Dongkrak Rupiah, Kaum 'Crazy Rich Surabayans' Ramai-ramai Tukar Dolar
[ad_1]
Wikimedan – Meski istilahnya terinspirasi dari novel karya Kevin Kwan, Crazy Rich Surabayans bukan sekedar mitos. Mereka membuktikan eksistensi dan kedikdayaan finansialnya untuk mendongkrak nilai rupiah.
Ya, puluhan pengusaha mapan se-Jawa Timur, Kamis (20/9) ramai-ramai menukarkan uang dolarnya ke dalam bentuk rupiah. Mulai dari pengusaha Himki Peter Joe, Budi Budianto hingga Nur Cahyudi. Ada pula Ketua Aprindo Jatim Aprilia, Asosiasi pengusaha jamu, Steven Walla, Perry, Asosiasi INSA Stenven hingga Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Isdarmawan.
Tak tanggung-tanggung. Jumlah total dana yang ditukarkan sebesar USD 50 juta. Apabila dihitung dengan kurs rupiah Rp 14.798, maka nilainya sekitar Rp 739,9 miliar.

Penukaran dolar dari para pengusaha akan dilakukan tidak hanya saat dolar menguat. Tapi, akan terus dilakukan hingga nilai tukar rupiah stabil. (Istimewa)
Ketua Umum Forum Komunikasi para Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jawa Timur Nur Cahyudi mengatakan, uang sebanyak itu murni inisiatif dari para pengusaha. Untuk mengumpulkan dan membuat para pengusaha merelakan dolar miliknya ditukarkan ke dalam rupiah hanya membutuhkan waktu 3 hari saja.
“Jadi memang acara ini dadakan. Satu, dua, tiga hari ini kami colek teman-teman (pengusaha), kami gugah semangatnya (untuk menukar uang dolarnya). Karena, kami sudah membulatkan tekad untuk melepas dolar,” kata Nur di Hotel Majapahit, Surabaya, Kamis (20/9).
Penukaran itu tidak hanya sebagai momentum sekali seumur hidup. Nur mengatakan, penukaran dolar dari para pengusaha akan dilakukan tidak hanya saat dolar menguat. Tapi, akan terus dilakukan hingga nilai tukar rupiah, dapat stabil di level Rp 9000 per dolar.
“Kami serahkan melalui Kepala Bank Indonesia Wilayah Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah. Yakni, 50 juta dolar di luar regulasi,” kata Nur.
Nur mengakui jumlah tersebut tergolong kecil dibanding nilai ekspor di sektor usaha yang mencapai USD 1,5 miliar per bulan atau USD 18 miliar per tahun. Namun, ada alasan tersendiri atas inisiatif para pengusaha kaya menukarkan dolarnya.
Pertama, pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini cukup berdampak terhadap sektor usaha. Terutama, pengusaha kaya yang berkecimpung pada sektor industri pengolahan.
Nur mencontohkan beberapa industri seperti sepatu, farmasi, dan tekstil yang bahan baku impornya mencapai hampir 80 persen dari seluruh biaya produksi. Meski, ada perbedaan dampak pada sektor industri yang berbeda.
“Industri yang bahan bakunya impor, dijual ekspor juga akan beda ketika bahan baku diambil dari lokal lalu di ekspor. Atau pun bahan baku lokal dijualnya di pasar lokal. Intinya, situasi ini (pelemahan nilai tukar rupiah) tidak bisa dibiarkan,” tegasnya.
Kedua, nilai melemahnya nilai tukar rupiah juga mulai menghantui pengusaha kaya terkait suku bunga pinjaman. Katanya, kenaikan tersebut merupakan beban tersendiri bagi para pengusaha.
“Kalau rupiah melemah saya kuatir Pak Difi sudah ancang-ancang menaikkan suku bunga pinjaman. Jangan-jangan, minggu depan sudah dinaikkan BI rate-nya,” katanya disambut tawa para pengusaha lain.
Oleh sebab itu, aksi penukaran itu sebagai dorongan moral. Nur berharap ada inisiatif yang sama dari para pengusaha di wilayah lain di Indonesia. “Kami tidak berpikir soal itu (berapa persen nilai rupiah yang akan terdongkrak). Paling tidak, ini merupakan suatu gerakan moral. Agar ditiru teman pengusaha lain. Nggak ada hubungannya dengan Cawapres,” katanya.
Nur juga berharap ada insentif dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Yakni, berupa restitusi PPn yang dapat diterbitkan lebih cepat. Dari yang biasanya 6 bulan, Nur berharap dapat dipercepat hingga 3 bulan.
(HDR/JPC)
[ad_2]