Ternyata 'Hidup' Jadi Awal Sejarah Rusun Karang Anyar
[ad_1]
Wikimedan – Pembongkaran Rumah Susun (Rusun) Karang Anyar, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, menyisakan sepenggal kisah awal mula didirikannya bangunan tempat tinggal itu.
Berdasarkan penuturan Ading Zainudin 62, yang merupakan mantan ketua Rukun Warga (RW) di Rusun Karang Anyar, salah satu warga bernama Hidup menjadi awal mula dibangun tempat itu.
“Dulu sebelum ada rusun, ini dulunya pemukiman warga yang cukup padat. Nah, si Hidup (nama panggilan seorang warga) itu warga sini juga, yang buat seluruh pemukiman habis terbakar,” tutur Ading saat ditemui Wikimedan (21/9).
Ading menjelaskan awal mula kejadian, ketika itu Hidup cekcok dengan keluarga dari istrinya. Warga sekitar kurang mengetahui apa penyebab cekcok yang terjadi. Namun, Hidup berniat ingin menjadikan daerah itu menjadi lautan api. Keluarga istri yang mengetahui hal itu, langsung melaporkan Hidup ke ketua RW.
“Jadi dulu sebelum kejadian, si Hidup cekcok sama keluarga istrinya. Katanya mau bikin tempat ini jadi lautan api, terus keluarga istrinya lapor ke saya,” jelas Ading.
Namun, tak sempat berbicara panjang, Hidup sudah melakukan aksinya dengan berawal membakar dirinya. Akibatnya permukiman warga yang padat dan semi permanen, dilalap api dengan cepat.
“Baru ngelapor, eh sudah ada yang teriak kebakaran. Disamping rumah warga yang padat, bangunannya juga semi permanen. Api yang ngebakar si Hidup nyambar kemana-mana,” imbuhnya.
Ading juga menerangkan insiden itu terjadi saat lima hari sebelum Hari Raya Idul Fitri pada tahun 1987 pada pukul 21.00 WIB seusai warga salat tarawih. “Itu kejadiannya 5 hari sebelum lebaran. Orang-orang abis selesai salat tarawih jam 9 malam,” terang Ading.
Akibat dari insiden itu, Hidup berhasil membuat empat RT dilalap sijago merah. Setelah peristiwa itu, kemudian dibangun Rusun Karang Anyar bagi warga yang kehilangan rumahnya. Pembangunan dilakukan oleh pengembang swasta saat itu.
Kemudian setelah 31 tahun tahun kemudian bangunan yang sudah rapuh dan tak layak lagi dihancurkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk dibangun kembali.
(dik/JPC)
[ad_2]