China Siap Tambah Utang Rp 22.000 Triliun Lebih
Wikimedan – China Siap Tambah Utang Rp 22.000 Triliun Lebih. Pemerintah China mempertimbangkan untuk menyetujui penerbitan surat utang tambahan hingga lebih dari 10 triliun yuan (Rp 22.051 triliun) dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini terjadi saat performa ekonomi Negeri Tirai Bambu itu masih belum optimal pascapandemi Covid-19.
Dua sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Badan legislatif tertinggi China, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC), sedang berupaya untuk menyetujui paket fiskal baru. Jumlah total yang direncanakan setara dengan lebih dari 8% dari output ekonomi terbesar kedua di dunia itu, atau setara 10 triliun yuan.
“NPC sedang berupaya untuk menyetujui paket fiskal baru, termasuk 6 triliun yuan yang sebagian akan dikumpulkan melalui obligasi khusus negara, pada hari terakhir pertemuan yang akan diadakan dari 4-8 November,” ujar sumber tersebut, Selasa (19/10/2024).
“Utang senilai 6 triliun yuan akan dikumpulkan selama tiga tahun termasuk 2024. Hasilnya terutama akan digunakan untuk membantu pemerintah daerah mengatasi risiko utang yang tidak tercatat.”
Sebagai bagian dari paket fiskal terbarunya, Komite Tetap NPC juga diharapkan memberikan lampu hijau untuk sebagian atau seluruh obligasi tujuan khusus senilai hingga 4 triliun yuan untuk pembelian tanah dan properti yang tidak digunakan selama lima tahun ke depan, kata sumber tersebut.
Pemerintah daerah akan diizinkan untuk meningkatkan jumlah tersebut di atas kuota penerbitan tahunan mereka yang biasa, yang terutama mendanai belanja infrastruktur. Kuota tersebut mencapai 3,9 triliun yuan tahun ini dan 3,8 triliun pada tahun 2023.
Langkah terbaru ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola pasokan tanah, dan mengurangi tekanan likuiditas dan utang pada pemerintah daerah dan pengembang properti.
Sumber lain mengatakan bahwa pertemuan ini sebenarnya dipercepat untuk mengantisipasi hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Beijing mungkin akan mengumumkan paket fiskal yang lebih kuat jika Donald Trump memenangkan masa jabatan presiden kedua, karena kembalinya dia ke Gedung Putih diperkirakan akan memperparah hambatan ekonomi bagi China.
Kandidat dari Partai Republik Trump telah memperoleh banyak suara dalam jajak pendapat baru-baru ini untuk menghapus sebagian besar keunggulan awal dari lawannya dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris. Trump telah berjanji untuk mengenakan bea masuk sebesar 60% atas impor dari China.
“Waktu rapat, yang bertepatan dengan minggu pemilihan presiden AS pada 5 November, memberi Beijing fleksibilitas yang lebih besar untuk menyesuaikan paket fiskal termasuk ukuran total, berdasarkan hasil pemilu,” kata sumber tersebut.
Ekonomi China telah terpukul keras oleh krisis sektor properti yang berkepanjangan dan utang pemerintah daerah yang membengkak. Kondisi ini belum sepenuhnya pulih meski Negeri Tirai Bambu telah sepenuhnya bebas dari pandemi Covid-19.
Bank sentral pada akhir September mengumumkan langkah-langkah dukungan moneter paling agresif sejak pandemi Covid-19. Pemerintah menindaklanjutinya beberapa minggu kemudian dengan mengibaratkan lebih banyak stimulus fiskal tanpa menyebutkan rincian keuangan dari paket tersebut.
“Prioritas kebijakan saat ini tampaknya berfokus pertama pada penanganan utang tersembunyi pemerintah daerah, diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, dan kemudian mendukung permintaan domestik,” kata Tommy Xie, kepala Riset China di OCBC Bank.