Berita Nasional

Tahun Politik, Jokowi Ajak Waspadai Hoax

Indodax


[ad_1]








Wikimedan – Dalam momentum pesta demokrasi, isu perpolitikan memang cukup hangat diperbincangkan. Mulai dari berita bohong atau hoax hingga ujaran kebencian kerap terdengar di masyarakat. Maka semua harus diwaspadai dan diantisipasi agar tidak termakan berita secara mentah-mentah.







Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan tahun ini merupakan tahun rawan hoax, ujaran kebencian dan fitnah. Kalimat tersebut diungkapkan saat menghadiri peringatan malam puncak Hari Santri Nasional (HSN) 2018 di Lapangan Gasibu, Bandung (21/10).







Menurutnya dalam ajaran agama tidak memperbolehkan fitnah, mencela, dan menjelek-jelekkan. Namun terasa sulit dihindarkan dan selalu terjadi setiap tahun politik seperti sekarang ini. Padahal itu  hanya demi kepentingan politik jangka pendek.







Kendati demikian, dirinya menegaskan berbeda pilihan adalah hal wajar dalam demokrasi. “Silahkan berbeda pilihan, itu tidak apa-apa. Namanya juga pesta demokrasi,” kata Jokowi di Lapangan Gasibu Bandung, Minggu (21/10).







Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga mengatakan hal senada untuk selalu menyuarakan perdamaian. Masyarakat diminta untuk menjauhi berita hoax, ujaran kebencian dan fitnah.







Dengan cara mempertegas peran santri sebagai pioner perdamaian yang berorientasi pada spirit moderasi beragama di Indonesia. Sebab kalangan pesantren bukan hanya menguasai pengetahuan agama secara mendalam, namun juga yang senantiasa memperindah ilmu dan perilakunya.








“Yakni dengan karakter, bijak, moderat, toleran, dan cinta tanah air. Karenanya para santri semestinya makin kuat bersuara dan aktif memberi teladan perdamaian di era yang gampang gerak ini,” kata Lukman.








Menurutnya Keputusan Presiden No 22 tahun 2016 tentang hari santri telah di tandatangani dan dibacakan langsung oleh Presiden Jokowi tiga tahun silam. Sehingga penetapan hari santri bukan sekedar bentuk afirmasi atau recognisi bagi santri.







Tapi juga disertai upaya transformasi pesantren, menjadi lembaga yang paling kredibel sebagai sumber pengetahuan agama, sekaligus paling kompetibel sebagai pembibitan anak bangsa yang makin meningkat kualitasnya.







Lukman menambahkan Presiden Soekarno menyerukan Jas merah dengan artian jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sedangkan para ulama atau kiai dikatakan atau mengingatkan dengan jas hijau, jangan sekali kali menghilangkan jasa ulama.







“Ulama dan umaro saling mengisi, melengkapi, sinergi, menjaga NKRI yang agamis. Malam puncak ini saya mengajak ke seluruh santri di sini dan di manapun berada agar jangan pernah lelah mencintai Indonesia,” tegasnya.







Menurutnya, perihal kecintaan pada agama dan kecintaan pada negara bisa dibuktikan dengan menyatukan kembali saudara-saudari atau masyarakat yang terbelah karena berbeda pilihan. Dengan menyejukkan kembali sejawat dan kerabat yang berseteru karena beda pandangan.







“Menyejukan hati dan pikiran kita yang terkoyak oleh fitnah dan hoax yang tidak berkesudahan. Membangkitkan kembali semangat keluarga kita yang terkena bencana serta menundukan diri kita pada tuhan yang maha kuasa,” pungkasnya.







(ona/JPC)




[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *