Berita Nasional

Dari Coba-coba, Jual Sawah hingga Akhirnya Hasilkan Produk Sendiri

Indodax


[ad_1]






Sebelum berhasil dengan usaha laundry sepatunya, Syarif Muhammad Magfur pernah bergonta-ganti profesi. Mulai dari menjadi front office sebuah hotel di Kalimantan, membuka warung internet hingga rencana mendirikan angkringan. Namun kini, ia mantap menjalani bisnis laundry sepatu dan tas. Suka duka, jatuh bangun laundry telah menempanya hingga mampu menghasilkan produk pembersih sendiri.





Ari Purnomo, Solo





Wikimedan – Di usia yang masih cukup muda, Syarif mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta per bulan dari usaha laundry dan tas. Dengan kios minimalis ukuran 4×7 meter di Surabaya, ia menjalankan usaha laundry tas dan sepatu bersama dengan 4 pegawainya.


Kisah Pengusaha Laundry

Di usia yang masih cukup muda, Syarif mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta per bulan dari usaha laundry dan tas. (Sari Hardiyanto/Wikimedan)





Sebelum terjun di bisnis laundry, sejumlah profesi pernah dilakoni pemuda kelahiran 29 Juli 1990 tersebut. Lantaran capai ikut orang, ia pun memberanikan diri berwiraswasta. Kendati demikian, tidak mudah untuk menjalankan bisnis.





“Untuk sukses seperti sekarang ini. Saya sudah habis banyak, mulai dari jual sawah satu-satunya milik orang tua dan pesangon kantor. Alhamdulillah sekarang sudah berbuah hasilnya,” ujarnya saat ditemui Wikimedan di Solo dalam sebuah seminar baru-baru ini.





Syarif menjalankan usaha laundry-nya di Surabaya. Selain bisnis urusan cuci-mencuci, ia juga mempunyai produk pembersih yang dihasilkan dari proses panjang. Ramuan pembersih tersebut didapatkannya dari hasil trial and error dari usahanya berbisnis laundry.






“Outlet saya di Surabaya, tepatnya di Jalan Raya Kelintang No 2 Surabaya. Dari laundry sepatu lumayan hasilnya,” tutur dia.






Daripada laundry baju kiloan, menurutnya laundry sepatu dan tas lebih menjanjikan. Selain lebih simpel, harga satuan sepatu dan tas juga lebih tinggi daripada cuci baju kiloan. Namun tentunya tidak semudah mencuci baju. Diperlukan penanganan dan treatment tersendiri dalam menjalankan usaha tersebut. “Kalau asal, salah-salah tas dan sepatu konsumen bisa rusak. Jadi tidak sembarangan,” paparnya.





Salah satu tips sukses usahanya tersebut, yakni memberikan edukasi dan pelayanan maksimal kepada konsumen. Selain itu, packaging juga dimaksimalkan dengan penyajian yang menarik hingga tas plastik wadah sepatu.





“Kalau pelanggan sudah nyaman, biasanya akan menular ke teman-teman lainnya,” beber dia.





Sebelum berhasil dengan usahanya, Syarif sempat jatuh akibat berhutang bank. Bukannya tambah untung, namun justru semakin terbebani dan terus merugi. Kini, ia pun enggan berurusan dengan Bank. Dan dari laundry sepatu tersebut, ia pun mampu memberangkatkan haji orang tuanya.





“Usaha itu kalau disukai pasti jalannya enteng,” imbuh dia.





Lebih lanjut, Syarif menegaskan kepuasan konsumen merupakan yang utama. Sehingga apabila, ada sepatu dan tas yang rusak atau hilang, ia pun akan mengganti 100 persen dengan barang baru yang sama, baik jenis dan mereknya. Dengan pelayanan tersebut, laundry-nya semakin berkembang dan dipercaya masyarakat.





“Kalau ada yang rusak saya ganti baru, tapi syaratnya saya minta waktu 1 bulan,” imbuhnya.





Meski bisnis laundy kian menjamur, Syarif tidak pelit berbagi ilmu. Bahkan ia kerap diminta mengisi seminar untuk para pengusaha laundry di seluruh Nusantara. Ia memakai prinsip cicak, bahwa setiap orang mempunyai rejeki masing-masing. “Saya buka laundry dari 2016 akhir. Kalau usaha tidak dimulai, ya kapan lagi. Intinya jangan sampai takut tidak ada rejeki,” pungkasnya.










(apl/JPC)

[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *