Kupas Tuntas Hipogonadisme, Gangguan Hormon Pemicu Masalah Kesuburan
[ad_1]
Anda memiliki masalah kesuburan? Mungkin saja Anda selama ini mengalami hipogonadisme. Hipogonadisme adalah gangguan hormon seks yang bisa memengaruhi kesuburan. Lantas, apa itu hipogonadisme dan apa penyebabnya? Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Hipogonadisme adalah gangguan hormon pada pria dan wanita
Ya, baik pria maupun wanita dapat mengalami hipogonadisme. Hipogonadisme adalah kondisi ketika kelenjar seks atau gonad, yaitu testis pada pria dan ovarium pada wanita, sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan hormon seks. Kondisi ini sering kali dikaitkan sebagai penyebab andropause pada pria dan menopause pada wanita, meskipun sebetulnya tidak selalu demikian.
Hipogonadisme dapat terjadi karena bawaan lahir, tapi bisa juga dialami oleh seseorang yang terkena infeksi atau cedera saat dewasa. Jika hal ini terjadi sejak lahir, maka perkembangan organ reproduksi anak laki-laki atau perempuan akan terhambat saat ia memasuki masa pubertas. Sedangkan bila hipogonadisme baru terjadi saat dewasa, maka Anda perlu waspada karena ini dapat menurunkan libido hingga memicu masalah kesuburan.
Apa saja penyebab hipogonadisme?
Dilihat dari penyebabnya yang paling umum, hipogonadisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hipogonadisme primer
Anda disebut mengalami hipogonadisme primer jika organ seksnya (testis atau ovarium) yang bermasalah. Organ seks masih bisa menerima sinyal dari otak untuk menghasilkan hormon, tapi testis atau ovariumnya sendiri sudah tidak mampu lagi memproduksi hormon.
Jenis hipogonadisme ini dapat disebabkan oleh penyakit tertentu yang membuat organ seks jadi tidak berfungsi. Contohnya adalah penyakit autoimun seperti hipoparatiroidisme, penyakit turunan seperti sindrom Turner, benjolan di testis, gangguan ginjal dan hati, testis tidak turun, terkena radiasi, atau operasi testis.
2. Hipogonadisme sekunder
Hipogonadisme sekunder adalah gangguan hormon yang terjadi akibat adanya masalah pada hipotalamus atau kelenjar pituitari, dua bagian otak yang memproduksi hormon. Jika dari sumber utamanya saja sudah bermasalah, maka tentu tidak ada sinyal yang dikirimkan untuk menghasilkan hormon seks.
Sama seperti sebelumnya, jenis hipogonadisme ini juga dapat disebabkan oleh penyakit tertentu yang membuat kinerja hipotalamus atau kelenjar pituitari di otak jadi terganggu. Contohnya infeksi HIV, TBC, obesitas, penurunan berat badan drastis, kurang gizi, operasi di bagian otak, dan cedera otak.
Tanda dan gejala hipogonadisme
Selain memastikan siklus menstruasi dan produksi sperma berjalan dengan baik, hormon seks juga membantu mengendalikan pertumbuhan fisik pria dan wanita.
Pada pria, hormon seks ini membantu menjaga massa otot, massa tulang, dan menumbuhkan bulu tubuh. Sementara pada wanita, hormon seks membantu mengembangkan jaringan payudara saat memasuki masa pubertas.
Namun, jika hormon seks diproduksi sangat sedikit atau bahkan tidak dihasilkan sama sekali, maka hal ini akan memunculkan tanda dan gejala hipogonadisme. Pada dasarnya, gejala hipogonadisme pada pria dan wanita tidak jauh berbeda.
Pada pria, tanda dan gejala hipogonadisme adalah:
- Bulu tubuh hanya sedikit atau bahkan tidak tumbuh
- Berkurangnya massa otot
- Dada membesar seperti payudara (ginekomastia)
- Gangguan pertumbuhan penis dan testis
- Disfungsi ereksi
- Osteoporosis
- Penurunan gairah seksual
- Masalah kesuburan
- Hot flashes atau merasa kepanasan
- Sulit konsentrasi
Sedangkan pada wanita, tanda dan gejala hipogonadisme adalah:
- Gangguan menstruasi hingga menyebabkan menopause
- Pertumbuhan payudara terhambat
- Hot flashes atau merasa kepanasan
- Penurunan gairah seksual
- Keluarnya cairan mirip susu dari payudara
Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan penyebabnya.
Apa yang harus dilakukan?
Kunci terpenting untuk mengatasi hipogonadisme adalah mendeteksi gejalanya sedini mungkin. Semakin cepat Anda menyadari gejalanya, maka semakin cepat pula penanganan dari dokter. Dengan begitu, Anda dapat terhindar dari risiko masalah kesuburan jika tidak cepat-cepat ditangani.
Penanganan hipogonadisme cenderung berbeda-beda untuk setiap orang, tergantung dari usia dan seberapa parah gangguan hormonnya. Namun biasanya, dokter akan menganjurkan terapi testosteron (TRT) pada pria atau terapi estrogen pada wanita sebagai langkah awal untuk meningkatkan produksi hormon seks dalam tubuh.
Tidak hanya untuk “memancing” hormon seks dalam tubuh, terapi hormon ini juga bermanfaat untuk mendorong gairah seksual, meningkatkan massa tulang, dan memperbaiki suasana hati yang selama ini terganggu akibat hipogonadisme.
Sama seperti terapi lainnya, penambahan hormon ini nyatanya juga menyimpan sejumlah risiko untuk kesehatan. Kelebihan hormon dalam tubuh dapat meningkatkan risiko kanker prostat, kanker rahim, gagal jantung, hingga insomnia akut. Maka itu, selalu konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat untuk hipogonadisme Anda.
Baca Juga:
[ad_2]