Teknologi

Catatan Akhir Tahun 2018: Tumbangnya Vendor Smartphone di Indonesia

Indodax


All smartphones

Jakarta, Wikimedan Persaingan industri smartphone semakin ketat di tahun 2018 ini. Nama besar seperti Samsung, Xiaomi, Oppo, Vivo, Advan dan lainnya masih merajai smartphone tanah air berdasarkan data dari IDC. Samsung masih memimpin pasar Indonesia selama tahun 2018 dari kuartal 1 (Q1) hingga kuartal 3 (Q3) seperti disebutkan IDC.

Data IDC mengungkapkan Samsung memimpin pasar smartphone Indonesia dengan market share sebesar 27% hingga Q2 2018. Dibandingkan tahun sebelumnya, Samsung mengalami penurunan market share sebesar 5% di tahun 2018 ini dari 33% di tahun 2017 menjadi 27%.

Di urutan kedua dalam IDC Top 5 Smartphones Company in Indonesia 2018 berhasil ditempati oleh Xiaomi dengan market share sebesar 25%. Dibandingkan tahun sebelumnya, Xiaomi mengalami kenaikan market share yang signifikan dari 3% di tahun 2017 lalu menjadi 25%. Kenaikan market share dari 2017 hingga 2018 sebesar 22%.

Oppo menempati posisi ketiga dengan market share 18% terhitung hingga Q2 2018. Oppo juga mengalami penurunan market share sebesar 6% di tahun 2018 ini. Sebelumnya, Oppo memiliki market share 24% sepanjang 2017.

Selanjutnya ditempati Vivo dengan market share 9%. Vivo memiliki kenaikan market share sebesar 6% dibandingkan tahun 2017 yang hanya meraih market share 3%.

Vendor smartphone lokal asal Indonesia, Advan juga berjaya di tanah air dengan menempati posisi kelima IDC Top 5 Smartphones Company in Indonesia 2018 dengan market share 6% selama 2018. Ketimbang tahun 2017, Advan memiliki penuruan market share sebesar 3% di tahun 2018 dari 9% di 2017 menjadi 6% di tahun ini.

Selama Q2 2018, pengiriman smartphone di Indonesia mencapai 9,4 juta unit dengan pertumbuhan sebesar 22% dari kuartal sebelumnya. Bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, angka itu meningkat 18%. Inilah yang menjadikan pengiriman pada kuartal tersebut paling tinggi di Indonesia.

Data terbaru IDC selama Q3 2018 juga masih ditempati oleh lima vendor smartphone tersebut yang mencakup Samsung (28%), Xiaomi (24%), Oppo (19%), Vivo (11%) dan Advan (5%). Ketimbang kuartal kedua, tidak ada peningkatan market share signifikan selama Q3 2018.

Tahun 2018 ini juga didominasi oleh kedatangan sub brand di pasar Indonesia. Misalnya Realme yang merupakan sub brand Oppo, Honor sub brand Huawei dan Pocophone sub brand Xiaomi.

Ketiga vendor smartphone berhasil memikat para pengguna smartphone di Indonesia. Ini terbukti dengan produk smartphone mereka yang laris manis di pasar Indonesia baik online maupun offline.

Ada yang datang dan ada yang pergi dalam industri smartphone tanah air selama tahun 2018 ini. Sejumlah vendor smartphone global telah hengkang dari Indonesia selama tahun 2018 ini seperti Coolpad dan Gionee.

Lenovo mobile Indonesia juga sempat hengkang dari Indonesia beberapa bulan lalu. Di bulan Oktober, Lenovo kembali menunjukan taringnya di pasar Indonesia melalui peluncuran K9.

Namun dengan menggandeng Inone Smart Tech Technology sebagai distributor. Tidak lagi menggunakan nama Lenovo Mobile Indonesia.

LG Mobile Indonesia juga sempat vakum sejak beberapa bulan terakhir. Terakhir LG merilis V40 ThinQ bulan Oktober lalu.

Bahkan LG Mobile Indonesia sempat dikabarkan hengkang dari tanah air. Wikimedan juga telah meminta tanggapan kepada LG Mobile Indonesia terkait hal ini, namun hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan resmi dari mereka.

Nampaknya vendor smartphone yang hengkang dari Indonesia dikarenakan tidak mampu berkompetisi dengan para kompetitornya. Berikut ulasan singkat mengenai tumbangnya vendor smartphone di Indonesia berdasarkan data dan penelusuran Wikimedan yang dirangkum selama tahun 2018.

Kalah pamor

Alasan utama kenapa para vendor smartphone hengkang dari Indonesia dikarenakan mereka kalah pamor dengan para pesaingnya. Padahal Coolpad sempat Berjaya di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Produk smartphone yang mereka tawarkan sempat laris manis di pasar Indonesia. Karena harga yang ditawarkan produk tersebut cukup terjangkau dengan spesfikasi handal. Bahkan Coolpad pernah menjadi vendor smartphone terbaik di Indonesia karena tingginya penjualan produk mereka selama 3 tahun dalam periode 2015 hingga 2018.Lini smartphone yang cukup populer di Indonesia adalah Coolpad Cool Dual, Coolpad Fancy, Coolpad Roar, Coolpad Shine dan Coolpad Sky. Coolpad juga sempat menggandeng Maudy Ayunda sebagai brand ambassador.

Berbanding terbalik dengan Coolpad, Gionee memang kurang popluer di Indonesia. Gionee resmi memasuki pasar tanah air sejak Desember 2017. Dari aktivitas di media sosial Instagram diketahui Gionee bergerilya di Bogor dan Surabaya dalam menjajakan produknya secara offline.

Cinta Laura Brand Ambassador Gionee

Padahal Gionee sempat menggandeng Cinta Laura sebagai brand ambassador dan mengusung produk andalan seperti Gionee M7 Power, S11 Lite dan F205. Sayangnya, baru beberapa bulan Gionee harus hengkang dari Indonesia.

Namun akhirnya mereka harus kalah dari persaingan ketat di industry smartphone tanah air. Hengkangnya sejumlah vendor smartphone di Indonesia mengundang simpati dari para pelaku industry tersebut. Dalam sebuah kesempatan Aryo Mediyanto, PR Manager Oppo Indonesia menyayangkan kenapa vendor smartphone tersebut harus hengkang dari Indonesia.

“Kami merasa kehilangan atas sejumlah vendor smartphone yang hengkang dari Indonesia. Tentunya ini mengurangi jumlah vendor smartphone yang menginjakan kakinya di Indonesia. Masuk dan bertahan di pasar smartphone Indonesia memang bukanlah hal yang mudah. Perlu strategi khusus untuk bersaing dengan para competitor. Misalnya produk berkualitas, harga terjangkau, strategi marketing jitu menjadi kunci kesuksesan para vendor smartphone berkarir di Indonesia,” jelas Aryo.

Berdasarkan penelusuran Wikimedan, nama besar seperti Samsung, iPhone, Oppo, Vivo, Xiaomi dan lainnya masih diminati masyarakat Indonesia. Nampaknya nama besar mereka yang menjadi daya tarik para pengguna smartphone. Tidak melulu soal harga dan spesifikasi.

Kerugian besar

Akibat gagalnya berkompetisi di industri smartphone tanah air, akhirnya vendor smartphone tersebut harus menelan kerugian yang cukup besar. Gionee salah satunya.

Dikutip dari beberapa sumber, Gionee harus menderita kerugian besar akibat melemahnya penjualan smartphone mereka di beberapa Negara. Total kerugian yang diterima Gionee mencapai 200 juta yuan per bulan atau sekitar Rp 422 Miliar.

Sumber lain menyebutkan bahwa ada penyebab kerugian lain Gionee. Disebutkan Founder Gionee, Liu Lirong memiliki hutang yang cukup besar yakni 17 miliar Yuan atau setara Rp 35 triliun. Hutang tersebut dikarenakan Liu Lirong kalah judi di kasino.

Laporan lain dari media Tiongkok menyebut, Liu Lirong menderita kerugian hingga 100 miliar yuan atau setara Rp 210 triliun. Sementara sebanyak 6 miliar Yuan atau setara Rp 12,6 triliun disalahgunakan oleh Liu.

Kategori : Berita Teknologi

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *