Ratusan Guru Honorer di Malang Mogok Mengajar
[ad_1]
Wikimedan – Ratusan guru tidak tetap (GTT) di Kabupaten Malang menggelar aksi mogok mengajar. Hal itu sebagai bentuk protes atas belum jelasnya regulasi pengangkatan GTT atau guru honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Aksi mogok mengajar sudah dilakukan sejak Rabu (26/9) kemarin. Berdasarkan data yang dimiliki Wikimedan, aksi diikuti guru honorer dari dua kecamatan. Yakni, Kecamatan Dampit dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Dari Sumbermanjing Wetan, ada 350 GTT dan 50 pegawai tidak tetap (PTT) yang sepakat untuk tidak bekerja. Dampak dari aksi mogok tersebut adalah kegiatan belajar mengajar di sejumlah SD menjadi lumpuh.
Belakangan diketahui, ada beberapa lembaga SD dengan tenaga pendidik masih didominasi GTT. Seperti SDN I Sekarbanyu, Sumbermanjing Wetan. Di sana, hanya ada dua guru berstatus PNS. Yakni, kepala sekolah dan seorang guru.
Sementara GTT di SDN 1 Sekarbanyu sebanyak enam orang dengan jumlah siswa 187 orang. Hal serupa juga terjadi di SDN Tambakasri. Sekolah itu hanya punya dua PNS. Yakni, kepala sekolah dan seorang guru. Sementara jumlah GTT sebanyak tujuh orang. “Kegiatan belajar mengajar di sejumlah SD terpaksa tidak ada,” urai Korwil GTT Sumbermanjing Wetan Misirin, Kamis (27/9).
Misirin menjelaskan, aksi mogok dipicu regulasi rekrutmen CPNS 2018 yang dianggap tidak berpihak pada keadilan. Utamanya bagi GTT/PTT yang sudah mengabdi puluhan tahun. Gaji yang mereka sebesar Rp 200 ribu setiap bulan, masih jauh untuk memenuhi kebutuhan.
Jika sampai beberapa hari ternyata belum ada kepastian dari pemerintah, aksi mogok mengajar terus mereka lakukan. “Juga bagi teman-teman yang non-K2, paling tidak diberi perhatian insentif. Itu sebagai ikatan dan semangat mereka agar mengajar lebih baik,” imbuhnya.
Misirin mengaku, sebenarnya aksi mogok mengajar dilakukan dengan rasa berat hati. Pasalnya, GTT merasa telah menerlantarkan anak-anak didik. “Kami bertahan sampai saat ini demi kecerdasan putra-putri bangsa. Kami merasa berdosa. Tetapi di sisi lain, kami juga butuh hidup untuk masa depan keluarga,” tandasnya.
(tik/JPC)
[ad_2]