Melihat Kisah Nyai Undang di Atas Panggung Pergelaran
[ad_1]
Nyai Undang. Perempuan berparas cantik dari kerajaan ternama di Negeri Tanjung Pematang Sawang. Putri kerajaan ternama Sempung Danyai Nunyang. Kecantikanya terdengar hingga penjuru negeri. Berikut kisahnya?
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
GEMURUH suara gendang terdengar beberapa meter dari luar gedung teater itu. Kaum muda mudi berdatangan masuk di areal pergelaran teater di Taman Budaya, Jalan Temanggung Tilung. Ada yang berkelompok, adapula yang datang sendirian. Terlihat antusias masyarakat tak mau ketinggalan pergelaran Kisah Nyai Undang.
Tepat pukul 19.58 WIB, instrumen musik pengantar terdengar merdu. Lampu panggung tiba-tiba padam. Gelap gulita. Ribuan penonton seketika terdiam sejenak. Perlahan lampu berwarna merah mulai menyoroti panggung. Lumayan lama, membuat penonton penasaran akan terjadi apa di panggung misterius itu.
“Wow……” begitulah sorak penonton saat penari-penari kecil muncul dari sudut kiri panggung. Ternyata, keenam bidadari kecil itulah yang menyapa penonton. Dengan balutan kebaya, anting dan ikat kepala serba hijau. Sangat serasi. Dan ikat pinggang berwarna merah mempercantik penampilanya.
“Haha.. Haha..”tawa para penari. Membuka suara pertama di panggung itu. Tidak hanya menari, mereka juga berteater. Berkisah. Seperti sedang bermain di sebuah pedesaan. Tidak lama, penonton dikejutkan dengan kedatangan seorang kakek berambut panjang berwarna putih. Kembali sorak sorai penonton bergemuruh.
“Sini, bue ikut bermain,” ucap kakek tua yang disapa bue di panggung itu. Saat asyik bermain, bue itu ditinggalkan seorang diri. Sontak penonton tertawa. Lucu.
Sekitar lima menit pergelaran dibuka oleh enam bidadari kecil dan bue lucu, panggung kembali gelap. Tanda pergantian pemain. Keluar dari sudut kiri panggung pria berbaju berwarna merah bersama perempuan berbaju berwarna kecoklat coklatan.
“Siapa mereka?,” tanya seorang penonton. Penasaran. Tak ada yang tahu. “Nyai Undang,”ucap perempuan itu memanggil.
“Iya Indang (ibu, bahasa dayak, red),” seru penonton dengan lantang.
Entah siapa yang bersuara. Karena, saat suara itu datang, berbarengan dengan tiga perempuan keluar dari sudut kanan panggung. Perempuan tercantik jalan paling depan di antara dua temannya.
Dia, Nyai Undang.
Tepuk tangan penonton mengiringi jalan Nyai Undang masuk ke panggung. Aduhai. Paras cantik nan menawan. Berkulit cerah. Berambut panjang. Cantik. Secantik rembulan yang malam itu pun bersinar terang di gelapnya malam. Pergelaran Kisah Nyai Undang sudah dimulai.
Siapa Nyai Undang?
Nyai Undang adalah sosok perempuan berparas cantik. Tokoh masyarakat di Negeri Tanjung Pematang Sawang. Putri kerajaan ternama. Karena parasnya yang cantik, banyak bangsawan datang melamar. Namun, tak ada satupun dari mereka yang diterima.
“Biarkan saja Indang, nanti mereka juga akan menyerah juga. Aku masih belum punya pilihan,”ucap Nyai Undang beralasan kepada ibunya.
Hingga suatu ketika, Pangeran Solok Windanau dari negeri seberang pun melamar. Berakhir kekecewaan. Nyai Undang menolak. Kerajaan dari Solok Windanau tak terima. Dia menyerang kerajaan Sempung Danyai Nunyang. Kerajaan kedua orang tua Nyai Undang. Pria bangsawan itu meninggal. Meninggal di tangan Nyai Undang.
Tak terima. Sang kakak dari pangeran bangsawan itu datang dengan niat balas dendam. Perang diserukan. Peperangan tak bisa dihindari. Nyai Undang dan pasukan membangun sebuah benteng (kuta) yang kuat. Mampu menahan serangan lawan. Benteng itu diberi nama Bataguh.
Panggung bergemuruh. Penonton tegang. Laksana pertempuran sungguhan. Tak sedikit penonton yang merekam. Tak mau kehilangan momen peperangan itu. Ada yang mendekat. Ada yang awalnya duduk di tribun, pilih turun. Lalu berdiri. Hanya demi menikmati lebih dekat.
Satu persatu musuh Nyai Undang tumbang. Meninggal. Kemenangan Nyai Undang sudah di depan mata. Hingga, tak satupun tersisa. Menang. Nyai Undang memenangkan peperangan itu. Lega. Tidak hanya Nyai Undang dan pasukan. Penonton pun lega.
Kisah peperangan itu berakhir romantis. Bagaimana tidak? Nyai Undang yang telah menolak lamaran sekian banyak pangeran, akhirnya, menaruh hatinya kepada sosok Sangalang. Lelaki tampan. Wibawa. Meskipun, dia bukan sosok dari keluarga berdarah biru. Bukan orang berada.
“Yah, begitulah cinta,”celoteh penonton di samping kiri Kalteng Pos. Nyai Undang pun menikah dengan Sangalang. Kerajaan kembali damai.
(wnd/jpg/JPC)
[ad_2]