Pesan Gusdur: Dahulukan Kemanusiaan Dibanding Politik
Wikimedan – Putri pertama Presiden Indonesia ke-4 Abdurahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid ingat benar pesan sang ayah di detik-detik menjelang lengsernya dari jabatan kepala negara.
Kala itu di tahun 2001 dia dipanggil sang ayah untuk membawa keluarga dan juga sang istri Sinta Nuriyah Wahid. Hal itu karena suasana sedang tidak kondusif, lantaran banyak desakan kepada dirinya untuk mengundurkan diri kepala negara.
”Juni 2001 saya dipanggil bapak (Gus Dur). Bapak meminta kita pulang ke Ciganjur, beliau mengatakan ‘suasana berat nak, bawa ibu pulang,” ujar Alissa seperti menirukan sang ayah dalam Haul ke-9 Gus Dur di Ciganjur, Jakarta, Jumat (21/12).
Kala itu, Gus Dur ingin tetap bertahan menjadi kepala negara. Dia ingin melawan desakan mundur dengan kebenaran. Sehingga Alissa pun memilih menemani sang ayah di istana, dan tidak ingin meninggalkan sendirian.
“Saya bertanya, ‘pak, kenapa si bapak bertahan. Musuhnya banyak, bapak kan tidak menginginkan jabatan’. Beliau menjawab ‘nak, kita berjuang untuk kebenaran’. Kebenaran tidak bisa divoting,” tegas Alissa menirukan Gus Dur.
Situasi makin memanas, ribuan santri dari Jawa Timur juga sudah bergegas menuju ibu kota untuk membela Gus Dur. Mereka tidak ingin Gus Dur meninggalkan jabatannya dari kepala negara hanya karena desakan mundur.
“Waktu itu, beliau mendapat laporan ribuan akan datang dan siap berjihad untuk pemimpin mereka (Gus Dur),” ungkapnya.
Unjuk rasa besar dikatakan Alissa juga terjadi di depan istana. Mereka berteriak supaya Gus Dur meninggalkan jabatannya. Situasi makin memanas kala itu.
Melihat situasi makin memanas, akhirnya Gus Dur berubah pikiran. Dia ikhlas meninggalkan jabatan kepala negara. Alasannya karena Gus Dur tidak ingin adanya bentrokan antara massa yang mendukungnya dengan yang kontra.
“Begitulah ketika kemanusiaan diletakkan di atas politik. Beliau teguh tidak akan mengorbankan rakyat untuk keuntungan mereka sendiri,” katanya.
Oleh sebab itu menurut Alissa ada pelajaran penting dari kisah lengsernya sang ayah tersebut. Elite politik harus mengedepankan nilai-nilai kemanusian. Jangan memaksakan diri untuk kepentingan pribadi.
“Mari kita jadikan ini tauladan, mendahulukan kemanusiaan dibanding politik. Kita harus mengingatkan pemimpin untuk melayani rakyat, bukan pemimpin yang dilayani rakyat,” pungkasnya.
(gwn/JPC)
Kategori : Berita Nasional