Mengantarkan Hasni Pulang setelah 15 Tahun Tinggal di Gua
[ad_1]
Setelah sekitar sebulan mendapat konseling kejiwaan, Hasni pulang ke keluarga yang sempat mencarinya ke Jawa dan Kalimantan saat dia hilang pada 2003. Rencananya, dia diikutkan pelatihan kerja untuk mengembangkan keterampilannya merias wajah.
AHMAD HAMDANI, Tolitoli
—
WAJAH Hasni memang tampak pucat. Tapi, tetap saja keceriaannya begitu tampak sepanjang perjalanan selama satu jam itu.
Perjalanan bermobil yang sebenarnya tak mudah pada Senin siang itu (17/9). Dari Kota Tolitoli, Sulawesi Tengah, melewati jalan rusak, jembatan rapuh, dan anak sungai dengan aliran cukup deras.
“Dia sebenarnya agak sedikit gugup. Sesekali bicara, mungkin untuk meluapkan kerinduan,” bisik Ketua Pos Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Tolitoli Diahrahmatanti kepada Radar Sulteng (Jawa Pos Group) yang semobil dengannya dan Hasni.
Mungkin karena yang kami tuju, Dusun Penyapu, Desa Galumpang, Kecamatan Dakopamean, adalah rumah tempat sang ayah, Mamun, tinggal. Yang telah 15 tahun dia tinggalkan.
Bukan untuk bersekolah atau bekerja. Tapi, untuk tinggal di gua batu. Yang bukan atas kehendak sendiri.
Seorang dukun obat dan supranatural dari kecamatan berbeda bernama Tete Jago telah memperdayainya. Ketika itu, dia berusia 13 tahun. Entah dengan cara apa memengaruhi psikisnya, si Hasni remaja tak kuasa melawan disembunyikan di ruangan sempit. Di balik batu besar. Semacam gua.
Berjarak tak sampai 100 meter dari gubuk yang ditempati pria 83 tahun itu.
Di bawah perbukitan yang dipenuhi perkebunan cengkih di Desa Bajugan, Kecamatan Galang, Tolitoli.
“Hasni sesekali masih menyinggung nama Tete Jago selama kami dampingi. Dia pernah tanya apakah Tete Jago bakal dihukum, dipenjara,” kata Diah, sapaan akrab Diahrahmatanti.
Perjalanan masih setengah jalan ketika itu. Sebuah jembatan rapuh baru saja kami lewati. Diah berhati-hati sekali tiap kali bicara tentang Tete Jago. Berusaha agar Hasni tak sampai mendengar. Sebab, khawatir bakal membawanya kembali ke masa-masa kelam yang baru saja dilewati.
Hasni yang sekarang sebenarnya sudah sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan ketika dia ditemukan pada 5 Agustus lalu. “Saat ditemukan, Hasni terlihat linglung. Butuh konseling kejiwaan,” kata Kapolres Tolitoli AKBP Moh. Iqbal Alqudussy kepada Radar Sulteng kala itu.
Diah bersama tim P2TP2A Kabupaten Tolitoli-lah yang akhirnya melakukan pendampingan. Di rumah aman yang mereka kelola, Diah dan anak buah menyusun jadwal piket 24 jam. Bergantian merawat, mendidik, dan menghibur. Bahkan, jadwal jalan-jalan juga diagendakan.
Itu semua diperlukan karena sangat tak mudah membenahi persoalan kejiwaan seseorang yang selama 15 tahun tinggal di gua. Dan, mengalami pelecehan seksual.
Berdasar hasil pemeriksaan polisi sebelum menetapkan Tete Jago sebagai tersangka kasus persetubuhan anak di bawah umur, diketahui bahwa pelecehan itu dilakukan tiap pukul 19.00. Di sebuah ruang khusus rumah yang ditempati si kakek 83 tahun dan istri.
Istrinya, Ratni, mengaku sebenarnya mengetahui perbuatan itu. Tapi, takut. Dia menganggap itu bagian ritual untuk menambah kesaktian Tete Jago sebagai dukun. “Tidak, tidak setiap hari, Pak,” kilah Tete Jago di tengah apitan petugas pengawal dalam salah satu pemeriksaan.
Hasni sejatinya masih punya hubungan keluarga dengan Tete Jago. Hasni adalah adik Devi, istri Udin, putra Tete Jago. Karena itu, ketika kasus tersebut meletus, rumah Udin di desa yang sama dengan sang ayah juga dijaga ketat polisi karena dikhawatirkan jadi pelampiasan kemarahan warga.
Mobil yang kami tumpangi terus melaju. Di tengah kondisi badan yang agak bergoyang karena jalanan kurang mulus, Diah menceritakan, selama masa pendampingan Hasni, pengamatan perilaku dilakukan secara mendetail. “Kami juga mengenalkan dia dengan suasana kota, udara segar pantai, dan keramaian. Tapi, kita tidak lepas begitu saja, tetap dikawal,” kata Diah.
Sepotong jalan rusak baru saja kami lewati. Dusun Penyapu sudah tak jauh lagi. Hasni tetap terlihat ceria. Seperti yang juga telah dia tunjukkan selama dalam masa pendampingan.
Dari yang dulunya lunglai, linglung, pendiam, dan sering mengigau. Berubah menjadi tegar, ceria, serta berhasrat ingin belajar mengaji dan salat.
Tak terasa jarum jam hampir menunjuk angka tiga. Di halaman sebuah rumah kecil, mobil kami berhenti. Itulah rumah Mamun, ayahanda Hasni.
Dan, pecahlah keharuan itu begitu pintu mobil dibuka. Mamun, Andis (kakak Hasni), dan anggota keluarga lain langsung menghambur. Memeluk erat si anak hilang. Bersama-sama menangis.
Andis pernah menuturkan kepada Radar Sulteng bagaimana sang ibu pernah begitu terpukul atas hilangnya Hasni, si anak bungsu. Upaya pencarian sudah dilakukan hingga ke Jawa dan Kalimantan, tapi tanpa hasil.
Keluarga akhirnya menyerah. Menganggap Hasni hilang. Atau telah tiada, entah di mana. “Setiap hari beliau sedih memikirkan adik kami. Frustrasi hingga sakit-sakitan dan meninggal,” tuturnya.
Tapi, si bungsu itu akhirnya kembali. Ke rumah yang hanya berukuran 4 x 3 meter, tapi kini terasa nyaman sekali itu. “Terima kasih tim P2TP2A dan semua yang sudah banyak membantu, baik kepolisian maupun dinas terkait lainnya. Semua orang lah,” tutur Mamun sambil menyeka air matanya.
Kepada keluarga, Diah berpesan benar agar tidak pernah menyinggung mengenai Tete Jago. Supaya mental Hasni yang semakin membaik tak goyah lagi.
Diah juga berjanji tetap memantau kondisi Hasni. P2TP2A akan berkoordinasi pula dengan balai latihan kerja. Rencananya, Hasni diikutsertakan kegiatan pelatihan atau kursus. Misalnya, memasak dan merias.
“Hasni ini pandai menata rias wajah lho. Mudah-mudahan saja, bakatnya tersalur sehingga bisa benar-benar melupakan sejarah kelamnya,” kata Diah.
Hari kian beranjak sore. Ketika Diah dan tim berpamitan untuk balik ke Tolitoli, mata Hasni langsung berkaca-kaca. Dan, tangisnya akhirnya benar-benar pecah ketika mobil perlahan membawa orang-orang yang selama ini telah membantunya.
Diah dan rombongan tentu juga ikut terharu. Tapi, mereka bisa pergi dengan tenang karena Hasni telah aman kini. Di tengah pelukan keluarga.
(*/din/JPG/c7/ttg)
[ad_2]