Waduh! Bursa Jepang Ambles, Warning Buat IHSG Nih
Wikimedan.com – Waduh! Bursa Jepang Ambles, Warning Buat IHSG Nih. Bursa Asia dibuka bergerak melemah pada perdagangan Senin (14/2/2022), di mana saham di Jepang memimpin penurunan karena investor masih mengamati perkembangan Covid-19 di Hong Kong dan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Indeks Nikkei Jepang di sesi awal perdagangan jatuh 2%, sementara indeks Topix melemah 1,8%. KOSPI Korea Selatan terkoreksi 1,34%. Namun, indeks S&P/ASX 200 Australia tumbuh 0,44%.
Hang Seng Hong Kong turun 0,73%. Saham di dataran China diperdagangkan di zona negatif di mana indeks Shanghai Composite China turun 0,32% dan Straits Times Singapura terdepresiasi 0,64%.
investor di zona Asia masih akan mengamati perkembangan kasus Covid-19 di Hong Kong, di tengah fasilitas kesehatan yang menipis karena penyebaran Covid-19 melonjak. Pada pekan lalu, Sekretaris Pemerintah Hong Kong mengumumkan bahwa dataran China akan membantu melakukan tes dan fasilitas karantina.
Selain itu, perkembangan tensi antara Rusia dan Ukraina masih terus diamati oleh investor. Kecemasan Rusia akan menyerang Ukraina membuat saham di Wall Street jatuh pada Jumat (11/2/2022), di mana indeks Nasdaq terkoreksi hampir 3%.
Cenderung melemahnya bursa Asia pada pagi hari ini terjadi di tengah terkoreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat pekan lalu. Indeks Dow Jones ditutup melemah 1,43% ke level 34.738,06 dan Nasdaq Composite terkoreksi 2,8% ke posisi 13.791,15. Indeks S&P 500 turun 1,9%.
Penurunan dipicu oleh peringatan dari Gedung Putih terhadap tensi di Ukraina yang diprediksikan dapat terjadi kapan saja dan menyarankan warga AS yang masih berada di sana agar segera kembali. Namun, harga minyak dunia melonjak pekan lalu, di mana aset safe havens seperti obligasi pemerintah juga naik.
“Ketakutan yang nyata ketika China mendukung Rusia dan hubungan antara China dan AS menjadi memburuk. Sehingga, merubah hubungan ekonomi dari negara superpowers tersebut dan berimbas kepada perekonomian dunia,” tutur Direktur Perencanaann Upholdings Robert Cantwell dikutip dari CNBC International.