Berita Nasional

Mardani Dipanggil Karena Ratna, Istri: Dasar Polisi Kerja Sama Rezim

Indodax


[ad_1]






Wikimedan – Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera dikabarkan mendapat panggilan dari Polda Metro Jaya terkait kasus kebohongan (hoax) yang dilakukan oleh aktivis HAM Ratna Sarumpaet. Informasi itu tersebar dari broadcast pesan di WhatsApp istri Mardani, Siti Oniah.





Dalam pesan yang tersebar di kalangan media, Siti menyebutkan, suaminya, Mardani didatangi oleh dua orang anak muda, yang belakangan diketahui dari pihak kepolisian. Saat dikonfirmasi mengenai kabar ini, Mardani membenarkan bahwa pesan yang beredar ditulis oleh istrinya, Siti.





“Saya tidak melakukan broadcast. Kalau istri, mungkin. Lihat (dari) gaya tulisannya, memang gaya istri,” kata Mardani saat dikonfirmasi, Senin (8/10).


Mardani Dipanggil Karena Ratna, Istri: Dasar Polisi Kerja Sama Rezim

Infografis hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet (Rofiah Darajat/Wikimedan)





Namun soal isi surat adalah panggilan untuk kasus Ratna Sarumpaet, inisiator gerakan #2019GantiPresiden itu mengklarifikasi. Menurutnya, surat dari kepolisian itu hanyalah tembusan bahwa penyidikan kasus Ratna Sarumpaet sudah berjalan.





“Surat yang dikirim tadi isinya sederhana. Tembusan bahwa sudah berjalan penyidikan untuk tersangka Mbak Ratna,” ucapnya.





Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah menetapkan Ratna Sarumpaet sebagai tersangka kasus penyebaran hoax atau berita bohong. Ratna pun sudah ditahan untuk 20 hari ke depan oleh Polda Metro Jaya.






Ratna Sarumpaet dijerat dengan Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Selain itu, Ratna bakal dikenai dengan Pasal 28 juncto Pasal 45 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), dengan acaman 10 tahun penjara.






Berikut ini isi pesan yang disampaikan oleh istri Mardani Ali Sera, Siti Oniah yang diterima awak media.





“Bismillah.





Perkenalkan saya Siti Oniah, istri dari Bapak Mardani Ali Sera.





Pagi ini jam 11 lebih 15 menit lebih kurang. Rumah kami didatangi dua anak muda, laki-laki. Suamiku beserta aspri (asisten pribadi) setianya sudah di teras rumah. Beliau hendak menuju mobil dan akan pergi menunaikan urusan.





Kepergian suamiku tertahan dengan hadirnya dua pemuda tadi. Kulihat dari ruang tamu, beliau menandatangi surat-surat. Setelah tanda tangani surat senyum dan untai kata manis diucap: “Semoga sukses selalu Dik…”





Aku penasaran lantas ke luar rumah, dan bertanya pada aspri suami: ” Siapa itu Wan…?”





“Polisi Bu… Kasih surat pemanggilan atas kebohongan Ratna Sarumpaet”.





“Dug…”.





Hatiku geram dan emosi.





Siapa yg berbohong, siapa yang dilaporkan. Ini polisi kok “Jaka sembung naik ojek” Alias gak nyambung Jek.





Aku geram juga sama suamiku yang sempet-sempetnya pakai senyum-senyum ketika dikasih surat panggilan dari Polda. Mau aku robek-robek saja tuh surat.





Dengan napas terengah menahan amarah aku semprot juga tuh aspri suami: “Kamu kok enggak bilang-bilang sih kalau itu polisi yang kasih surat panggilan gara-gara RS (Ratna Sarumpaet).” Ucapku bersungut.





“Mau ibu damprat tuh polisi,” aku merutuk lagi.





“Masih ada tuh bu kayaknya polisinya di depan rumah,” ucap aspriku.





Akhirnya dengan semangat 45, ku turun dari rumahku yang memiliki banyak tangga. Alhamdulillah tidak jatuh walau turunnya tergesa. Ku kejar dua polisi muda itu.





Setelah sampai di hadapannya. Aku langsung damprat:





“Hai… kamu kasih surat pelaporan gara-gara RA ya?”





“Iya bu..,” jawab ke duanya kompak.





“Heh… kamu ngerti enggak sih? Siapa yang berbohong. Siapa yang mau ditangkap? Dasar polisi ini kerja sama dengan rezim,”





Ucapku dengan njemblak.





“Nanti aja bu bicaranya di Polda jangan di sini,” ucap polisi muda itu mencoba sabar menghadapiku.





Tentu dia wajib sabar ya. Kalau tuh polisi melawan dengan omelan juga pasti sapu lidi dan sapu lantai yang ada di halamanku sudah aku pentungkan.





Belum puas aku menumpahkan kekesalan, omelanku berlanjut: “Hai polisi… kamu tahu enggak? Rumah aku tuh dibom. Tapi sampai sekarang enggak diusut. Enggak diapa-apain. Padahal nyawa taruhannya. Dasar polisi enggak adil. Aku enggak suka!!!” ucapku sambil menunjuk police line yang masih membentang di kebun samping rumahku.





Dua polisi muda itu tak meladeni omelanku. Mereka pun masuk mobil kemudian terdengar derumannya meninggalkan komplek Iqro Pondok Gede.





Entah apa yg tersirat di hati mereka. Aku juga enggak mau mikirin..





Mari semangat semua. Keadilan di negeri ini hanya dongengan belaka. “Abi.. tenang ya, kalau engkau dipanggil ke Polda. Aku akan ikut… Aku akan menemani perjuanganmu. Semoga aku enggak perlu gebrak-gebrak meja ya,” janji hatiku.





Dengan laporan urusan RS ini Kekasihku sedang menyapa kembali. Agar aku selalu kerap mendesahkan rintih rindu pada-Nya. Agar aku senantiasa merindui dan melekati kalam-Nya dengan kelekatan yang pekat.





Rabbi… Segala sesuatu takdir-Mu adalah yang terindah. Ajari aku untuk selalu menemukan keindahan-keindahan dalam takdirmu.





 





Pondok Gede 8 Oktober 2019.





 





PKS Solid





2019 Pilih PKS





#2019 Ganti Presiden”





(gwn/JPC)


[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *