Industri K-pop yang Memakan Anaknya Sendiri

Pasang Iklan Disini

PASTI banyak fans K-pop yang sedang patah hati. Satu demi satu bintang high profile-nya terjerat skandal seks dan narkoba. Serangan berita buruk tanpa henti itu dimulai dari terbongkarnya grup chat yang membagikan video perempuan berkonten seksual. Polisi menahan penyanyi dan bintang TV Jung Joon-young Maret lalu. Pria 30 tahun itu dituduh sebagai salah satu pembuat dan penyebar video-video mesum tanpa izin.Belum habis berita memalukan tersebut, skandal baru muncul. Member salah satu boyband terbesar sepanjang sejarah K-pop, Big Bang, yakni Seungri, diduga menjadi penyedia layanan prostitusi. Sebagian besar dilakukan di Burning Out, kelab elite miliknya. Tempat tersebut ditengarai juga menjadi lokasi peredaran narkoba.Kasus Seungri masih diselidiki, pekan ini K-popers kembali mendapat kejutan. Situs berita hiburan Korea Dispatch mengungkap, leader supergrup iKON yang bernama B.I. pernah membeli LSD dan mariyuana pada 2016. Nama personel Winner Lee Seung-hoon ikut terseret.Seungri, B.I., maupun Seung-hoon berada di bawah manajemen YG Entertainment. Mendapati rangkaian berita negatif tentang artisnya, Jumat lalu founder YG Yang Hyun-suk mengumumkan mundur dari perusahaan yang didirikannya pada 1996 itu. Adiknya yang menjabat CEO, Yang Min-suk, membuat keputusan serupa.Berita itu sangat mengejutkan dan pasti berimbas pada dunia K-pop, mengingat YG merupakan satu di antara tiga manajemen artis terbesar Korea bersama SM Entertainment dan JYP Entertainment. Selain Big Bang, iKON, dan Winner, artis di bawah YG adalah 2NE1, Psy, dan girlband yang tengah menjadi penguasa dunia, Blackpink.Menjadi idola K-pop bukanlah hal mudah. Perlu perjuangan panjang yang menguras fisik dan mental. Sudah bukan rahasia lagi bahwa sebelum debut, para artis itu harus menjalani latihan bertahun-tahun sebagai trainee. Tak ada batasan kapan memulai. Namun, usia 13–14 tahun disebut-sebut sebagai golden age. Dengan masa latihan yang rata-rata memakan waktu empat tahun, usia mereka dianggap pas ketika tiba waktunya untuk diorbitkan.Untuk lolos sebagai trainee, pendaftar harus melalui audisi yang banyaknya mencapai 50 tahap. Setelah dianggap punya potensi menjadi bintang, trainee harus menandatangani kontrak bersama manajemen. Sejak itulah hidup akan berubah total. Semua berorientasi pada persiapan menjadi superstar.Latihan belasan jam dilakoni saban hari. Pandai menyanyi, menari, dan good-looking tak cukup menjadi bekal. Harus punya kemauan besar dan ketangguhan diri karena tak semua mampu melewati hari-hari berat itu. Ada beberapa reality show yang memperlihatkan bagaimana kerasnya pelatihan trainee. Salah satu yang sangat populer adalah Produce X 101. Acara itu kini memasuki musim keempat setelah season sebelumnya melahirkan ioi, Wanna One, dan Iz*one.Hasil memang tak pernah mengkhianati usaha. Tanpa punya lagu berbahasa Inggris, para boyband maupun girlband Korea mampu bersaing dengan bintang-bintang pop dunia. Konser-konser mereka sold out bahkan ketika diselenggarakan di AS yang menjadi kiblat dunia hiburan. Fandom-fandom tumbuh di berbagai negara. Salah satu yang paling subur tumbuh di Indonesia. Di sini mudah sekali menemukan mereka yang menyatakan diri sebagai Army, iKONIC, Blink, Exo-L, VIP, dan banyak lagi.Kualifikasi para idol itu dihasilkan dari industri yang sangat tersistem. Industri yang memang bertujuan mencetak idola-idola sempurna. Namun, sistem yang luar biasa itu ternyata bisa menjelma sebagai bom waktu.Para trainee yang telah menyerahkan hidup sejak usia dini berpotensi besar mengalami shocking life. Setelah bertahun-tahun terisolasi dan kehilangan kehidupan pribadi maupun sosial karena ketatnya latihan, mendadak mereka menjadi bintang besar begitu sukses debut. Gemerlap panggung menyinari. Jutaan penggemar dengan sukarela mendedikasikan diri menjadi fangirling. Album laris, tur panjang pun menanti.Masa ABG yang terenggut dengan kerja keras di kamp latihan dalam sekejap dibayar dengan menjadi idola. Berlian besar itu telah diasah dan kini saatnya memancarkan sinar kemilaunya.Banyak trainee yang sukses tanpa skandal. Tapi, yang terjadi pada bintang muda seperti B.I. atau Seung-hoon menunjukkan bahwa ada yang melarikan diri ke hal-hal negatif justru ketika ketenaran mulai diraih.Perubahan hidup yang begitu cepat tak selalu bisa direspons dengan baik oleh para idol. Apalagi, secara psikologi, ketika ada satu fase perkembangan jiwa yang tidak tuntas, hal itu berpotensi menimbulkan ledakan problem di kemudian hari.Ditempa di kamp dan menjalani rutinitas yang sama dalam waktu lama membuat idol kehilangan banyak hal dalam hidup. Maka, begitu bebas, sebagian dari mereka menjadi ”liar”. Meluapkan yang dimau, menjalani segala yang sebelumnya hanya bikin penasaran. Apalagi, uang yang dimiliki kini sangat mendukung mereka untuk mendapatkan apa saja. Bukan hanya Joon-young, Seungri, B.I., dan Seung-hoon yang terjerat skandal saat ini. Nama-nama lain pun terus bermunculan.Hal serupa sebetulnya terjadi di dunia sepak bola. Di Brasil, bintang-bintang muda direkrut untuk kemudian dilatih intensif bertahun-tahun. Tak ada hal lain, selain bola dan bola. Begitu usia dewasa, mereka menjadi bintang. Namun, efek buruknya, mereka jadi berulah.Neymar misalnya. Fokus menjalani pembentukan sebagai pesepak bola sempurna sejak muda, mantan pemain termahal dunia itu kini lebih sering dibicarakan karena kasus. Terbaru, yang sedang dihadapi adalah tuduhan pemerkosaan.Yang membedakan industri K-pop dengan industri-industri pencetak supertalent lain, industri K-pop menerapkan standar moral sangat tinggi. Para idola K-pop dibuat tanpa cela. Yang ditampilkan kepada fans dan publik hanyalah sisi sempurna sang bintang. Para idol Korea dilarang mengumbar kehidupan pribadi tanpa persetujuan manajemen. Punya pacar saja bisa menjadi aib besar. Eh, jangankan pacar, member grup Astro yang juga bintang TV Cha Eun-woo pernah menangis dan meminta maaf kepada fans hanya karena wajahnya berjerawat.Maka, ketika para idol melakukan hal buruk dan diketahui publik, beban malunya sangat berat. Meminta maaf, lantas memutuskan untuk mundur dari dunia showbiz menjadi pilihan. Jalan itulah yang sudah ditempuh Joon-young, Seungri, dan B.I.. Industri itu akhirnya memakan sendiri anak-anak sempurna yang dihasilkannya.K-popers dikenal sebagai fans garis keras. Militansinya dalam mencintai dan membela idola begitu kuat. Tidak mudah menerima kenyataan bahwa idolanya bukan dewa tanpa cela. Namun, rangkaian kejadian itu mestinya mampu mendewasakan fans.Mencintai bintang K-pop secara membabi buta ternyata hanya akan menimbulkan kekecewaan. Juga memberikan tekanan kepada sang bintang karena dituntut harus selalu sempurna. Maka, idolakan para member BTS, EXO, iKON, dan Winner serta artis K-pop lain sebagai manusia yang pasti punya salah. Kita tidak memaafkan kejahatan yang dia lakukan. Tapi juga tidak lantas menjadikan mereka sebagai pendosa yang tak layak mendapat ampunan. Ada hukum yang akan memproses itu. Bangunlah empati untuk mereka. Di balik capaiannya, mereka adalah korban sebuah proyek tak manusiawi menjadi bintang. Hanya menjadi komoditas.Belajar kepada fans matang Queen, The Beatles, Metallica, atau Guns N’ Roses. Kecintaan mereka manusiawi. Tak sampai membuat petisi pembubaran Queen kepada presiden karena sang vokalis menjadi gay dan terjerat narkoba. Pasang surut hidup yang dialami para personel band itu tak membuat penggemarnya menjauh. (*)

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *