Jika Investor Manfaatkan Isu Negatif Global, Rupiah Bisa Menguat
Wikimedan – Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diharapkan dapat melihat dan mengambil kesempatan terhadap isu-isu negatif dari perekonomian global. Sehingga dapat kembali menguat dengan memanfaatkan pelemahan dolar.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit USD 2,05 miliar pada November 2018 seiring besarnya defisit di neraca migas. Nilai defisit ini disebabkan oleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar USD 14,83 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar sebesar USD 16,88 miliar.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, adanya rilis neraca perdagangan kemarin telah mengaburkan harapan akan adanya kenaikan pada laju Rupiah. Padahal, pada perdagangan di Asia, laju USD sempat mengalami pelemahan karena pelaku pasar sempat berspekulasi nantinya The Fed belum akan menaikan suku bunganya.
Bahkan, kata Reza, terdapat Jajak pendapat NBC/Wall Street Journal nasional yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan, 28 persen warga Amerika mengatakan ekonomi akan menjadi lebih baik pada 2019. Kendati demikian, sebanyak 33 persen responden memprediksi yang sebaliknya. Kondisi ini sekiranya dapat membuat laju USD melemah.
“Di perkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 14.585-14.562. Diharapkan, jika kondisi tersebut terjadi maka Rupiah dapat mengambil kesempatan tersebut untuk kembali menguat,” ujarnya, Selasa (18/12).
Reza juga memaparkan, target support Rupiah di level 14.540 yang diharapkan dapat bertahan di atas level tersebut kandas dimana Rupiah melampaui level tersebut. Akibatnya laju Rupiah terus merosot.
Di sisi lain, pelaku pasar juga mengantisipasi akan adanya pertemuan The Fed di pekan ini dan masih adanya imbas perlambatan ekonomi di Tiongkok yang berakibat terdepresiasinya CNY hingga masih adanya ketidakpastian kondisi di Uni Eropa, baik terkait masalah di Italia dan Inggris yang membuat EUR melemah sehingga pelaku pasar lebih banyak mengambil posisi beli pada USD yang mengakibatkan kembali terapresiasinya USD.
(mys/JPC)
Kategori : Berita Nasional