Setara Institute Kemukakan Reuni Aksi 212 Adalah Gerakan Politik
Wikimedan – Penyelenggaraan reuni aksi 212 tinggal menghitung, namun banyak yang mempertanyakan terkait kejelasan dari gerakan tersebut. Setara Institute melihat ini adalah sebuah gerakan politik.
Ketua Setara Institute, Hendardi menjelaskan rencana reuni aksi 212 pada Minggu (2/12), menggambarkan secara nyata aksi sejumlah elit Islam politik pada 2016 yang kemudian direpetisi pada 2 Desember 2017 adalah gerakan politik.
“Sebagai sebuah gerakan politik maka kontinuitas gerakan ini menjadi arena politik baru yang akan terus dibangkitkan sejalan dengan agenda-agenda politik formal kenegaraan terutama jelang Pilpres 2019,” jelas Hendardi pada keterangannya, Jumat (30/11).
Hendardi menjelaskan target para elite 2012 adalah karena ingin menguasai ruang publik untuk menaikkan daya tawar politik dengan para pemburu kekuasaan atau dengan kelompok politik yang sedang memerintah.
“Bagi mereka public space adalah politik. Jadi, meskipun gerakan ini tidak memiliki tujuan yang begitu jelas dalam konteks mewujudkan cita-cita nasional, gerakan ini akan terus dikapitalisasi,” terangnya.
Dia menyesalkan bahwa gerakan 212 menggunakan pranata dan instrumen agama Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam mainstream. Ini justru dianggap memperburuk kualitas keagamaan di Indonesia. Namun, Hendardi menyatakan gerakan ini mulai kehilangan dukungan sejalan.
“Ini karena meningkatnya kesadaran warga untuk menjauhi praktik politisasi identitas agama untuk merengkuh dukungan politik atau menundukkan lawan-lawan politik. Warga semakin sadar dan pandai melihat gerakan semacam ini membahayakan kohesi sosial bangsa yang majemuk,” paparnya.
“Jadi, kecuali untuk kepentingan elit 212, maka gerakan ini sebenarnya tidak ada relevansinya menjawab tantangan kebangsaan dan kenegaraan kita,” pungkasnya.
(rgm/JPC)
Kategori : Berita Nasional