekspektasi mengalami kenaikan 7,9%.

Masih dari China, utamanya di Hong Kong, Investor juga akan memantau saham Alibaba yang terdaftar di Hong Kong, setelah bos Ant Group, Jack Ma dan regulator China menghentikan pembicaraan tentang menghidupkan kembali daftar publik Ant. Saham Alibaba yang terdaftar di bursa AS anjlok 8,13%, setelah adanya kabar tersebut.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah pada hari ini terjadi di tengah amblesnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin waktu setempat.

Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,94% ke 32.272,789, S&P 500 ambruk 2,38% ke posisi 4.017,82, dan Nasdaq anjlok 2,74% menjadi 11.754,62.

Investor di Wall Street sepertinya tidak berani bermain agresif karena menati rilis data inflasi Negeri Paman Sam yang akan dirilis malam ini waktu Indonesia.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu berada di 8,3% (yoy), tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi masih bertahan di level yang sangat tinggi.

Jika inflasi masih tinggi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bp) ke 1,25-1,5% dalam rapat bulan ini. Peluang ke arah sana mencapai 94,9%.

Kenaikan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Suku bunga tinggi akan membuat biaya ekspansi emiten menjadi lebih mahal sehingga laba akan tergerus.

Selain memantau inflasi di AS, investor juga menimbang dari hasil rapat bank sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB). Bank sentral Benua Biru tersebut tetap mempertahankan suku bunga acuan deposit rate -0,5%. Suku bunga acuan berada di teritori negatif sejak 2014.

Namun, nada hawkish sangat kentara dalam rapat kali ini. Program pembelian aset alias quantitative easing (QE) akan berakhir pada 1 Juli, dan dalam rapat 21 Juli mulai menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp.

“Dewan berencana kenaikan suku bunga kebijakan sebesar 25 bp dalam Juli. Dewan juga memperkirakan ada kenaikan lagi pada September. Jika inflasi diperkirakan masih tinggi, maka kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi pada September menjadi layak,” sebut keterangan tertulis ECB.

“Kami akan memastikan inflasi kembali sesuai target 2% dalam jangka menengah. Ini bukan langkah, tetapi perjalanan,” kata Lagarde dalam konferensi pers usai rapat, sebagaimana diwartakan Reuters.

Dalam proyeksi terbarunya, ECB memperkirakan inflasi di Zona Euro pada 2022 mencapai 6,8%. Naik ketimbang proyeksi sebelumnya yakni 5,1%.

“Jika Anda ingin (inflasi) bisa 2,1% pada 2024 dan seterusnya, apakah penyesuaian (suku bunga acuan) akan lebih tinggi? Jawabannya adalah ya,” lanjut Lagarde.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *