Inilah Cerita Nyata Para Warga Sejahtera Crazy Rich Surabayans
[ad_1]
Singapura boleh punya Crazy Rich Asians. Tapi, yang ada di metropolis tak kalah menarik. Ini cerita para Crazy Rich Surabayans. Mohon membacanya dalam keadaan santai dan hati lapang terbuka supaya tidak shock, hehe…
—
RANGKAIAN cuitan mantan guru TK elite di Surabaya, Judith, lewat akun @btari_durga viral. Isinya tentang gaya hidup the haves Surabaya yang bikin melongo. Meski semua anonim, sejatinya begitulah yang terjadi. Kami kerap bertemu narasumber yang masuk golongan sugihe ora umum itu.
Salah satu yang mau ditulis namanya adalah Bianca Sapphira Anderson. Saat ini perempuan 19 tahun itu berada di Thailand untuk study trip dari kampusnya. ”Di sini lagi nyari fotografer buat foto-foto,” katanya kepada kami lewat telepon pada Senin (17/9).
Sehari-hari, gadis dengan pengikut Instagram lebih dari 26,5 ribu itu menggunakan jasa fotografer. Dia ingin klien yang meng-endorse-nya di media sosial puas dengan hasilnya. Bianca menggunakan jasa fotografer yang dibayar dengan gaji bulanan ”Sebulan Rp 5 jutaan. Itu bebas sesuai request aku butuhnya kapan dan berapa kali,” kata Bianca.
Angka itu tidak masalah karena pemasukannya dari endorsement lumayan. Satu bulan bisa sekitar Rp 10 juta. Belum ditambah uang saku dari mami dan papinya sebesar Rp 8 juta per bulan.
”Ya aku masih dapet sangu lah. Lak nggak gitu nggak urip (hidup) aku,” ujarnya, lantas tertawa.
Bianca punya kebiasaan merayakan ulang tahun dengan pesta besar-besaran. Pesta sweet seventeen-nya dirayakan supermewah dan eksklusif di Hotel Shangri-La. Temanya unicorn. Dia mengenakan tiga gaun rancangan Lili Sasongko. ”Itu desainer langganan. Pas mami sama papi nikah dulu juga pakai desainer itu. Tiga gaunnya sekitar Rp 100 jutaan,” ujarnya.
Ulang tahunnya diramaikan kehadiran seleb Filipina Teejay Marquez, Sammy Simorangkir, DJ Yasmin, dan Boy William. ”Sempat e-mail Shawn Mendes buat jadi guest star, tapi nggak dibalas,” katanya.
Pembuatan video pre-sweet seventeen dilakukan di Bali, sedangkan fotonya di Jepang. Bianca memilih Negeri Sakura karena ingin mengejar salju. Saat itu sudah masuk Januari. Di beberapa tempat, salju mencair. ”Yang paling dekat, paling memungkinkan ya di Shirakawa-go. Di Tokyo dan Osaka ndak ada salju,” terangnya.
Perlu dicatat, beberapa hari sebelum pengambilan foto pre-sweet itu, Bianca dan keluarganya sedang berada di Tokyo dan Osaka. Bisa saja Bianca langsung ke Shirakawa-go. Namun, bukan itu yang dilakukan. Dia memilih balik dulu ke Surabaya bersama keluarga. Keesokannya, baru ke Jepang lagi. Untuk apa? Ya, apa lagi kalau nggak untuk pemotretan di salju, gaes. “Kasihan adek-adek masih kecil kalau harus pulang sendirian,” kata kakak Mark dan Nicholas tersebut.
Pesta ulang tahun kuweren itu adalah kado ulang tahun yang istimewa dari orang tuanya. Bianca pun berpikir begitu. Tapi, ternyata tidak. Sebuah mobil Mercedes C-Class terbaru menjadi kado kejutan dari papi-maminya. ”Masih tak pakai sampai sekarang, tapi pengin ganti Mini Cooper sih. Lucu,” ujarnya.
Yang bikin menarik dari Crazy Rich Surabayans adalah umumnya penampilan mereka simpel. Tidak pamer pakai gelang emas penuh sampai lengan. Gaya sehari-hari juga kasual. Tapi, kaus Supreme atau Bathing Ape yang jadi pilihan dipadu sneakers Gucci atau Nike limited edition plus tas Balenciaga, Dior, atau Hermes barangkali setara dengan gaji satu tahun karyawan perusahaan.

PESTA MEWAH: Pesta sweet seventeen-nya dirayakan supermewah dan eksklusif di Hotel Shangri-La. (ALEX QOMARULLAH/JAWA POS)
Penampilan tak mencolok juga dihadirkan pasangan suami istri Septian Suryawirawan dan Sylvie Yuliati. Keduanya juga ramah. Yang membedakan adalah kalau umumnya orang mendapat kado saat menikah, mereka juga memberi. Tak tanggung-tanggung, door prize apartemen di Mayjen Sungkono diberikan kepada undangan yang hadir. “Kami ingin yang pulang dari acara merasakan kebahagiaan,” jelas Sylvie.
Memiliki limpahan harta, para ultrarich Surabaya itu tak melupakan kegiatan bederma. Di rumahnya yang bergaya Eropa dan berdiri di tanah seluas 2 ribu meter persegi, Lianawati Tjokrohartono kerap mengadakan acara bersama teman-temannya dari kelompok sosial Lions Shining.
Kemarin mereka bertemu untuk latihan vokal dan line dance di lantai 2 rumah. Ada aula seluas 10 x 25 meter. Lengkap dengan peralatan sound system untuk penunjang band. Istri Bambang Harsono itu lantas mengajak berkeliling ke beberapa bagian rumahnya. Perempuan 57 tahun itu berjalan ke bagian belakang rumah. Di sana ada dapur, ruang setrika, dan ruang fitnes merangkap salon.
Di lahan belakang, ada area seluas 400 meter persegi yang ditanami rumput hijau. Ada jembatan kayu yang di bawahnya terdapat 18 ikan koi jumbo. Kolam itu didesain mengitari separo kolam renang. Pohon palem, daun talas, dan gazebo menjadi komposisi menyejukkan. Seolah bukan sedang di Surabaya. Lin mengatakan, dirinya dan keluarga sering berkumpul di tempat tersebut. Terutama saat Minggu. “Nemenin anak-anak sama cucu kalau renang,” terang ibu empat anak dan enam cucu itu.
Ada salon di rumah, kata Lin, karena dirinya tak punya banyak waktu luang. Jadi, dia melakukan treatment di rumah saja. Dulu, dia masih bisa meluangkan waktu ke luar negeri hanya untuk perawatan salon atau wisata kuliner. ”Waktu usiaku masih 20 atau 30 tahunan, ya pernah ke luar negeri cuma karena lagi pengin makan steak yang ada di Sydney atau Belanda. Tapi, karena sekarang lebih vegetarian, sudah nggak pernah lagi,” ungkapnya.
Perempuan asal Kediri itu sudah pasti punya barang branded. Kebanyakan barang itu dibeli ketika ke New York maupun London. Namun, dia tak pernah memburu dengan serius atau sengaja menyimpan bujet khusus demi membeli tas. “Sometimes aku pernah nggak ganti tas sampai dua bulan. Karena emang nggak maniak tas. Tas ratusan ribu kalau memang aku suka ya mau beli,” imbuhnya.

KINI VEGAN: Saat masih mengonsumsi daging, Lianawati Tjokrohartono pergi ke luar negeri hanya untuk menikmati steak favorit. (GHOFUUR EKA/JAWA POS)
Yang tak Lin lupakan adalah di antara rezeki miliknya itu, ada hak orang lain. Dia aktif berkegiatan sosial. Lin adalah pendiri Surabaya Lions Srikandi. Menyusul kemudian, Surabaya Lions Edelweiss pada 2011. Dua tahun berselang, Lin menetaskan grup baru, yakni Surabaya Lions Shining. Saat ini dia bertindak sebagai board of director. “Aku bikin juga Lions Club Stellar, Lions Club Ende Kelimutu, sama satu di Kediri namanya Kili Suci,” ujarnya.
Menyanyi menjadi kegemaran Lin dan keluarga. Mereka juga terbilang total saat menggelar pesta. Misalnya, saat mengadakan pesta pernikahan anak bungsunya, Ivone Suhartono, pada Maret lalu. Pesta digelar di Ballroom Grand City dengan menghadirkan Shane Filan, Rossa, Lea Simanjuntak, dan Tarik the Tenor. MC-nya adalah Ivan Gunawan dan Daniel Mananta. Ada 2.500 undangan. Seratus di antaranya datang dari luar kota dan luar negeri. Mereka mendapat penginapan gratis di Bumi Surabaya City Resort. Pesta kedua digelar di tempat asal Lin, Kediri. Bintang tamunya, Inul Daratista, Vina Panduwinata, hingga Yuni Shara. (and/dya/hay/c7/ayi)
—
CERITA LAINNYA
Selain mereka, sederet cerita pernah kami temui saat bertugas di lapangan. Berikut di antaranya:
Utamakan Pendidikan Anak
Teman lama: Mam, anaknya sekolah di mana sekarang?
Istri pengusaha: Kami carikan sekolah yang terbaik. Tapi, saat itu nggak nemu yang pas. Akhirnya suami beli franchise sekolah dari Jakarta. (((Beli sekolah!!!)))
—
Hermes Setemgah Lusin
Anak: Ma.. koncoku sing rumane Kertajaya, sing kita ketemu ndek US itu lo, Ma, inget toh??
Mama: Iya inget, Me, opoo??
Anak: Tas Kelly-ne (salah satu jenis model Hermes) dua, Ma, adike ya punya, Ma.
Mama: Loh mosok (masa), Me?? Lhaa mamane?
Anak: Yo akeh (banyak) lah Maaa, ganti-ganti bee (barangkali)
Mama: Piroan (berapaan), Me?? Ya kita beli to joinan. Enam ae skalian, Me. Bee lebih byen i (murah) lak setengah lusin.
Dan, mereka kemudian pergi ke Venice, Italia, untuk membeli enam tas Hermes itu.
—
Apartemen Serupa Kacang
Jadi ceritanya aku kan ikut arisan. Emm.. mama-mama salihah gitu lah. Tapi, ini kayak sosialita, tapi yang berhijab semua. Udah kali ketiga aku ikut. Nah, suatu saat aku ketempatan arisan di rumah. Nah terus.. eee, tiba-tiba dateng salah seorang marketing apartemen punya itu loh, yang baru dibangun. Yang nanti di tanahnya belakang ritel itu. Nah, marketing itu dateng mungkin diajakin salah seorang anggota arisan. Dan, yang terjadi adalah… itu yang namanya ibu-ibu berebut beli apartemen yang harganya Rp 2-3-4-5 M itu. Udah kayak kacang goreng, aku mau satu. Aku di sebelahmu ya, oke-oke-oke . Ya udah, ya udah, ya udah, aku disebelahmu, nggak aku mau yang deket sini. Aku mau yang itu. Udah dan nggak pake tanya sama suaminya. Aku cuman melongo. Udah kayak kacang goreng aja cyiiin. Oh My Gosh….

BAGI KEBAHAGIAAN: Septian Suryawirawan dan Sylvie Yuliati membagikan door prize apartemen di Mayjen Sungkono untuk undangan resepsi pernikahan mereka. (GHOFUUR EKA/JAWA POS)
Fenomena yang Segera Surut
Sosiolog Universitas Airlangga Bagong Suyanto mengatakan, munculnya obrolan soal Crazy Rich Surabayans berasal dari kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka merasa heran dengan percakapan yang dilakukan kelas atas dengan kekayaan berlebih. Selain mereka merasa kagum atau jealous, obrolan itu merupakan refleksi mimpi yang tidak kesampaian. Yang sulit diwujudkan.
Selain karena film Crazy Rich Asians sedang tayang, obrolan tersebut bisa booming dan menyebar secara cepat karena bantuan media sosial. Ketika suatu hal dianggap menarik dan baru, orang-orang akan ramai-ramai mengikutinya. Termasuk membagi cerita mereka mengenai orang kaya dengan tingkah laku yang dianggap tidak biasa tersebut.
Bagaimana orang kaya memandang fenomena itu? Bagong menyebut, orang kaya akan melihatnya sebagai hal biasa Yang menjadi topik Crazy Rich Surabayans adalah percakapan-percakapan yang memang mereka lakukan sehari-hari. “Kelas menengah bawah mungkin bilang hal-hal yang dilakukan kelas tersebut sebagai pemborosan. Padahal, hal itu tidak seluruhnya benar,” jelasnya.
Tergagapnya banyak orang mengenai fenomena percakapan orang kaya itu, menurut dia, bisa menjadi indikasi menguatnya jurang perbedaan pendapatan di masyarakat. Di satu sisi, orang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, sisi lainnya menunjukkan kelebihan materi melimpah ruah.
Bagong yakin fenomena tersebut, seperti banyak fenomena lainnya yang viral, akan perlahan surut. Berganti dengan hal baru yang menarik dan melupakan Crazy Rich Surabayans. (elo/c25/ayi)
(*)
[ad_2]