Internasional : Manuver Militer dan Konflik Politik Venezuela
Perkembangan politik di Venezuela diduga sedang mencapai titik yang paling sensitif. Baru-baru ini Presiden Nicolas Maduro memerintahkan penyelenggaraan manuver militer terbesar dalam sejarah negara itu.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tetap tidak mengesampingkan opsi militer untuk menghadapi Maduro dan pemerintahan sosialis negara itu.
Dalam hal ini, bantuan kemanusiaan Washington sangat wajar jika dicurigai sebagai kedok pengiriman senjata untuk kubu oposisi Venezuela, pasalnya duel politik yang terkesan direkayasa dari luar antara pemimpin oposisi dukungan Amerika, Juan Guaido dengan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, tampak semakin panas.
Sejak beberapa terakhir, isu pengiriman bantuan Amerika dan keputusan pemerintah Venezuela melarang masuk bantuan tersebut, telah menjadi alasan bagi Juan Guaido untuk terus menabuh genderang perang melawan Caracas.
Guaido berdalih, bantuan Amerika itu akan digunakan untuk meringankan krisis makanan dan obat di Venezuela, namun sebagaimana diketahui semua orang, krisis yang melanda Venezuela saat ini adalah buah dari campur tangan Washington dan sanksi negara itu.
Amerika sejak lama telah menerapkan sanksi keras terhadap Venezuela sehingga menimbulkan masalah ekonomi akut di negara Amerika Latin anti-imperialisme itu.
Berdasarkan laporan sebuah lembaga think tank strategi dan geopolitik Amerika Latin, pembatasan-pembatasan ekonomi yang diterapkan Amerika terhadap Venezuela antara tahun 2013-2017, telah membawa kerugian bagi negara ini antara 260 hingga 350 miliar dolar.
Penerapan pembatasan ekonomi ini menyebabkan Produksi Domestik Bruto, PDB Venezuela turun antara 0,1 persen hingga 0,16 persen.
Maduro dan tentara
Wakil Presiden Venezuela, Delcy Rodriguez kepada televisi Russia Today mengatakan, keputusan Washington untuk mengirim bantuan ke Venezuela adalah hipokrit, karena sanksi ekonomi Amerika yang telah menciptakan kondisi sulit di negara ini. Bantuan Amerika hanyalah kebohongan besar. Apa yang dibutuhkan Venezuela adalah dialog nasional antara pemerintah dengan pemberontak, sesuatu yang selalu dihalangi oleh Amerika.
Saat ini Washington sedang berusaha memasukkan paket bantuan yang mereka klaim berisi obat dan makanan ke Venezuela namun dengan memperhatikan rekam jejak Amerika terutama karena usulan ini muncul dari Utusan khusus Presiden Amerika untuk Venezuela, Elliot Abrams yang sebelumnya terlibat dalam upaya penggulingan mendiang presiden Hugo Chavez, maka bantuan itu sangat patut dicurigai sebagai kedok dukungan militer.
Jurnalis investigasi Amerika Serikat, Allan Nairn menyebut utusan khusus Presiden Donald Trump untuk urusan Venezuela, Elliott Abrams sebagai penjahat perang dan pendukung pembunuhan massal di Amerika Latin.
Mereaksi pengiriman bantuan Amerika, Venezuela memerintahkan angkatan bersenjata negara itu untuk membuat barikade di perbatasan Colombia guna mencegah masuknya paket bantuan mencurigakan itu, rakyat Venezuela juga menggelar unjuk rasa menentang campur tangan Amerika di wilayah perbatasan tersebut.
Hingga kini dengan dukungan rakyat yang memilihnya dan angkatan bersenjata, Presiden Venezuela masih bisa menggagalkan seluruh upaya kubu oposisi yang didukung total untuk menggulingkan dirinya.
Namun keputusan menggelar manuver militer besar-besaran oleh pemerintah konstitusional Venezuela jelas menjadi bukti bahwa tekanan Amerika dan sekutu-sekutunya terhadap negara itu semakin besar, akan tetapi hal itu diprediksi menjadi langkah tepat untuk menghalau dan mencegah konspirasi musuh termasuk upaya invasi militer Amerika. (HS)