Harga Minyak Dunia Diramal Melandai, Pertalite Batal Naik?
Wikimedan.com – Harga Minyak Dunia Diramal Melandai, Pertalite Batal Naik? Harga minyak mentah saat ini tidak lagi sepanas paruh pertama tahun ini. Harga minyak belakangan bahkan anjlok belasan persen.
Sepanjang bulan ini saja harga minyak jenis brent sudah anjlok 14,28% ke US$94,3 per barel. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) merosot 9,87% ke US$88,9 per barel.
Perkembangan ekonomi di China dan kekhawatiran akan resesi menjatuhkan harga minyak mentah dunia sepanjang bulan.
Pada Juli 2022, produksi industri China tumbuh 3,8%year-on-year(yoy). Angka itu melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% yoy.
Kemudian pada Januari-Juli 2022, investasi tetap di China tumbuh 5,7% yoy. Melambat dibandingkan pertumbuhan enam bulan pertama 2022 yang sebesar 6,1% yoy dan lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar yang memperkirakan 6,2% yoy.
Lalu penjualan ritel pada Juli 2022 tumbuh 2,7% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 3,1% yoy dan jauh di bawah perkiraan pasar yang ‘meramal terjadi pertumbuhan 5% yoy.
Di sisi lain kekhawatiran akan perlambatan ekonomi bahkan resesi juga menekan harga minyak mentah dunia.
Bank dunia memperkirakan ekonomi global akan bertumbuh lebih lambat pada tahun ini sebesar 2,9%. Tahun lalu ekonomi dunia mampu bertumbuh 5,7% karena adanya reopening ekonomi.
Begitu juga dengan Amerika Serikat (AS) yang saat ini menghadapi era suku bunga tinggi. Sikap agresif bank sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. Dinilai dapat meningkatkan risiko resesi di Negeri Paman Sam.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters terbaru menunjukkan kemungkinan 40% resesi AS akan terjadi tahun depan, dengan kemungkinan 50% terjadi dalam dua tahun lagi. Hal tersebut adalah peningkatan yang signifikan dari 25% dan 40% dalam jajak pendapat Juni.
Perlambatan ekonomi dunia termasuk China dan AS membuat para pelaku pasar ketar-ketir bahwa konsumsi akan menyusut sehingga membuat harga pun turun.
Harga Minyak Turun
Harga minyak mentah dunia sudah turun sekitar US$30 per barel sejak puncak tertingginya pada 8 Maret 2022. Saat itu harga minyak jenis brent tercatat US$127,98 per barel. Sedangkan WTI harganya US$123,7 per barel.
Menerka-nerka gerak lanjutan minyak dunia saat ini lebih sulit karena dunia sedang berada dalam ketidak pastian.
Harga minyak mentah yangturun karena kekhawatiran degradasi konsumsi karena perlambatan ekonomi bersamaan dengan pasokan minyak yang masih terbatas akibat embargo minyak Rusia dan negara-negara OPEC yang masih berjibaku memenuhi target produksinya.
“Harga minyak selalu memiliki kapasitas untuk mengejutkan,” kata Daniel Yergin, sejarawan energi dan penulis “The New Map: Energy, Climate and the Clash of Nations.”
Bisa dikatakan saat ini antara sentimen bullish dan bearish berimbang. Sehingga jangan terlalu senang dahulu jika minyak saat ini turun. Karena sentimen pengerek harga masih ada.
“Saya pikir harga minyak bisa turun,” kata Sarah Emerson, presiden ESAI Energy, sebuah perusahaan analitik.
“Kami memiliki beberapa faktor yang datang bersamaan pada saat yang sama: Kami memiliki China yang mengurangi impor minyak mentahnya pada kuartal ketiga, kami memiliki akhir musim bensin musim panas, kami memiliki kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi, dan terus terang, banyak pasokan.”
Tapi dia dengan cepat menambahkan, “Itu tidak berarti harga tidak akan kembali naik,” mencatat akan berakhirnya penarikan cadangan strategis – dari mana Amerika Serikat, dalam koordinasi dengan negara lain, telah melepaskan hingga a juta barel per hari – dan kemungkinan bahwa Eropa akan mengganti pembakaran minyak dengan gas alam jika terjadi musim dingin.
Harga Minyak DIramal Melandai
The Oxford Institute for Energy Studies (OIES) memperkirakan pada 2022 harga rata-rata minyak mentah dunia akan melandai di sisa 2022. Rata-rata harga minyak mentah dunia akan berada di US$108,5 per barel.
Adapun sentimen pemberat laju harga minyak mentah datang dari beberapa sentimen. Jika kesepakatam nuklir Iran tercapai, produksi diperkirakan akan berangsur kembali normal. OIES memperkirakan rata-rata produksi Iran pada kuartal I-2023 sebesar 3,6 juta barel per hari (mb/d), naik dari perkiran 2022 dengan rata-rata 3,1 mb/d.
Kasus resesi global melihat pertumbuhan global melambat tajam menjadi 0,7% pada 2023 dari 2,9% tahun sebelumnya, karena gangguan rantai pasokan dan tekanan inflasi yang terus-menerus menekan ekonomi global. Resesi global tampaknya menjadi pendorong bearish dominan yang membebani prospek, dengan penurunan harga secara progresif menjadi agresif di akhir 2022 dan meningkat pada 2023 menjadi rata-rata $11,6/b.
Sementara itu, harga minyak dunia akan didukung oleh prakiraan permintaan yang bertumbuh. Badan Energi Dunia (IEA) memperkirakan permintaan minyak mentah global pada 2022 akan naik sebesar 2,1 juta barel per hari (mb/d) menjadi 99,7 juta mb/d. Sementara untuk 2023, IEA memproyeksikan permintaan minyak mentah akan bertumbuh mnejadi 101,8 mb/d.
Di sisi lain, gangguan pasokan minyak dari Rusia tetep ada. Ekspor minyak ke Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea turun hampir 2,2 mb/d. Ruang kosong akibat embargo minyak tersebut diisi oleh pengiriman minyak Rusia ke India, China, dan Turki.
Secara total, ekspor minyak Rusia turun 115 kb/d pada Juli menjadi 7,4 mb/d dari sekitar 8 mb/d pada awal tahun. Ini membuat pendapatan ekspor Rusia turun dari US$21 miliar pada Juni menjadi US$19 miliar pada Juli.
Adapun penurunan produksi minyak dari Rusia kala serangan ke Ukraina. Pada Juli produksi minyak Rusia hanya 310 kb/d. Sementara total ekspor minyak Rusia turun 580 kb/d.
IEA berpandangan embargo yang dilakukan oleh Uni Eropa terhadap minyak mentah dan impor produk Rusia yang mulai berlaku penuh Februari 2023 diperkirakan akan menghasilkan penurunan lebih lanjut.
“Karena sekitar 1 mb/d produk dan 1,3 mb/d minyak mentah harus mencari rumah baru,” tulis IEA dalam laporannya.
“Dengan pasokan yang semakin berisiko terhadap gangguan, reli harga lainnya tidak dapat dikecualikan,” tambahnya
![]() Outlook Harga Minyak Mentah |
Harga Pertalite Tetap Susah Turun
Jika kemudian harga minyak mentah dunia melandai, hal ini pastinya akan berpengaruh terhadap harga minyak mentah di Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP).
Rata-rata ICP menyak mentah Indonesai pada Juli 2022 tercatat US$106,73 per barel, turun US$10,89 dari US$117,62 per barel pada Juni.
“Harga rata-rata minyak mentah Indonesia untuk bulan Juli 2022 ditetapkan sebesar US$ 106,73 per barel,” mengutip Keputusan Menteri ESDM Nomor 111.K/MG.03/DJM/2022 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Juli Tahun 2022 yang ditetapkan tanggal 1 Agustus 2022.
Meskipun turun, angka tersebut masih jauh dari patokan APBN di US$60 per barel. Harga ICP yang berada di US$100 per bare pun senada dengan harga keekonomian bensin yang dijual.
Harga keekonomian RON90 atau Pertalite di angka Rp 17.200 per liter. Sementara harga jualnya Rp7.650 per liter. Sehingga pemehrintah harus nombok Rp9.950 per liter.
Pun dengan bensin RON92 atau Pertamax yang harganya masih ditahan di Rp12.500 per liter guna menghindari shifting pembeli ke Pertalite. Padahal harga keekonomiannya Rp 17.950 per liter.
Akibatnya beban subsidi pemerintah masih berat. Jika kemudian harga minyak mentah kemudian terus turun atau melandai, memang bisa jadi alasan untuk menahan pemangku kebijakan untuk menaikkan harga bensin Pertalite yang berkontribusi terhadap sekitar 80% konsumsi bensin nasional.
Namun, stok Pertalite yang diperkirakan tinggal berumur 2 bulan bisa jadi alasan menaikkan harga Pertalite meskipun harga minyak mentah dunia turun.
“Kalau memang gak ada alokasinya (penambahan) itu, ya kita harus sesuaikan (harga Pertalite), iya dong kalau gak naik gimana?” kata Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (15/8/2022).
“Kita yang terbaik buat negara supaya ke depannya (negara bertahan), harga minyak mentah aja gak turun-turun. ya to,” kata dia.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20220816120049-17-364163/harga-minyak-dunia-diramal-melandai-pertalite-batal-naik/4