Berita Nasional

'Salaman Bareng Jokowi', Jadi Firasat Terakhir Idariana

Indodax







Hayalan berjabat tangan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak sebulan lalu mungkin jadi firasat Idariana, 48, bakal kehilangan buah hati, menantu, dan kedua cucunya.





Desyinta Nuraini, Jakarta





Bagai petir di siang bolong ketika Idariana yang tengah berkebun pada Senin, (28/10), mendengar kabar anaknya, Restia Amelia bersama menantunya, Daniel Wijaya serta kedua cucunya, Radika Wijaya dan Rafeza Wijaya menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Namun, kabar itu seakan dia tidak mau percaya.





Sebab, Restia tidak bilang akan pergi ke Jakarta bersama suaminya. Idariana langsung menelepon sanak keluarga lain yang dekat rumah anaknya untuk memastikan apakah ada di rumah atau tidak.





Jawaban yang didapat bahwa benar anaknya pergi ke Jakarta untuk berlibur ke rumah mertuanya. Lagi-lagi Idariana tak mau percaya. Dia pun bergegas ke Bandara Depati Amir, Pangkalpinang.





Baru lah warga Bangka Barat itu percaya anaknya menjadi korban pesawat Lion Air JT 610 setelah melihat daftar manifes penumpang di televisi yang ada di bandara tersebut.






“Ada nama anakku, baruku lah rasa percaya. Rasanya demam, berdiri ndak tahan lagi rasa,” kata Idariana yang mengaku air matanya seakan sudah habis untuk menangis ketika berbincang dengan Wikimedan di depan posko Antemortem korban Lion Air di RS Polri, Jakarta, Rabu (31/10).






Idariana merasa terpukul mengingat dua cucunya juga menjadi korban. Dia terbilang memiliki hubungan yang sangat intim dengan Radika dan Rafeza lantaran mengurusnya sejak kecil. “Dua-duanya ganteng, putih. Yang kecil matanya sipit, yang besar mirip mamaknya matanya besar,” kenangnya.





Bahkan dia sempat berharap kedua cucunya selamat dari kecelakaan pesawat itu. “Tapi sampai sekarang nggak ada yang memungkinkan anak kecil, anak bayi. Semua yang datang kaki sepotong, tangan sepotong, badan sepotong, jadi pupus lah harapanku,” sebutnya lirih.





Kini Idariana tinggal menunggu hasil tes DNA. Dia ingin membawa jenazah kedua cucu kesayangan dan anaknya kembali ke Bangka Barat.





“Ku dah ngomong ke dokter ku bawa pulang ke Bangka. Biar kaki sebelah, tangan sebelah, ku bawa pulang. Jenazah ndak ada yang utuh,” kata dia.





Di sisi lain dia bercerita, teringat ketika sejak sebulan lalu ingin bersalaman dengan Jokowi. Hal itu bermula ketika grup Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di kampungnya akan mengikuti lomba di tingkat provinsi.





Idariana langsung menyahut supaya mereka ingin ikut lomba di tingkat nasional. Ditanya oleh ketua tim mengapa ingin lanjut ke tingkat nasional, wanita yang berbicara penuh lihat Bangka sedikit Melayu itu mengaku mengidamkan ingin bersalaman dengan Jokowi.





“Ku mau nak nyalam Jokowi. Aneh bener hayalan ku kok dari Bangka nyalam Jokowi. Mustahil kan. Masa pingin nyalam Jokowi kan ndak mungkin kita rakyat kecil, rakyat kebon,” tuturnya.





Dia lantas menghubungkan bahwa kejadian ini menjadi sebuah firasat akan datang ke Jakarta. Namun sayangnya, kedatangannya ke ibu kota untuk menjemput jenazah kedua cucu dan anaknya.





Sayangnya lagi, ketika Jokowi meninjau Bandara Soekarno-Hatta pasca jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, dia tak sempat bersalaman lantaran baru tiba di bandara tersebut pada malam hari.





“Rupanya kejadian begini ada Jokowi di sini. Mungkin kalau datang pagi kita dapat nyalam Jokowi, tapi kami datang malam telat,” tukas Idariana yang berusaha untuk tetap tersenyum walau hatinya remuk.





(dna/JPC)



Kategori : Berita Nasional
Sumber : https://www.jawapos.com/nasional/01/11/2018/salaman-bareng-jokowi-jadi-firasat-terakhir-idariana

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *