5 Tips Berkompromi Saat Pasangan Belum Siap Punya Anak

Pasang Iklan Disini

Bagi beberapa orang, kehadiran anak dalam rumah tangga adalah hal yang didambakan. Namun, bagi beberapa yang lain, mungkin perlu ditunda sampai dirasa benar-benar siap. Merencanakan kehamilan butuh kesiapan dan kesepakatan dari kedua belah pihak. Lantas, apa yang harus Anda lakukan jika ternyata pasangan Anda belum siap untuk punya anak?

Cara berdamai dengan pasangan yang belum siap punya anak

Ada banyak motivasi bagi seseorang untuk memiliki anak, dan banyak pula alasan untuk menundanya. Agar bisa menemukan jalan tengah, Anda dan pasangan harus saling memahami prinsip satu sama lain.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perbedaan pandangan tentang anak:

1. Bersikap terbuka satu sama lain

Langkah ini sebaiknya dilakukan jauh sebelum Anda dan pasangan memutuskan untuk menikah. Dengan begitu, Anda akan memiliki lebih banyak waktu untuk berdiskusi dengan pasangan dan ruang untuk menentukan pilihan.

Sampaikan motivasi Anda untuk memiliki anak, lalu biarkan pasangan menjelaskan mengapa ia belum siap punya anak. Jagalah atmosfer diskusi tetap hangat. Hindari sikap menghakimi dan kritik yang langsung menyasar prinsip pasangan.

2. Pastikan Anda memiliki alasan yang tepat untuk memiliki anak

Sebelum berdiskusi, pastikan bahwa Anda telah memiliki motivasi yang tepat, rasional, dan bisa dipertanggungjawabkan. Motivasi yang tepat dapat menggugah hati pasangan Anda. Bahkan, ia mungkin akan mempertimbangkan alasan Anda dan akhirnya setuju untuk memiliki anak.

Sebaliknya, hindari alasan berikut ketika berdiskusi dengan pasangan yang belum siap punya anak:

  • Tuntutan orangtua, mertua, atau orang lain.
  • Menuruti norma yang menuntut seorang istri untuk punya anak.
  • Agar kelak ada seseorang yang mengurus Anda.
  • Untuk menemukan tujuan hidup.
  • Untuk mempertahankan pernikahan.

3. Menyampaikan pertimbangan dari sisi kesehatan

Kesuburan wanita menurun begitu mencapai usia 30 tahun. Selain itu, risiko kehamilan, kecacatan lahir, serta kematian ibu dan bayi juga semakin meningkat. Pada usia ke-45 tahun, peluang untuk hamil menjadi sangat kecil.

Ini merupakan pertimbangan medis yang perlu Anda pahami bersama. Pasangan Anda tentu berhak menunda jika belum siap punya anak. Namun, tentukanlah batas waktunya agar Anda dapat menjalani kehamilan dengan aman di kemudian hari.

kesuburan

4. Saling membangun sikap bertanggung jawab

Banyak pasangan menunda kehamilan karena takut menghadapi tanggung jawab, baik dari segi finansial, emosional, dan sebagainya. Jika hal serupa terjadi dalam hubungan Anda, cobalah manfaatkan masa menunda sebagai momen untuk saling membangun sikap bertanggung jawab.

Sebagai gambaran, Anda dan pasangan bisa menggiatkan menabung untuk memapankan kondisi finansial. Guna mempersiapkan kondisi emosional, Anda dapat menjalani konseling pernikahan, dan lain sebagainya.

5. Menjalani konseling pernikahan

Masalah terkait rencana kehamilan semestinya dapat diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Namun, jika semua diskusi Anda selalu berakhir dengan debat dan pertengkaran, mungkin Anda dan pasangan perlu menjalani konseling bersama.

Terkadang, ada alasan yang tidak terungkapkan ketika pasangan merasa belum siap punya anak. Konselor dapat membantu menggali masalah ini dengan lebih mendalam sehingga diperoleh solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Setiap orang yang menunda kehamilan memiliki alasan tersendiri, begitu pun pasangan Anda. Pada situasi seperti ini, cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan berdiskusi untuk mencapai kesepakatan bersama.

Dengarkan alasannya dengan baik, lalu sampaikan sudut pandang Anda. Kompromi dengan pasangan tidak selalu berjalan mulus, tapi ini merupakan langkah yang tepat untuk memperoleh solusi terbaik bagi semua pihak.

Baca Juga:

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *