Energi Fosil Kian Menipis, Pemanfaatan EBT Didorong
[ad_1]
Wikimedan – Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto merilis buku barunya berjudul Perspektif, Potensi, dan Ketahanan Energi Indonesia di Jakarta, Selasa (25/9). Dalam buku bersampul hijau itu, Unggul menuliskan soal ancaman darurat sumber energi berbasis fosil. Disertakan pula potensi-potensi sumber energi baru dan terbarukan (EBT).
Dalam paparannya Unggul mengatakan gejala darurat energi di Indonesia sudah muncul. Seperti sejak 2003 lalu Indonesia berstatus net importir minyak. Artinya kebutuhan minyak dalam negeri mayoritas bergantung dari impor.
Selanjutnya Unggul memperkirakan pada 2025 Indonesia akan menjadi net importir gas. Kemudian pada 2049 republik ini diperkirakan menjadi net importir batu bara.
“Ada pola pikir yang perlu diubah,” katanya.
Perlu disadari, Indonesia tak lagi surplus minyak. Lifting dan kegiatan eksplorasi menurun, di sisi lain konsumsi terus meningkat.
Atas dasar itu, Unggul menyampaikan sejumlah solusi untuk menghadapi darurat sumber energi tersebut. Salah satunya, untuk ketersediaan listrik, dia menegaskan Indonesia membutuhkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Ke depan, pemanfaatan energi nuklir ini bisa menjadi solusi ketika ketersediaan batu bara makin tiris. “Saya melihat tidak ada sumber energi listrik lain yang bisa menggantikan batu bara selain nuklir,” katanya.
Unggul menjelaskan memang ada sumber energi lain seperti air, panas bumi, angin, surya, dan sejenisnya. Namun, menurut dia, produksi setrum yang dihasilkan tidak bisa sebesar nuklir.
PLTN memiliki keandalan yang lebih baik dibandingkan sumber energi alternatif tersebut di atas. Terkait kekhawatiran masyarakat, Unggul mengatakan, memang perlu lebih banyak sosialisasi.
Selain itu, dia mengatakan teknologi PLTN saat ini sudah aman dengan hadirnya generasi keempat. Sementara itu, titik pembangunan PLTN bisa dipilih di lokasi yang minim risiko gempa, tsunami, maupun banjir.
(wan/JPC)
[ad_2]