Penjaja Jasa Pijat Plus-plus Sesama Jenis Diamankan (1)
Wikimedan – Aktivitas para lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kerap meresahkan publik. Dua hari lalu, jajaran Polres Balikpapan mengungkap praktik nyeleneh mereka. Bahkan diduga ada transaksi jual-beli jasa pemuas nafsu untuk sesama jenis kelamin.
Dari pantauan Kaltim Post (Jawa Pos Group), terlihat Abah Kumis hanya bisa duduk diam mengamati sejumlah pria di sekitarnya. Di ruang pemeriksaan Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Polres Balikpapan, Rabu (28/11).
Penampilannya tak lagi klimis. Kumis tebalnya tak lagi rapi. Rambutnya kusut. Kulitnya kusam. Kemeja dan jaket kulit yang dia kenakan di foto profil Facebook-nya berganti dengan baju tahanan oranye lusuh milik polisi.
“Nggak menyangka, Mas. Kalau tahu, saya nggak bakal begini,” ujar pemilik nama asli Arifin Kusnawan itu, dikutip dari Kaltim Post (Jawa Pos Group), Kamis (29/11). Kemudian dia mengenakan penutup wajah saat jumpa pers berlangsung.
Di usianya yang sudah menginjak 53 tahun, Abah Kumis harus berurusan dengan polisi karena perilaku menyimpangnya. Dua tahun dia mengelola sebuah grup khusus penyuka sesama jenis.
Akun bernama “GAY PIJAT KOTA BALIKPAPAN (KALTIM)” yang menjadi wadah para LGBT, tak hanya di Balikpapan, namun hampir semua kota di Indonesia. Menawarkan jasa esek-esek berselimut pijat untuk pria.
Dari penelusuran media ini, hingga tadi malam grup terbuka ini memiliki anggota 576 orang pada pukul 21.00 Wita. “Dari 2016. Dibuatkan teman. Awalnya saya protes. Kok ada plus-plusnya. Tetapi katanya biar ramai,” ujar warga Muara Rapak, Balikpapan Utara itu.
Sebelum terjun aktif di media sosial, Abah mengaku sudah pandai memijat. Pelanggannya semua lelaki. Tak mau memijat perempuan, karena menurutnya risi harus memegang tubuh lawan jenis.
Permintaan pun berdatangan, meminta dirinya untuk berbuat lebih selain pijat. Dari melakukan onani terhadap pelanggannya, hingga oral seks.
“Pasien (kode untuk pelanggan) minta macam-macam. Awalnya saya menolak. Tetapi karena ada uang lebihnya, saya mau,” jelasnya.
Keperluan rumah tangga menjadi alasan Abah melakukan praktik plus-plusnya. Ada seorang istri dan tiga orang anak yang harus dia nafkahi.
Sementara jika hanya mengandalkan pijat biasa, tak akan cukup. Jika pijat biasa, pelanggan dikenakan tarif Rp 100 ribu. Sedangkan bila ‘pasien’ ingin menambahkan kenikmatan, dikenakan Rp 50 ribu untuk sekali ejakulasi.
“Saya nggak mau ‘dipakai’. Paling dengan tangan atau mulut saja,” kilahnya.
(jpg/est/JPC)
Kategori : Berita Nasional