USDJPY Bearish Meski Data Jepang Negatif, Risk Off yang Bertahan Menjadi Penyebabnya
Pergerakan pasangan mata uang USDJPY bearish menuju ke nilai tukar 107,68 menjelang pembukaan sesi Eropa hari Rabu (1/7). Sebelumnya pasangan mengalami penurunan dan menjauh dari puncak yang tertinggi saat sesi Asia yang berada di 108,16. Penurunan ini memang cukup membingungkan banyak pihak. Karena data dalam negeri Jepang dilaporkan dengan hasil yang suram.
Data mengenai produksi Jepang mengalami penurunan yang cukup dalam menuju ke terendah dalam 10 tahun terakhir. Kondisi itu terjadi akibat pandemi virus Corona yang terus menyebabkan kegiatan ekspor dan impor Jepang terhenti. Padahal Jepang sangat mengandalkan aktivitas ekspor impor untuk mendapatkan penghasilan dari sektor produksi. Tapi walaupun suram, pasangan USDJPY bearish menggambarkan optimisme yang terlihat pada Yen Jepang.
Padahal data dari China tadi pagi juga dilaporkan dengan hasil yang lebih baik dari prediksi. Data mengenai IMP sektor manufaktur Caixin mengalami kenaikan menuju ke 51,2 pada laporan bulan Juni. Data itu jauh lebih tinggi dibandingkan laporan data bulan Mei yang berada di 50,4. Sehingga memberikan indikasi bahwa negara ekonomi terbesar nomor dua itu berusaha memulihkan diri lebih baik lagi.
Seharusnya kondisi ini justru menyebabkan Dolar AS menguat dan membawa USDJPY naik lebih tinggi. Apalagi posisi tolak ukur risiko yaitu imbal hasil obligasi Treasury AS dalam 10 tahun juga pulih menjadi lebih tinggi lagi sampai ke 0,70%.
Kemungkinan penyebab USDJPY bearish adalah karena sifat Yen Jepang sebagai aset safe haven global. Karena selama beberapa waktu terakhir, kontrak berjangka S&P 500 mencatatkan penurunan sampai 0,28%. Walaupun saham Asia justru mengalami beberapa kenaikan dan penurunan yang beragam. Tekanan bisa datang dari kondisi pandemi yang belum ada tanda-tanda perbaikan signifikan.