Berita Nasional

Dakwah Gus Miftah Jawab Panggilan Rindu 'Kaum Pendosa'

Indodax


Wikimedan – Gus Miftah rajin menyambangi pusat lokalisasi dan klub malam buat membawa pesan Tuhan. Dakwahnya menjawab dahaga rohani pekerja bisnis hiburan malam. Namun niat baik tidak selalu membawa pujian.

Bukan Ustadz Biasa

Mifta’im An’am Maulana Habiburrohman tak terlihat seperti ustadz pada umumnya. Pakaiannya cenderung santai. Bukan kopiah dan baju koko, dia mengenakan blangkon jawa yang dipadu dengan kemeja lapangan. Jemaah dakwahnya pun tergolong unik. Dia berceramah di kelab malam di Bali di hadapan pegawai dan pengunjung yang sebagiannya tidak beragama Islam.

gus miftah, kaum pendosa,
Mifta’im An’am Maulana Habiburrohman tak terlihat seperti ustadz pada umumnya. Pakaiannya cenderung santai. Bukan kopiah dan baju koko, dia mengenakan blangkon jawa (Reuters)

Menghadap Kaum Terbuang

Gus Miftah merasa terpanggil untuk datang menghadap kaum yang selama ini dipandang sebelah mata di masjid-masjid, yakni pekerja kelab malam yang sebagian besarnya perempuan. “Ini adalah tuntutan pekerjaan atau tuntutan hidup yang memaksa mereka menjalani pekerjaan ini untuk bisa bertahan,” ujarnya kepada Reuters.

Misi Diongkosi Sendiri

“Saya tidak berhak menghakimi mereka,” kata dia, “saya di sini hanya untuk membantu mereka agar tidak melupakan Tuhan.” Dan sebab itu dia mengongkosi sendiri perjalanannya saat diundang ceramah oleh pemilik Boshe VVIP Club di Kuta, Bali, katanya kepada Tempo. Ia juga menolak saat hendak diberi uang. Untuk nafkah keluarga, kata dia, tidak seharusnya didapat dari kelab malam.

Membawa Tuhan ke Kegelapan

Selain giat berceramah di dunia remang-remang dan lingkungan esek-esek yang telah dilakoninya selama 14 tahun, Gus Miftah juga mengurus pondok pesantren Ora Aji Tundan di Yogyakarta. Aktivitasnya itu sempat mengundang kecaman dari sejumlah kelompok konservatif. Namun dia didukung oleh Ketua PBNU, Robikin Emhas, yang mengatakan Gus Miftah membawa pesan Tuhan ke tempat tergelap.

Panggilan Rindu Pekerja Klub Malam

Dia mengaku menyambangi Bosche di Kuta lantaran mendapat panggilan kangen dari para pegawai dan pengelola klub. Kepada mereka dia mendakwah tentang manajemen hidup agar bisa mendekat kepada Tuhan. Ia mengingatkan betapa “baiknya Tuhan sama kalian. Buktinya, kalian bermaksiat, tapi Tuhan masih menitipkan rezeki,” tuturnya kepada Tempo.

Jalan Berliku Menuju Kegelapan

Kiprahnya berdakwah di klub Boshe bermula 2006 silam saat dia mendapat permintaan dari seorang pekerja klub cabang Yogyakarta tersebut. Setelahnya dia melanjutkan upaya dakwah ke pusat lokalisasi, Pasar Kembang. Meski sempat ditolak dan diancam, dia tetap bersikukuh dan akhirnya diizinkan menggelar pengajian.

Berdamai dengan Malam

Pekerja klub Boshe di Bali mengaku menyukai gaya khotbah Gus Miftah lantaran diselipi humor dan cendrung santai. Kebanyakan merasa bisa berdamai dengan pekerjaan yang mereka lakoni setelah bertemu sang ustadz. “Meskipun kami bekerja seperti ini, kami masih memiliki agama dan kami masih ingin berbuat baik,” kata seorang karyawan wanita berusia 27 tahun. 

DW


Kategori : Berita Nasional

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *