Mulai Diguyur Hujan, Warga Sulteng Butuh Alas dan Tenda Pengungsian
[ad_1]
Wikimedan – Beberapa pengungsi memilih untuk tetap bertahan di tempat pengungsian meski wilayah Sulawesi Tengah kini mulai diguyur hujan deras. Risikonya, mereka kini mengalami kesulitan karena alas tidurnya terkena genangan air dan basah.
“Belum berani ke rumah karena masih trauma. Kalau saya di rumah (saat gempa) cuma istri sama mertua. Mereka belum berani pulang. Masih takut,” kata Nasir (34) yang sedang merepararsi tendanya dari kayu dan terpal di halaman Masjid Raya Baiturrahim, Minggu (14/10).
Nasir merupakan seorang pekerja honorer di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Pada saat gempa dan tsunami menerjang wilayah Palu, ia sedang berada di kantor. Setelah terjadi gempa, dia dan keluarga memutuskan untuk mengungsi di Masjid Raya Baiturrahim hingga saat ini.
“Tinggal menunggu kepastian saja. Kalau sudah ada beritanya, bilang sudah aman, baru pulang ke rumah,” ucapnya.
Selain Nasir, ada pula Rahayu (20) yang juga telah tinggal di pengungsian pasca bencana melanda wilayah Sulteng. Mahasiswi itu mengaku sulit bergerak ketika gempa berkekuatan 7,4 skala ritcher terjadi.
Bahkan, ketika duduk ia sempat terjatuh karena sulit untuk menyeimbangkan badan. “Saya lagi di luar, jadi pas gempa itu langsung duduk. Sementara duduk saja mau jatuh. Ada tujuh orang di rumah langsung pada lari ke luar menyelamatkan diri,” paparnya.
Kebutuhan Nasir dan Rahayu tidak jauh berbeda. Selain logistik makanan dan air bersih karena stok kurang, mereka juga membutuhkan terpal dan tenda pengungsian. Itu mereka butuhkan mengingat wilayah Sulteng dalam beberapa hari terakhir diguyur hujan.
“Hujan begini kita susah untuk tidur itu malam Karena tikar-tikar kita kan pada dingin semua kena basah semua. Banjir kan di sini tadi malam, menggenang (air) di situ di tempat pengungsiannya,” pungkas Rahayu.
(rdw/JPC)
[ad_2]