Berita Nasional

Penjelasan BMKG Soal Kapan Megathrust Selat Sunda & Mentawai-Siberut

Indodax


Wikimedan – Penjelasan BMKG Soal Kapan Megathrust Selat Sunda & Mentawai-Siberut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan adanya potensi sumber gempa besar, yaitu megathrust yang mengintai wilayah Indonesia. Peringatan itu kembali diungkapkan menyusul kekhawatiran peneliti Jepang pascaguncangan gempa M7,1 yang terjadi di Megathrust Nankai Jepang Selatan pada Jumat 8 Agustus 2024 pukul 14.42.58 WIB.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, kekhawatiran ilmuwan Jepang akan adanya potensi gempa besar dipicu salah satu segmen di Megathrust Nankai bukan tak beralasan. Sebab, di zona megathrust ini terdapat palung bawah laut sepanjang 800 kilometer (km) yang membentang dari Shizouka di sebelah barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushu. Gempa M7,1 kemarin dikhawatirkan menjadi pemicu atau pembuka gempa dahsyat berikutnya di Sistem Tunjaman Nankai.

Jika kekhawatiran akan terjadinya gempa yang disampaikan para ahli Jepang tersebut menjadi kenyataan, tentu saja akan terjadi gempa dahsyat yang tidak saja berdampak merusak, tetapi juga akan memicu tsunami.

Di sisi lain,Daryono mengakui, kekhawatiran ilmuwam Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia. Khususnya terhadap “Seismic Gap” Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M8,9). Sebab, ungkapnya, rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata “tinggal menunggu waktu”. Karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.

Lantas, apa yang dimaksud tinggal menunggu waktu? Apakah gempa megathrust di kedua lokasi ini bisa diprediksi?

Daryono mengatakan, pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukanlah hal bar. Bahkan, imbuh dia, sudah lama, sudah ada sejak sebelum terjadi Gempa dan Tsunami Aceh tahun 2004.

“Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian. Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini memang harus kita waspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (15/8/2024).

Dia pun menambahkan, munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa kuat M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang.

“Gempa yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024 beberapa hari lalu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai. Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut,” ujar Daryono.

Sejarah mencatat, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun), sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun).

“Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya,” sebutnya.

“Terkait rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut “tinggal menunggu waktu” yang kami sampaikan sebelumnya, hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat. Dikatakan “tinggal menunggu waktu” disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi,” terang Daryono.

Dia menegaskan, sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa. Baik itu menyangkut kapan, di mana, dan berapa kekuatannya.

“Sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya. Sekali lagi, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat,” tegas Daryono.

“Untuk itu, kepada masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat,” pungkasnya.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *