Nada Risiko Gagal Dimanfaatkan Poundsterling, GBPJPY Tetap Turun Karena Korban Di Inggris Meningkat
Pergerakan pada pasangan mata uang GBPJPY
bearish saat sesi Asia berlangsung di hari Jumat ini (27/3). Permintaan
Poundsterling gagal untuk memanfaatkan sentimen perdagangan yang positif
beberapa waktu terakhir. Saat ini pasangan bergerak turun di sekitar level
harga 132,80 karena kekhawatiran terhadap kondisi Inggris. Pasalnya saat ini
jumlah korban positif virus Corona di Inggris terus mengalami peningkatan
tajam.
Dilansir dari laporan BBC, jumlah
kematian warga Inggris akibat wabah virus Corona mencapai angka 578 atau
bertambah 103 jiwa. Sementara itu pejabat kesehatan Inggris mengatakan telah
ada konfirmasi kasus sebanyak 11.658.
Kondisi yang terus memburuk akan cukup
mengancam masa depan ekonomi Inggris. Hal ini yang menyebabkan permintaan Pound
lemah dan membawa GBPJPY bearish saat ini. Industri mobil Inggris yaitu
SMMT memprediksi bahwa wabah virus ini akan menyebabkan produksi mobil akan
merosot sampai 15%.
Sementara itu dari Jepang, data mengenai
inflasi konsumen Tokyo dilaporkan cukup dekat dengan data sebelumnya. Sementara
itu BoJ mengajukan penawaran untuk membeli obligasi pemerintah yang memiliki
nilai sampai 800 Miliar JPY. Selain itu Menteri Ekonomi yaitu Nishimura lebih
memilih tidak menetapkan Tokyo dalam kondisi darurat wabah virus Corona.
Sebenarnya saat ini nada risiko cukup
positif terlihat dengan posisi imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun yang
naik menuju ke 0,83%. Pergerakan saham Jepang juga positif dengan kenaikan
sampai 2,0 persen sepanjang sesi Asia. Sayangnya Pound tidak mampu memanfaatkan
peluang dan menyebabkan GBPJPY bearish.
Para pelaku pasar dan investor
selanjutnya mungkin akan terus fokus ke berita tentang virus Corona. Kemarin
data penjualan eceran Inggris mengalami penurunan tajam akibat virus Corona.
Sementara itu BoE memberikan pernyataan sesuai dengan prediksi awal.