Berita Nasional

Jadi Oase di Tengah Panasnya Tahun Politik, PBNU Gelar Maulid Nabi

Indodax


Wikimedan – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang banyak digelar masyarakat, termasuk sejumlah pengurus cabang Nahdlatul Ulama (NU), diharapkan bisa menjadi momentum untuk menyebar kedamaian dan nilai-nilai kebaikan. Apalagi di tengah tahun politik yang kian memanas.

“Teladan akhlak Nabi Muhammad SAW perlu dibumikan dengan menjadi pribadi yang menjauhi sikap permusuhan sesama anak bangsa. Karena itu Maulid Nabi dan istighastah kubro diharapkan menjadi oase kesejukan di tengah tahun politik yang makin memanas dan dipenuhi banyak fitnah,” ujar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani, saat dihubungi, Jumat (30/11).

Diketahui, pada Minggu (2/12), di sejumlah tempat bakal digelar peringatan Maulid Nabi dan Istighatsah Kubro yang dihelat beberapa cabang NU. Di antaranya, di Masjid KH Asy’ari di Jakarta Barat, Masjid Izzatul Islam di Bekasi, Ponpes Nur Antika di Tangerang, Yayasan Al Murodiyah As Salimiyah Depok, Majelis Ratib Maulid dan Talim Ittihaadus Syubban di Depok, Masjid Agung Al-Barkah Bekasi, dan Pesantren Ainur Rohman Linahdlotil Ulama Tangerang Selatan.

”Umat merindukan momen-momen religius menyejukkan, tidak ditungganggi politik, dan tidak menanamkan sikap membenci orang lain. Akan sangat baik jika kita beramai-ramai datang ke majelis seperti Maulid Nabi dan Istighatsah akbar tersebut untuk menyerap keteladanan Nabi sekaligus berdoa untuk bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, terkait digelarnya reuni alumni 212 di Monas Jakarta, Minggu (2/12), Kyai Abdul Manan menilai hal tersebut tidak perlu dilakukan. “Bagi saya 212 sudah nggak perlu, apa yang perlu dibela?” ujar KH Manan.

Karena menurutnya, gerakan 212 sebelumnya hadir untuk memprotes penistaan agama yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ketika misi itu sudah berhasil, kata dia, gerakan tersebut rawan dipolitisasi. 

Meski demikian, jika reuni ini tetap diselenggarakan, Kyai Manan menekankan agar diisi dengan materi-materi menyejukan yang mengedepankan persatuan bangsa. Dari sisi ceramah yang akan disampaikan pun harus bernada menyejukkan. Tidak memancing pergesekan antar kelompok masyarakat. 

Selain itu, lanjut, ceramah tersebut juga harus yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan mengedepankan doa-doa yang baik sesuai kebutuhan umat.

“Kebutuhan umat itu seperti menguatkan akidah keimanan, pengamalan syariat, dan peningkatan akhlak mulia. Menanamkan hidup sehat walafiat, misalnya dengan bersih lingkungan. Juga mengedepankan kesantunanan agar kelak ketika wafat mendapatkan rahmat,” imbuhnya.

(sat/JPC)


Kategori : Berita Nasional

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *