Politikus PDIP: Jadi Ulama Itu Butuh Proses Panjang
[ad_1]
Wikimedan – Gelar ulama yang disematkan kepada calon wakil presiden Sandiaga Uno dinilai belum pantas. Status ulama seseorang sejatinya dilalui lewat proses yang panjang, alias tidak instan.
Hal tersebut diungkapkan Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sudjatmiko. “Tidak ada yang menjadi ulama itu mendadak, atau kiai juga mendadak. Memangnya sertifikat yang bisa dibeli,” ujar Budiman di Posko Rumah Cemara, Jakarta, Rabu (19/9).
Budiman mencontohkan Ma’ruf Amin yang disebut kiai, juga lahir tidak dari proses instan. Sehingga dia tidak sepakat predikat ulama diberikan secara instan tanpa proses yang panjang. “Jadi berapa puluh tahun Pak Ma’ruf Amin berproses untuk menjadi ulama,” katanya.
“Sesuatu yang instan dampaknya akan buruk. Misalkan pemimpin yang tiba-tiba menjadi ramah dan renda hati apabila dibutuhkan saja. Tapi dalam prilaku kesehariannya tidak,” lanjut dia.
Sebelumnya, Wakil Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menyebut bakal calon wakil presiden yang diusungnya Sandiaga Uno bisa disebut sebagai ulama.
Menurut Hidayat, Sandiaga Uno dalam prilakunya seperti yang sudah diajarkan dalam Alquran. Misalnya puasa sunnah, ibadah salat sunnah, dan silaturahmi dengan sesama umat.
Menurut Wakil Ketua MPR, kebetulan saja Sandiaga Uno tidak memiliki titel KH. Namun dari segi prilakunya sudah bisa disebut sebagai ulama.
Sekadar informasi, beberapa waktu lalu Presiden PKS Sohibul Iman juga menyebut Sandiaga sudah layak disebut sebagai seorang santri. Walaupun selama ini mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini tidak mengenyam pendidikan santri di pondok pesantren.
“Saya kira beliau memang hidup di alam modern, tetapi beliay melewati proses spritualiasi dan islamisasi. Sehingga bisa dikatakan Sandiaga Uno sebagai sososl santri di era pos-islamisme,” kata Sohibul beberapa waktu lalu.
(gwn/JPC)
[ad_2]