Berita Nasional

Nongkrong dengan Pemandangan Barang Bekas

Indodax


Wikimedan Mencari tempat nongkrong asyik di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), bukan perkara sulit. Hampir di semua sudut kota berjuluk Anging Mammiri ada spot-spot menarik untuk menghabiskan waktu bersantai.

Namun tidak semua tempat tongkrongan menyajikan konsep istimewa untuk menarik para pelanggan. Suasana itulah yang kemudian ditawarkan salah satu kafe di Makassar.

Enreco Coffee and Rooster, begitu nama tempat yang terletak di Jalan Toddopuli Raya Timur, Kelurahan Borong, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Berbeda dengan kafe pada umumnya, di tempat ini pengunjung disajikan dengan pemandangan menarik.

Kafe Unik
Barang bekas hingga pemandangan alam tersaji di Enreco Coffee and Rooster, Jalan Toddopuli Raya Timur, Manggala, Kota Makassar. (Sahrul Ramadan/Wikimedan)

Sebagian besar interior kafe merupakan barang-barang bekas. Seperti boks atau kotak aki dan baterai jumbo yang difungsikan sebagai tempat duduk dan meja bagi para pengujung. Kemudian ban bekas yang dijadikan sebagai dudukan kipas angin. Sofa dan perangkat televisi klasik hingga mesin jahit manual. Kendaraan seperti Vespa klasik hingga sepeda ontel, semua terpampang rapi di dalam ruangan.

Di luar ruangan, pemandangannya berbeda. Berbagai jenis tumbuhan alami tertanam mengitari bagian bangunan kafe. Seperti pohon bambu, binahong, bonsai, kamboja, hingga tumbuhan merambat lainnya.

Di sela-sela tumbuhan terdapat kolam ikan mini. Belasan jenis ikan mulai dari nila, koi, patin hingga komet tergabung dalam satu wadah yang berasal dari barang bekas. Yakni, bak mandi berukuran sedang. Begitu pula dengan tumbuh-tumbuhannya. Wadah dasar yang digunakan sebagai tempat tumbuh adalah botol-botol plastik, ember dan ban bekas.

Owner Enreco Coffee and Rooster Anwar Halim mengungkapkan alasan mengusung konsep barang bekas di kafenya. “Konsep kota modern biasanya tidak menyadarkan masyarakat bahwa banyak barang-barang atau benda-benda bekas itu sebenarnya masih layak untuk digunakan. Kalau kami berpikir lebih dalam, ini sebenarnya adalah limbah. Limbah kota yang berasal dari masyarakat. Ini yang kemudian kami manfaatkan supaya tidak menambah banyak limbah-limbah yang sudah ada,” kata Anwar saat berbicang dengan Wikimedan di Makassar.

Persoalan limbah itulah yang kemudian menjadi pemantik alumnus Sastra salah satu Universitas ternama di Kota Makassar itu untuk membuat konsep berbeda dengan kafe lainnya. Menurutnya, kondisi psikologi masyarakat perkotaan bakal lebih tertarik dengan situasi atau kondisi tempat yang tenang dan nyaman. Apalagi jika tempat tersebut memiliki ciri khas atau daya tarik tersendiri.

“Orang yang sibuk, pasti akan cari tempat yang bisa dianggap tenang. Cari suasana yang nyaman. Nah, keresahan-keresahan yang kami buat menjadi hal yang sederhana dan tidak semua orang bayangkan. Barang-barang bekas yang sebenarnya masih bisa digunakan, bisa difungsikan, kami manfaatkan sebaik mungkin,” ulasnya.

“Bayangkan, botol-botol plastik hingga ban bekas, paling orang acuh, orang buang, jadi limbah lagi. Konsep itu kami balik dan bisa menjadi pemandangan indah dan menarik bagi orang-orang,” jelas pencinta alam itu.

Sebagian barang-barang bekas yang menjadi desain interior didapatkan dari berbagai lokasi. Seperti boks penyimpanan aki dan batrei jumbo yang didapatkan dari perusahaan asal Tiongkok yang masuk ke Indonesia.

“Itu mereka tidak pakai. Mungkin bingung mau diapakan. Jadi kami tawarkan untuk beli. Terus ada mesin jahit manual. Itu orang yang sudah tidak pakai, mungkin dipikir sudah tidak berguna. Kami beli juga. Kemudian yang plastik-plastik yang kami jadikan pot-pot tanaman bisa didapat sehari-hari, kan banyak di mana-mana ada. Terus kayu-kayu bekas ini, sisa orang kami ambil, kita fungsikan,” tuturnya.

Benda-benda itu dijadikan sebagai ornamen luar dan dalam ruangan Kafe. Di dinding luar Kafe, dihiasai dengan patahan-patahan kayu bekas. Sekaligus untuk meredam suara bising kendaraan. Begitu pula dengan tanaman mini hingga daun merambat di atap-atap kafe. Semuanya berguna untuk meminimalisir polusi kendaraan hingga hawa panas.

“Kan letaknya kami ini ada di pinggir jalan. Makanya untuk menambah nyaman, kami taktisi dengan buat taman-taman mini. Seperti suasana yang ada di desa begitu. Jadi kalau pengunjung datang, secara tidak langsung mungkin bisa teringat masa-masa lalunya di kampung atau di mana,” terangnya.

Manajer Enreco Coffee and Rooster Ahmad Muhajirin menambahkan, suasana di lingkungan kafe semakin menarik dengan suguhan musik. “Jadi pengunjung yang masuk biar tambah betah dan berlama-lama di sini. Karena suasananya pasti berbeda dengan suasana dengan kafe-kafe modern pada umumnya,” terang pria yang akrab disapa Ocha itu.

Sementara untuk menunya, ada sejumlah makanan khas Sulsel. seperti Barongko atau pisang rebus, songkolo atau beras ketan dengan kelapa dan ikan asin, hingga nasi kuning . Begitu juga dengan minuman. Mulai dari jenis minuman kekinian hingga kopi spesial ala dataran tinggi Kabupaten Enrekang pun tersedia.

(rul/JPC)


Kategori : Berita Nasional
Sumber : https://www.jawapos.com/jpg-today/13/11/2018/nongkrong-dengan-pemandangan-barang-bekas

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *