GBPJPY Turun Kembali Karena Risiko Terbebani Oleh Berita Negatif
Pasangan mata uang GBPJPY hari ini
mengalami kegagalan untuk mempertahankan nada positif yang dibangun dua hari
terakhir. Saat ini pasangan telah kehilangan sampai 0,21% turun menuju ke level
harga 133,85 saat sesi Asia berlangsung hari Rabu (8/4). Beberapa nada negatif
berhasil mematahkan kenaikan Poundsterling diantaranya seperti kekhawatiran
atas kondisi PM Boris Johnson yang positif virus Corona. Selain itu jumlah
infeksi virus Cona juga terus bertambah.
Media BBC tampak berusaha untuk
memberikan laporan-laporan positif untuk mendorong optimisme global. BBC
mengutip pembicaraan rahasia menteri mengenai pembukaan lockdown yang
diberlakukan sebelumnya. Sayangnya usaha laporan positif itu gagal mendorong
pemulihan sentimen risiko. Investor menghindari pembelian GBPJPY hari ini
karena khawatir terhadap kondisi PM Boris yang sedang mendapat perawatan
intensif di ICU.
Walaupun tadi malam juru bicara PM
Inggris mengatakan bahwa kondisi PM Boris telah stabil. Namun sayangnya semua
itu tidak berhasil membangun optimisme karena bergabung dengan penambahan kasus
kematian di angka 6.159. sementara itu dari Jepang, PM Abe hari Senin telah
mengumumkan kondisi darurat untuk beberapa prefektur atau kota di Jepang
termasuk Tokyo.
Penurunan GBPJPY hari ini juga
disebabkan oleh data ekonomi Jepang yang dilaporkan dengan hasil positif. Data
mengenai pesanan mesin dan Neraca Perdagangan Jepang bulan Februari dilaporkan
mengalami kenaikan yang baik.
Sementara itu tolak ukur sentimen risiko
global yaitu imbal hasil obligasi Treasury AS saat ini telah mengalami
penurunan lagi tiga basis poin menuju 0,70%. Saham Jepang juga mengalami
penurunan karena nada risk off yang mendominasi dengan penurunan 0,20%.
Pedagang GBPJPY tampaknya akan lebih fokus ke hasil survei Eco Watchers pada
bulan Maret sebagai dorongan utama saat ini.