Ginting dan Momota, Penerus Lee Chong Wei dan Lin Dan
[ad_1]
Wikimedan – Lee Chong Wei dan Lin Dan memang belum pensiun dari dunia bulu tangkis. Namun, harus diakui era mereka sudah berlalu. Dua nama yang, setidaknya saat ini, disebut-sebut paling pantas menggantikan sosok agung keduanya adalah Kento Momota dan Anthony Sinisuka Ginting.
Nama Ginting, 21, dan Momota, 24, memang bukan nama baru di dunia tepok bulu angsa. Keduanya sudah berseliweran cukup lama di lapangan hijau. Namun, reputasi keduanya betul-betul meledak di tahun 2018. Pertarungan keduanya pun selalu menjadi tontonan yang seru.
Ginting yang merupakan salah satu dari sekian pebulu tangkis tunggal putra yang masih berada di bawah bayang-bayang Taufik Hidayat perlahan-lahan berhasil mengeluarkan cahayanya sendiri sejak medio 2017. Mencuri perhatian publik setelah mengalahkan Viktor Axelsen di Piala Sudirman 2017 lalu meraih gelar juara turnamen perdananya di Korea Selatan Terbuka 2017, performa Ginting terus menunjukkan perkembangan.
Masuk tahun 2018, Ginting langsung menggebrak dengan meraih gelar juara Indonesia Masters 2018. Gelar tersebut juga mengantarnya masuk ke jajaran top 10 dunia untuk pertama kalinya.
Walau puasa gelar di sederet turnamen berikutnya, Ginting bisa terus menerus memperbaiki penampilannya. Mulai terbiasa menghadapi pemain-pemain kelas dunia seperti Axelsen, Chen Long, Shi Yuqi, Kidambi Srikanth, Son Wan Ho, dan banyak lagi, aura Ginting di lapangan pun tidak lagi tenggelam dibanding pemain-pemain tersebut.
Reputasi Ginting semakin besar saat perhelatan Asian Games 2018. Meski hanya meraih medali perunggu dan terhanyut di tengah euforia medali emas yang diraih Jonatan Christie, Ginting memenangkan hati orang banyak saat ia bertarung hingga kakinya kram di partai final beregu.
Ginting akhirnya sukses menebus kekalahannya di Asian Games 2018 dengan menjuarai Tiongkok Terbuka 2018. Di partai final, ia menundukkan Momota 23-21 dan 21-19 yang notabene merupakan pebulu tangkis putra paling fenomenal di tahun ini. Kemenangan ini juga sekaligus menyamakan head to head mereka dari total enam pertemuan.
Berbeda dengan Ginting yang masih perlahan-lahan menapaki persaingan level atas, Momota sudah lebih dulu melambungkan namanya. Momota sudah pernah menempatkan namanya di ranking 2 dunia pada tahun 2016. Di tahun yang sama, skandal judi ilegal menjeratnya.
Momota dihukum selama setahun. Ia tidak boleh mengikuti turnamen bulu tangkis apapun. Rankingnya resmi dicopot. Namanya tercoreng dan tenggelam.
Namun, Momota membuktikan bahwa hal itu semua bukan halangan baginya untuk kembali ke puncak. Resmi boleh bertanding lagi di pertengahan tahun 2017, Momota langsung meroket. Meraih gelar juara Asia 2018, juara dunia 2018, dan memenangkan dua turnamen BWF World Tour 2018 tahun ini membuatnya langsung kembali nangkring di ranking 2 dunia.
Kehebatan Momota pun tidak disangsikan oleh Ginting. Ginting pun berharap, rivalitasnya dengan Momota di lapangan bisa terus memacu mereka menjadi generasi emas tunggal putra dunia yang berikutnya.
“Momota adalah pemain yang pintar. Dia bisa membaca kalau lawannya tidak percaya diri. Tiap bertemu dia, pertandingan tidak akan berjalan mudah. Semoga kami bisa menjadi generasi baru di tunggal putra,” ujar Ginting.
Momota pun beberapa kali memuji Ginting sebagai pemain yang tidak bisa dihadapi sembarangan. “Ginting adalah pemain yang sangat cepat dan punya smes sangat keras. Melawan dia memang harus hati-hati dan tidak boleh membuat kesalahan,” ujar Momota beberapa waktu lalu.
Perjalanan Ginting dan Momota memang masih panjang. Tidak ada yang tahu bakal seperti apa karir mereka ke depannya nanti. Namun, terlepas apakah keduanya bisa sebesar Lin Dan atau Chong Wei, Lin Dan sendiri sudah mengakui bahwa kualitas keduanya memang layak diacungkan jempol.
“Para pemain muda sekarang sudah bisa memberi tekanan kepada kami pemain senior. Jika kami tidak pada kondisi 100 persen, kami kalah dari mereka,” ujar Lin Dan.
(isa/JPC)
[ad_2]