Berita Nasional

Kisah Dua Guru di Medan Dianiaya Orangtua

Indodax


[ad_1]






Wikimedan – Sepekan yang lalu menjadi hari yang tidak terlupakan bagi Syahyudi. Kala dia dipanggil oleh kepala sekolah SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) di Kota Medan. 





Tepatnya Kamis (3/10) petang, Syahyudi bersama Cindy Claudyana Sembirig, sesama pengajar di YPSA masuk ke dalam kantor Kepsek. Ternyata di dalamnya sudah menunggu orangtua AN, murid kelas XI di sekolah tersebut. Mereka adalah DT (ibu), AR (ayah), DF (paman) dan satu wali murid lainnya yang tidak diketahui namanya. 





Sang orangtua murid datang untuk meminta klarifikasi atas kekerasan terhadap AN yang disangkakan kepada Syahyudi dan Cindy. Pertemuan berlangsung lancar di awal. 


Kisah Dua Guru di Medan Dianiaya Orangtua

Syahyudi, salah satu guru korban penganiayaan orangtua murid. (Prayugo Utomo/Wikimedan)





Kepala Sekolah SMA, Bagoes Maulana mengatakan, pertemuan itu untuk menuntaskan masalah. Dia akan bertanggung jawab, bahkan saat pertemuan itu sang Kepsek mengatakan akan memberikan sanksi jika dua gurunya terbukti melanggar. 





Sang ayah pun berbicara hal yang dikeluhkan anaknya. Langsung dengan nada tinggi. Disela pembicaraan, sang ibu kemudian mengambil air mineral gelas dan melemparkan ke Cindy. Gelas air mineral itu nyaris mengenai guru Bahasa Arab tersebut. Beruntung, dia sempat mengelak. Situasi mulai panas. 





Kepsek sempat mencoba menenangkan situasi. Setelah reda, sang ayah melanjutkan pembicaraan. Istrinya juga ikut berbicara tetap dengan nada tinggi. “Dia sempat bilang, mereka ini tidak cocok mengajar di sini, Ini bukan guru,” ujar Syahyudi saat ditemui Wikimedan, Rabu (10/10) petang. 






Ibu yang berprofesi sebagai dokter itu langsung berdiri dan menghampiri Syahyudi. Pukulan melayang ke arahnya. Ternyata suasana semakin kacau. Sang paman, Kata Syahyudi, melemparkan botol plastik minuman ke arahnya. Lemparan itu kena tepat di dekat dada dan menyebabkan sedikit luka. 






Setelah sang ibu menghajar Syahyudi, dia beranjak ke arah Cindy. Dia memegang kepala Cindy dan mencoba menghempaskannya ke arah meja. “Syukur Alhamdulillah cindi mencoba menahan, dan tidak kena ke meja,” 





Kemudian sang paman dan ayah murid itu menghampiri Syahyudi. Dia menghindar ke sisi lain ruangan. Mereka tetap mendekat ke arah Syahyudi. Dia tersudut dan dihajar. “Saya melindungi wajah saya. Pukulan yang saya rasakan itu di bagian punggung dan kepala bagian belakang,” jelasnya.





Saat Syahyudi diserang, ternyata Cindy juga dalam posisi tersudut ke dinding oleh sang ibu. Dia juga dipukuli. 





Saat itu di dalam forum, ada kepala sekolah, wakasek bidang kesiswaan dan guru Bimbingan konseling. Mereka berusaha melerai. Guru Bimbingan konseling lari keluar untuk mencari bantuan. 





Setelah kacau, mereka kembali duduk. Syahyudi pun juga menyampaikan maaf. Namun ditolak pihak keluarga murid. Sampai akhirnya pertemuan itu selesai. 





Usut punya usut masalah itu bermula pada laporan sang murid kepada orangtua. Cindi adalah Wali Kelas Pelajar Kelas XI SMA yang dikenal sebagai tempat pendidikan orang-orang tajir. Pelajar itu, kata Syahyudi, terlambat masuk ke kelas saat jam pelajaran, Rabu (3/10). Dan Cindi mengingatkan kepada muridnya.





“Bu Cindi dituduh melakukan pencekikan kepada murid pada muridnya,” ungkapnya.





Siang harinya, sang murid kena teguran Syahyudi. Ketika usai jam istirahat, laki-laki berbadan kurus itu melihat sang murid dinasehati oleh guru lainnya. “Dia itu ngeledekin Bu Cindi. Disuruh berdiri dia gak mau. Ini bukan sekali saja, hampir rata-rata guru mendapat perlakuan yang sama ketika menyikapi itu,” 





Sang anak memang selama ini memang dikenal sedikit nakal. Dia suka mencari perhatian kepada orang sekelilingnya. Jika diprovokatori, dia akan berbuat nakal.





“Pernah saya tanya, siapa yang menyuruhnya melawan guru. Karena kalau dia bilang siapa kawannya, pasti akan tindak juga. Ternyata dia sendiri yang mau. Dia merasa enggak bersalah. Sudah sering juga dinasehati,” ungkapnya. 





Usai pertemuan tersebut, Syahyudi dan Cindi langsung mendapat sanksi dari sekolah. Cindi dipecat. Syahyudi dikenakan sanksi skorsing. Sanksi itu mereka terima hari itu juga. 





Guru-guru lainnya pun menyesalkan kejadian pemukulan orangtua murid kepada koleganya. Yang lebih disayangkan, mereka mengetahui penganiayaan itu dari murid lain. Bahkan skorsing dan pemecatan itu pun terkesan diambil sepihak. Keduanya tidak diminta klarifikasi. “Saya secara pribadi tidak diminta klarifikasi,” 





Syahyudi mengatakan kalau dirinya termasuk orang yang sering menasehati AN. Tak pelak dia sakit hati saat dituduh melakukan penganiayaan terhadap AN. “Dimana buktinya,” katanya. 





Kini kasus itu berlanjut ke ranah hukum. Pelaku penganiayaan dilaporkan ke polisi. Yudi juga sudah didampingi pengacara. Para pelaku dilaporkan ke Polrestabes Medan pada Jumat (5/10). 





“Mereka kecewa dengan pihak yayasan. Karena tidak ada perhatian dari pihak yayasan, sehingga membuat laporan,” kata salah satu kuasa hukum dari Tim Pembela Guru dan Dosen Bambang Santoso.





Sementara itu, Bagoes Maulana saat dikonfirmasi juga membenarkan penganiayaan itu. Bahkan Bagoes juga membenarkan kalau anak buahnya, memang melakukan tindakan fisik. Tapi dalam batas yang wajar. “Tidak sampai luka. Tapi masing-masing pasti punya versi,” katanya. 





Dia juga mengatakan, saat kondisi ricuh, sudah coba ditenangkan. pada akhirnya pertemuan itu kembali tenang. Laki-laki berbadan sedikit tambun itu mengatakan, kalau Cindy memang sempat melakukan kekerasan fisik. Cindy saat itu memang menarik jambang hingga menjewer telinga murid tersebut. Bahkan Cindy juga dituding sempat melingkarkan dasi kepada sang murid karena dia memakainya tidak rapi. 





“Ada juga pakai sapu, tapi bukan niat mau mukul. Sedangkan Pak Syahyudi dia ada menampar,” 
YPSA memang tidak membenarkan kekerasan. Cara-cara persuasif diterapkan. Kesalahan hanya diberlakukan sistem poin. Termasuk kepada para guru. 





“Skorsing memang sudah dilakukan sesuai prosedur kita. Dan Cindy ini guru training. Ini bulan ketiga dia,” ungkapnya. 





Selama ini, cindy memang dalam pengawasan. Sehingga dia evaluasi. Atas kasus ini sekolah melakukan proses pembelaan. “Kita akan mengedepankan jalur kekeluargaan. Karena memang kita lembaga pendidika. Kita akan panggil orangtua itu lagi. Kita minta permintaan maaf resmi. Kalau tidak mau yah kita pakai jalur hukum juga,” tandasnya. 





(pra/JPC)

[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *