Persaingan Bisnis Fixed Broadband, Adu Cepat Melipat Gandakan Pelanggan
Jakarta, Wikimedan – Persaingan Bisnis Fixed Broadband, Adu Cepat Melipat Gandakan Pelanggan. Jagat industri ICT di Tanah Air belakangan ini lumayan heboh, saat XL Axiata melakukan manuver bisnis yang kelak akan mengubah arena permainan. Anak perusahaan Axiata Group Malaysia itu, resmi mencaplok Link Net, salah satu penyedia layanan internet fixed broadband terkemuka di Indonesia. Ini adalah kali kedua XL Axiata melakukan aksi korporasi, setelah sukses mengakuisisi Axis yang sebelumnya dimiliki Saudi Telecom pada 2014.
Berdasarkan pengumuman XL Axiata kepada otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI), operator selular terbesar ketiga di Indonesia itu, telah menyelesaikan negosiasi terkait akuisisi 1.816.735.484 saham atau setara dengan 66,03 persen saham Link Net dari dua pemilik utama perusahaan, yaitu First Media (Lippo Group) dan Asia Link Dewa (CVC Capital Partners). Sebelumnya kedua perusahaan itu, memiliki saham masing-masing sebesar 27,9% dan 35,55% di Link Net.
Keputusan XL Axiata mengambil alih Link Net tak lepas dari rencana perusahaan yang ingin menjadi kekuatan baru di bisnis internet fixed broadband yang belakangan semakin tumbuh signifikan. XL sendiri sudah terjun ke bisnis ini sejak beberapa tahun lalu, dengan menggunakan brand “XL Home”. Keberanian mengakuisisi Link Net, membuat XL Axiata akan menjadi kekuatan baru, yang mampu mengawinkan keunggulan fixed broadband dan mobile broadband. Penambahan jumlah pelanggan dari sisi fixed broadband akan menciptakan sumber pendapatan baru.
Apalagi dibandingkan internet mobile (selular), pelanggan fixed broadband cenderung lebih loyal. ARPU rata-rata mencapai Rp 250 – 350 ribu. Umumnya yang dibutuhkan oleh pengguna di segmen ini adalah teknologi yang semakin maju, value added service, dan keandalan jaringan. Jika pelanggan sudah puas karena kecepatan dan kestabilan layanan, harga bukan masalah. Sehingga potensi perang tarif di antara penyedia layanan fixed broadband relatif lebih kecil.
Persaingan Terbatas
Menurut laporan Bank Dunia, kurangnya persaingan dalam bisnis fixed broadband di Indonesia mempengaruhi kualitas layanan internet serta keterjangkauan tarif. Tercatat, kecepatan mengunduh (download) internet fixed broadband di Indonesia hanya sebesar 20,13 Mbps, sangat jauh jika dibandingkan Singapura yang mencapai 197,26 Mbps.
Dengan pemain yang masih terbilang sedikit, maka market size bisnis ini masih terbuka lebar. Mengacu data Media Partner Asia (MPA), penetrasi fixed broadband di Indonesia masih sangat rendah, baru 12,8%. Dengan semakin meningkatnya pengguna internet, terutama segmen premium, penetrasi itu akan terus meningkat dan pada 2023 diprediksi mencapai 15,9%.
Senada dengan MPA, menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet hingga akhir 2020 mencapai 196,7 juta. Itu berarti sebanyak 73% masyarakat Indonesia telah terhubung ke internet. Dari total pengguna itu, APJII mengungkapkan hanya 14,5% yang memiliki fasilitas fixed broadband. Sehingga potensi pelanggan di bisnis ini masih terbuka lebar.
Meski menawarkan peluang pasar yang besar, sejatinya persaingan diantara para penyedia layanan internet fixed broadband juga semakin ketat. Saat ini terdapat sejumlah pemain utama. Selain Link Net (First Media), terdapat IndiHome (Telkom Group), Biznet Home, MyRepublic, MNC Play (MNC Group), dan CBN.
Di sisi operator selular, selain XL Home (XL Axiata), Indosat Ooredoo juga punya layanan sejenis, yaitu GIG (dulu IM2). Belakangan PLN juga menyatakan lebih all out di bisnis ini. Tak tanggung-tanggung, lewat bendera Iconnet, perusahaan setrum negara ini menargetkan dapat meraih 20 juta pelanggan hingga 2024 mendatang.
Bagaimana kinerja para pemain fixed broadband, terutama dari sisi jumlah pelanggan dan pendapatan? Saya coba merangkumnya dari berbagai sumber.
IndiHome
Sebagai pionir layanan fixed broadband di Tanah Air, kinerja IndiHome semakin kinclong, seiring dengan meningkatnya penetrasi pengguna internet. Tercatat, sepanjang kuartal pertama 2021, pendapatan IndiHome tumbuh hingga 25% YoY mencapai Rp 6,35 triliun yang didorong oleh pertumbuhan pelanggan dan Average Revenue Per User (ARPU) yang kian membaik.
Periode tersebut, jumlah pelanggan IndiHome telah mencapai 8,15 juta. Jumlah pelanggan sebanyak itu, menempatkan Telkom sebagai penyedia fixed broadband terbesar di Indonesia. Meski persaingan semakin ketat, Telkom menargetkan, pelanggan IndiHome bertambah hingga 1,6 juta pada akhir 2021.
Berdasarkan laporan Ookla (kuartal kedua 2021), kualitas jaringan IndiHome memiliki keunggulan dalam hal kerendahan latensi. Speedtest Intelligence dari Ookla menunjukkan latensi IndiHome hanya 15 millisecond. Diikuti MyRepublic (16), BizNet (21), dan First Media (26).
Biznet
Biznet sebagai perusahaan infrastruktur digital terintegrasi di Indonesia kian gencar dalam melakukan sejumlah strategi untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. Pada tahun ini Biznet membidik pertumbuhan jumlah pelanggan internet rumah sebesar 30% – 40%.
Jaringan Biznet kini telah tersedia di lebih dari 110 kota yang tersebar di sepanjang Jawa, Bali, Sumatra, Batam, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan lebih dari 50,000 KM kabel fiber optic yang telah digelar, Biznet pun telah mencapai angka lebih dari 700.000 homepass. Ke depan perusahaan menargetkan dapat meraih total 1,5 juta pelanggan.
Speedtest Intelligence dari Ookla menunjukkan bahwa Biznet adalah penyedia fixed broadband tercepat di Indonesia selama Q2 2021, dengan Skor Kecepatan 40,66. Diikuti oleh MyRepublic (35,63), IndiHome (17,78), dan First Media (16,51). Begitu pun dalam hal Consistency Score, Biznet mengungguli tiga provider lain dengan skor sebesar 66,6%. Di bawahnya ada MyRepublic (63,5%), First Media (30,6%), dan IndiHome (25,2%).
MyRepublic
Seperti halnya penyedia fixed broadband lainnya, MyRepublic juga mencatat pertumbuhan pelanggan yang signifikan. Saat ini jumlah pelanggan MyRepublic secara nasional sudah mencapai 200 ribu. Pada tahun ini anak usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk itu, menargetkan dapat meraih penambahan jumlah pelanggan menjadi 300 ribu. Total pelanggan diharapkan mencapai 1 juta pada 2023.
Demi mendongkrak pelanggan baru, perusahaan berencana membuka beberapa cabang di berbagai wilayah di Indonesia sebagai upaya perluasan layanan. Selain Bali, perluasan cabang itu di antaranya dilakukan di Cirebon, Kediri, Banyuwangi dan sekitar Jawa timur lainnya. Pembukaan cabang di berbagai wilayah tersebut karena permintaan pelanggan yang cukup tinggi.
Link Net (First Media)
Siapa menyangka kalau Link Net adalah salah satu perusahaan penyedia internet fixed broadband tertua di Indonesia. Pada 2021, Link Net telah berusia 20 tahun. Sehingga perusahaan sudah kenyang dengan asam garam di bisnis internet tetap ini. Peralihan kebiasaan masyarakat karena pandemi, membuat Link Net berkesempatan meningkatkan jumlah pelanggan.
Pada kuartal I-2021, melalui bendera First Media, Link Net mampu membukukan penambahan pelanggan yang signifikan yaitu sekitar 20.000. Sehingga total saat ini perusahaan memiliki 859.000 pelanggan. Dengan meningkatnya animo pengguna yang didorong oleh aktifitas bekerja dan belajar di rumah, perusahaan menargetkan dapat menambah jumlah pelanggan hingga 71.000 pada akhir 2021.
Selain berusaha menambah pengguna baru, Link Net juga terus menambah home passed sebanyak 49.000 ke dalam jaringannya pada tiga bulan pertama tahun ini sehingga total yang dimiliki perusahaan, sebanyak 2,72 juta home passed.
CBN
Seperti halnya Link Net, PT Cyberindo Aditama (CBN) adalah pelopor Internet Service Provider (ISP) di Indonesia. Perusahaan ini berdiri sejak 1996, saat jaringan internet tetap di Indonesia masih sangat terbatas. Mulai 1998, CBN secara resmi memperoleh lisensi sebagai NAP (Network Access Provider), sehingga memiliki kebebasan untuk mengembangkan infrastruktur dan telah hadir di berbagai kota di Indonesia.
Berbeda dengan penyedia lainnya, CBN sejauh ini lebih banyak mengejar pelanggan korporat dibandingkan retail. Sayang perusahaan tidak pernah mempublikasikan berapa jumlah yang telah diraih.
Namun dengan meningkatnya pertumbuhan pengguna fixed broadband, terutama segmen residensial yang tumbuh signfikan, CBN berencana menargetkan penggelaran dua juta kabel serat optik yang melewati rumah (home pass) pada 2025. Seiring dengan target tersebut, perusahaan berupaya mengejar penggelaran serat optik untuk lima tahun ke depan, sebagai strategi mempersiapkan kualitas jaringan menyambut masa emas digital ekonomi.
Seiring dengan pembangunan jaringan yang agresif manajemen CBN berharap ke depan, jumlah pelanggan ritel dapat melebih pelanggan korporasi. Sehingga pada 2020, pertumbuhan pelanggan untuk sektor ritel mencapai 60% dari jumlah yang ada saat ini.
MNC Play
Hingga akhir kuartal I-2021, pelanggan MNC Play telah mencapai 301.000 dengan 1,5 juta home pass. Selain menggelar jaringan sendiri, kinerja MNC Play juga juga didukung oleh efektifitas leasing kapasitas jaringan dari pihak ketiga. Meningkatnya jumlah pelanggan mendorong peningkatan laba bersih sebesar Rp 101,3 miliar atau naik 148% (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 40,8 miliar.
Demi memanjakan pelanggan, perusahaan yang didirikan pada 2013 ini, mem-bundling dengan beragam tayangan MNC Vision yang masih dalam satu grup usaha. MNC Play juga menyediakan fitur layanan TV interaktif yang memungkinkan pelanggan menentukan waktu menontonnya sendiri hingga 7 hari ke belakang.
Iconnet
Tak banyak yang tahu kalau sejak 2001 PLN telah memiliki anak perusahaan yang menggeluti bisnis fixed broadband, diberi nama ICON+. Pada awalnya pendirian ICON+ difokuskan untuk melayani kebutuhan internal PLN terhadap jaringan telekomunikasi.
Namun, seiring dengan kebutuhan industri akan jaringan telekomunikasi dengan tingkat availability dan reliability yang konsisten, ICON+ mengembangkan usaha dengan menyalurkan kelebihan kapasitas jaringan telekomunikasi ketenagalistrikan serat optik milik PLN, terutama di Jawa dan Bali bagi kebutuhan publik.
Kini dengan semakin berkembangnya kebutuhan akan internet, terutama berbasis fixed broadband, PLN me-rebranding layanan yang dimilikinya, dari ICON+ menjadi Iconnet dan siap bersaing dengan kompetitor penyedia layanan internet lainnya.
Setelah diluncurkan pada Juni lalu, pelanggan Iconnet diklaim telah mencapai lebih dari 45.000. Dengan animo pengguna yang terus meningkat, PLN optimis jumlah pelanggan Iconnet akan terus bertambah hingga mencapai lebih dari 100.000 sampai akhir 2021.