Q4-2018, Rugi Operasi Ericsson Lebih kecil dari yang Diperkirakan

Jakarta, Wikimedan – Vendor jaringan telekomunikasi selular Ericsson melaporkan pada hari Jumat (25/1/2019) bahwa, perusahaan mampu menekan kerugian operasi pada kuartal keempat 2018.
Kerugian tersebut tercatat jauh lebih kecil dari prediksi sebelumnya. Hal itu menunjukkan perusahaan sudah berada di jalur yang tepat, untuk mencapai tujuan keuangan yang lebih baik pada 2020.
Perusahaan asal Swedia itu, mencatat kerugian operasi 1,9 miliar crown (USD 209,7 juta), dibandingkan dengan kerugian 19,3 miliar crown pada tahun lalu.
Sebelumnya, para para analis Reuters memprediksi kerugian yang bakal diderita Ericsson mencapai 3,0 miliar crown pada Q4-2018. Ericsson belum secara resmi mengumumkan pencapaian kinerja keuangan sepanjang periode tersebut. Namun, perusahaan optimis bisa memperkuat pencapaian kinerja pada Q3-2018, yang memperlihatkan perbaikan signifikan di berbagai sisi.
Sebelumnya, angka penjualan Ericsson pada kuartal ketiga 2018 terlihat lebih kuat dari perkiraan. Hal itu terutama didorong oleh aktivitas tinggi di Amerika Utara. Tercatat penjualan bersih melonjak sebesar 9 persen tahun-ke-tahun dan 8 persen sejak kuartal terakhir.
“Kami melanjutkan eksekusi pada strategi fokus kami yang kami susun satu setengah tahun yang lalu, dan itu mulai membuahkan hasil,” kata Borje Ekholm, presiden dan CEO Ericsson.
“Itu masih belum cukup baik, kami bisa melakukan yang lebih baik. Dan itulah sebabnya kami berada di jalur yang tepat untuk mencapai target untuk 2020,” kata Ekholm.
Sepanjang kuartal ketiga 2018, laba operasi Ericsson mencapai 3,2 miliar crown (USD 356,5 juta) dibandingkan dengan kerugian 3,7 miliar crown pada kuartal ketiga 2017.
Membaiknya kinerja Ericsson tak lepas dari perlombaan teknologi 5G. Vendor yang berbasis di Stockholm itu, diuntungkan oleh meningkatnya persaingan di antara empat operator top AS, yang semuanya berusaha keras untuk menjadi yang pertama memberikan layanan 5G di puluhan kota di Amerika.
“Kami melihat momentum yang sangat kuat di pasar 5G dan sebenarnya saat ini sudah ada jaringan komersial yang tersedia di Amerika Utara. Jadi, 5G bukan kata kunci lagi – itu sebenarnya kenyataan, itu terjadi,” kata Ekhom.
“Kami berada pada posisi yang baik (untuk 5G). Kami terus berinvestasi untuk menyediakan pelanggan kami dengan produk terbaik untuk meluncurkan 5G, secepat mungkin dan semudah mungkin”, imbuhnya.
5G telah menjadi semacam barometer untuk kepemimpinan teknologi. Bahkan dalam skala yang lebih luas termasuk politik, 5G menjadi medan pertikaian yang semakin intensif antara AS dan para sekutunya dengan Cina, terkait perdagangan dan keamanan nasional. Ericsson – yang dulunya salah satu pemasok peralatan komunikasi selular terbesar di dunia – saat ini menghadapi sejumlah tantangan.
Isu terbesar adalah menyangkut penurunan belanja di antara operator telekomunikasi dan persaingan yang ketat dari perusahaan-perusahaan sejenis, seperti Huawei dan Nokia.
Menurut laporan lembaga riset IHS Markit, Huawei kini menjadi vendor jaringan terbesar mengalahkan Ericsson. Vendor China itu, mendapatkan bagian di pasar infrastruktur selular pada 2017, meningkat menjadi 28 persen dari dari 25 persen tahun sebelumnya.
Di sisi lain, pangsa peralatan infrastruktur global Ericsson turun dari 28 persen pada 2016 menjadi 27 persen pada 2017. Demikian pula pangsa pasar Nokia turun dari 24 persen menjadi 23 persen year-on-year. Posisi ketiga ditempati ZTE dengan market share 13 persen. Dan keempat Samsung sebanyak 3 persen.
Kategori : Berita Teknologi