Berita Nasional

Lumpuh di Kaki, Kuat di Tangan

Indodax


[ad_1]






Wikimedan Ni Nengah Widiasih jadi salah satu atlet angkat berat Indonesia yang namanya sudah diperhitungkan. Beragam prestasi telah diraih oleh atlet kelahiran Bali ini.





Namun tak banyak yang tahu soal kisah pilunya ketika kecil dulu. Widiasih sempat frustrasi karena ‘berbeda’ dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.






Awalnya Widiasih terlahir normal, tidak menunjukkan adanya keanehan dalam tubuhnya. Tetapi saat menginjak umur tiga tahun, semuanya berubah drastis.





“Saat itu saya terkena demam panas. Kemudian ke dokter, saya disuntik. Tetapi makin demam, lemas total, dan tidak bisa berjalan. Orang tua sudah coba ke segala pengobatan, baik itu alternatif hingga ke dukun,” ucapnya saat ditemui di Citibank Tower, SCBD, Jakarta.





Tetapi tuhan berkata lain. Segala usaha yang sudah dilakukan orang tuanya tidak membawa hasil sama sekali. Dengan sangat terpaksa Widiasih harus menerima kenyataan bahwa kedua kakinya tidak dapat digunakan kembali.





Hal tersebut sontak saja menjadi beban psikis kepadanya. Widiasyih belum bisa menerima keadaan yang menimpa dirinya. Hal tersebut berlanjut hingga dia duduk di bangku sekolah dasar.






“Saat SD saya benar-benar merasa berbeda. Ketika Istirahat saya memilih di dalam kelas saja. Sementara teman-teman yang lain bermain bebas di luar,” kenangnya sembari menunjukkan wajah yang berkaca-kaca.






Saat itu Widiasih belum mengerti keadaan yang menimpanya. Dia selalu bertanya-tanya kenapa dirinya tidak dapat berlari bebas seperti teman-temannya. Bahkan dia kerap menangis dihadapan orang tuanya saat pulang sekolah.





“Ayah saya bilang kamu tidak berbeda, kamu spesial. Mungkin sekarang kamu tidak mengerti, tetapi saat tumbuh dewasa kamu akan mengerti dengan sendirinya,” ujarnya ketika mengingat kata-kata ayahnya.





Lambat laun Widiasih mulai bangkit dari keterpurukan. Bahkan dia mulai mencoba mengalihkan fokusnya ke olahraga lain. “Waktu itu lingkungan saya banyak atlet angkat berat. Kakak juga sering ajak saya ke GOR,” tambahnya.





Alhasil pada saat kelas 6 SD, Widiasih memutuskan untuk terjun ke olahraga angkat berat. Saat itu dia bertemu pelatih yang mengajaknya latihan.





“Tiga bulan kemudian, saya diikutkan dalam kejuaraan dunia. Kebetulan kejuaraan tersebut diadakan di Bali. Saya berhasil meraih medali emas,” tuturnya dengan nada gembira.





Berbekal dari keberhasilan itu, Widiasih akhirnya dapat bergabung di Pelatnas pada tahun 2007. Kemampuannya semakin diperhitungkan ketika dia mampu meraih perunggu di ASEAN Para Games Thailand.





Alhasil Widiasih semakin termotivasi setelah mengikuti kompetisi itu. Bahkan seketika kembali ke Indonesia dia berjanji ke pada dirinya sendiri untuk lebih giat berlatih agar dapat mengalahkan lawan-lawannya.





(mat/JPC)

[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *