Setelah 20 Tahun, Saman Bale Asam Kembali Ditampilkan

Pasang Iklan Disini

Wikimedan – Saman Bale Asam adalah pertunjukkan Saman yang dilaksanakan pada siang hari dalam rangka peringatan hari besar bagi masyarakat Suku Gayo di Kabupaten Gayo Lues. Saman ini dilaksanakan secara bersama-sama di sebuah lapangan oleh para muda-mudi dari 11 kecamatan di Kabupaten Gayo Lues.

Seperti tertulis di situs resmi milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, dalam acara Saman Bale Asem, biasanya panitia acara akan mengundang grup saman dari berbagai desa untuk bertemu dan bertanding, sehingga ragam gerakkan per-wilayah akan berbeda-beda dan tidak serempak. Saman ini terdiri dari Keketer, Rengum, Salam, Gerakan Tari, Ulu Ni Lagu, Anak ni Lagu, Saur, Syair, Guncang dan Penutup. Konon, tarian ini sudah tidak ditarikan lagi sejak tahun 1980-an.

Oleh karena itu, setelah lebih dari 20 tahun, Saman yang memiliki unsur tari, gerak dan vokal yang ditampilkan secara bersama tersebut, akan menjadi penutup rangkaian Festival Budaya Saman 2018 pada 24 November 2018 nanti di Lapangan Seribu Bukit, Kabupaten Gayo Lues. Acara penutupan itu pun sekaligus menutup rangkaian Gayo Alas Mountain International (GAMI) Festival
yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KemenkoPMK) September lalu.

Ditampilkan Kembali Sejak 20 Tahun Silam, Saman Bale Asam Jadi Penutup Festival Budaya Saman 2018
Saman Bale Asam menjadi penutup rangkaian Festival Budaya Saman 2018 pada 24 November 2018 nanti di Lapangan Seribu Bukit, Kabupaten Gayo Lues. (Yuliani NN/Wikimedan)

“Bale Asam ini sudah lama tidak dilakukan, lebih dari 20 tahun. Dulu Bale Asam itu dilakukan untuk menutup Bejamo Saman, makanya, ini mau dihidupkan lagi,” ungkap Bupati Gayo Lues, Muhammad Amru di Stadion Seribu Bukit, Gayo Lues, Aceh, Sabtu (24/11).

Dahulu, Saman Bale Asem dilakukan setiap menutup rangkaian Bejamu Saman yang dilakukan setiap tahun. Bejamu Saman sendiri berarti mengundang pemuda dari desa lain untuk bermain Saman. Tujuannya untuk menjalin persaudaraan dan bersaing gerakan Saman siapa yang paling variatif dan sulit ditiru.

“Saman Bale Asem dulu dilakukan di akhir pelaksanaan Bejamo Saman. Sengaja direkonstruksi untuk menghidupkan kembali tradisi lama. Tujuannya, agar tidak hilang ditelan zaman dan agar generasi muda mengetahui banyaknya variasi Saman,” tuturnya.

Dijelaskan dalam sambutan, Saman Bale Asam di Stadion Seribu Bukit hari ini merupakan rangkaian kegiatan Festival Budaya Saman yang melibatkan 660 penari, yakni 330 penari Saman dan 330 penari Bines.

“Saman tidak lengkap rasanya tanpa Bines. Hari ini ada 660 orang penari. Saman 330 dan Bines 330 dari 11 kecamatan. Festival Budaya Saman ini terlaksana berkat kerjasama Kemendikbud dan Platform Indonesiana, dengan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues,” paparnya.

Muhammad Amru menambahkan, Indonesiana adalah platform pendukung kegiatan seni budaya di Indonesia yang bertujuan untuk membantu tata kelola kegiatan seni budaya yang berkelanjutan, berjejaring, dan berkembang. Indonesiana sendiri diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diketahui, Festival Budaya Saman digelar sejak 2 Oktober lalu, dan berakhir pada 24 November.

Dalam acara Saman Bale Asam tersebut, juga diumumkan pemenang kompetisi Lomba Foto Budaya Saman, Kompetisi Bejamu Saman, Kompetisi Bines, hingga Kompetisi Musik Etnik.

(yln/JPC)


Kategori : Berita Nasional

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *