Putra Mahkota Arab Saudi Minta Investasi di Kilang Cilacap Dipercepat
Wikimedan – Saat matahari tepat di atas kepala, Jumat siang (30/11) waktu Buenos Aires, Argentina (Sabtu dini hari WIB), Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mendapat kesempatan bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) di sela acara G20 Leaders Summit. Pertemuan kedua pemimpin dari negara muslim terbesar di dunia tersebut berlangsung akrab. Keduanya saling bertukar salam sebelum memulai pertemuan yang berlangsung tertutup.
Pada pertemuan di Costa Salguero Center yang steril dari media itu, JK ditemani Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Syafruddin serta Menkominfo Rudiantara. Pangeran MBS menyambut rombongan JK dengan didampingi para menteri dan penasihatnya.
Setelah pertemuan sekitar 20 menit, JK menyampaikan poin-poin kesepakatan yang dicapai. Salah satu komitmen penting adalah Saudi ingin menambah investasi di Indonesia. “MBS berencana berkunjung langsung ke Indonesia tahun depan, sekitar Februari sampai Maret, untuk membicarakan hubungan ekonomi dua negara. Khususnya investasi kilang minyak Arab Saudi di Cilacap,” papar JK yang mengenakan setelan jas safari dengan dasi kuning.
Dia mengungkapkan, investasi pengembangan kilang minyak di Cilacap itu sampai saat ini belum dimulai.
MBS berharap pembangunan kilang dengan nilai investasi USD 6 miliar (sekitar Rp 87 triliun) itu bisa dipercepat. Dalam pertemuan, kepada calon ahli waris takhta Kerajaan Arab Saudi tersebut, JK mengakui bahwa keterlambatan itu lebih banyak disebabkan pihak Indonesia. “(Masalahnya) ada di pembebasan lahan, persetujuan, dan (permasalahan) lainnya. Mereka minta agar dipercepat,” ujarnya.
Selain soal kilang minyak di Cilacap, kerja sama digitalisasi ekonomi turut dibahas. Bahkan, sempat ada pembahasan antara Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dengan pejabat urusan ekonomi dari Saudi.
Gencarnya tekanan dunia untuk pengusutan kasus kematian kolumnis Jamal Khashoggi di Saudi juga disinggung dalam pertemuan. Tampaknya, MBS ingin JK mendengar langsung perkembangan terbaru pengusutan kasus tersebut dari dirinya. “MBS menyampaikan, soal Khashoggi, sudah dilakukan penahanan terhadap 11 orang di Saudi,” ungkap JK.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebutkan, rencana investasi pengembangan kilang di Cilacap tersebut merupakan bagian dari kerja sama antara Pertamina dan Saudi Aramco. “Selain di Cilacap, ada juga di Balikpapan dan Tuban sebagai bagian dari program RDMP Pertamina. Bahkan, pada 2016 sudah dijajaki untuk membuat perusahaan patungan untuk kilang Cilacap. Hanya, kerja sama investasi tersebut memang belum ada realisasinya,” ujarnya saat dihubungi kemarin.
Pangeran MBS memang menjadi pusat perhatian dalam perhelatan KTT G20. Para pemimpin dunia sudah menanti-nantikan momentum pertemuan untuk menunjukkan sikap mereka terhadap Arab Saudi terkait pembunuhan Jamal Khashoggi awal bulan lalu.
Middle East Eye melaporkan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron sempat bercakap-cakap dengan MBS. Tapi, nadanya sinis. Dalam komunikasi bahasa Inggris yang videonya sempat tersebar luas di media sosial itu, Macron terdengar geram. “Anda tidak pernah mendengar kata-kata saya,” keluh Macron. MBS menjawabnya dengan kalimat, “Tentu saja saya mendengarkan.”
Jika interaksi sekejapnya dengan Macron penuh ketegangan, MBS tampak jauh lebih santai saat berjumpa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Meski, dalam forum yang sama, Trump dan Putin saling mengirimkan tatapan sinis.
Dengan Trump, MBS sempat main mata. Kepada Putin, putra mahkota Saudi itu bahkan berjabat tangan. Namun, MBS kembali kaku saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dia hanya sempat melirik pemimpin negara yang menjadi lokasi tewasnya Khashoggi tersebut. Dia juga sempat terlihat menundukkan kepala ketika melihat Erdogan melintas di depannya.
Bagaimana tanggapan Erdogan? Cuek. Pemimpin 64 tahun itu seolah tidak peduli ada MBS dalam ruangan itu. Dia melenggang santai di depan pria yang disebut-sebut mendalangi pembunuhan keji Khashoggi itu. Jangankan menoleh, melirik ke arah MBS pun tidak dilakukan Erdogan.
Koreksi Pertumbuhan
Sementara itu, suhu dingin hingga 16 derajat Celsius berdampak positif dalam pertemuan utama G20 Leaders Summit di Plenary Hall, Costa Salguero Center. Tensi perang dagang antara dua negara dengan perekonomian terkuat, Tiongkok vs Amerika Serikat, yang sebelumnya memanas mulai melandai.
Harapan itu muncul saat sesi pidato Presiden AS Donald Trump yang menjadi pusat perhatian forum. Di atas mimbar utama, Trump lebih banyak menceritakan pertumbuhan AS yang mencapai banyak kemajuan dalam kepemimpinan dirinya. Dia ingin membagi capaian itu dengan negara-negara lain dalam bentuk kerja sama.
Keinginan untuk berkolaborasi dengan semua negara juga diungkapkan Presiden Tiongkok Xi Jinping. “China mengajak semua negara berdialog. Jadi, forum G20 ini jadi forum dialog,” ujar JK saat meng-update perkembangan forum multilateral.
Bagi Indonesia, perang dagang AS vs Tiongkok membawa dampak nyata berupa menurunnya permintaan berbagai komoditas. Misalnya, minyak, batu bara, dan minyak sawit. JK memperingatkan, meski G20 berhasil mendinginkan tensi perang dagang, tidak serta-merta hal itu akan langsung berakhir pasca G20.
“Semua tergantung bagaimana Amerika bersikap. Lebih tepatnya sikap Trump. Kita kadang-kadang tidak paham arahnya dia,” tutur JK. Trump dan Xi Jinping dijadwalkan menggelar pertemuan bilateral hari ini WIB.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memimpin delegasi Indonesia di forum menteri keuangan G20 mengungkapkan, kelompok 30 negara yang menyepakati pasar bebas OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan yang turun dari 3,9 persen menjadi 3,5 persen.
Penyebab penurunan itu adalah ada munculnya risiko perekonomian global. Yaitu, perang dagang, kenaikan harga komoditas, serta kenaikan suku bunga global. “Itu semua mengakibatkan revisi tehadap proyeksi ekonomi dunia,” ujar Sri Mulyani yang ditemui di sekitar ruang pertemuan bilateral di Costa Salguero Centre.
Menurut Ani, panggilan Sri Mulyani, dilihat dari nada pernyataan kepala negara, banyak yang berharap G20 mengurangi ketegangan itu. “Kalau berhasil, mungkin terlalu ambisius. Sebab, sampai tadi malam (Kamis malam, Red) dinner di level menteri keuangan tidak terlalu optimistis. Artinya, kita hati-hati saja,” ungkap mantan managing director Bank Dunia itu.
(jun/agf/c5/kim)
Kategori : Berita Nasional