Berita Nasional

Cerita Perjalanan Sunarman, Napi Palu yang Serahkan Diri ke Rutan Solo

Indodax


[ad_1]








Wikimedan – Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) beberapa waktu lalu akan terus dikenang, Sunarman bin Sutino. Pria 38 tahun asal Mojodipo, Jatirejo, Jumapolo, Karanganyar itu merupakan seorang narapidana (napi). Sunarman tersangkut kasus narkoba dan divonis selama empat tahun oleh pengadilan. 







Selama satu tahun lima bulan, suami dari Wahyuni itu menjalani masa tahanan di Lapas Kelas IIA Palu. Saat menjalani masa penahanan, tiba-tiba gempa terjadi di Palu dan Donggala. Lapas tempatnya menghabiskan masa tahanan tidak luput dari bencana yang menyebabkan korban jiwa hingga ribuan orang tersebut. Kala itu, ada 800 tahanan yang ada di Lapas Kelas II A Palu. 







Dan saat gempa bumi terjadi, petugas lapas langsung membuka pintu blok. Para tahanan dipersilakan untuk keluar dan menyelamatkan diri. Mereka diminta untuk menuju ke lapangan di kompleks Lapas tersebut. Instruksi ini pun langsung diikuti oleh para tahanan.


Napi Palu

BERTANGGUNGJAWAB: Sunarman bin Sutino, 38, napi dari Lapas Kelas IIA Palu yang menyerahkan diri ke Rutan Kelas IA Solo. (Ari Purnomo/Wikimedan)







“Saat gempa terjadi tembok lapas ambruk, dan kami diminta untuk kumpul di lapangan,” terang Sunarman saat ditemui Wikimedan di Rutan Kelas IA Solo, Selasa (16/10). 







Sunarman mengaku, saat kejadian para tahanan juga ketakutan, termasuk juga dirinya. Bahkan hampir semua Napi yang selama ini menempati Lapas melarikan diri. Usai terjadi gempa, Sunarman mengatakan, dari 800 napi yang ada di Lapas kelas IIA Palu hanya sekitar 50 Napi saja yang masih bertahan, salah satunya adalah dirinya.







“Saya sengaja kembali ke dalam, ada yang mengajak keluar. Dan petugas mengizinkan Napi untuk keluar Rutan. Saya pun keluar, tetapi setiap harinya juga masih ikut apel rutin,” urainya. 








Dan pada Selasa (2/9) Sunarman pun meninggalkan Palu. Ia membawa serta keluarganya menggunakan mobil dari Palu menuju Makassar. Selama perjalanan tidak banyak bekal yang dibawanya. Hanya perlengkapan pakaian dan sedikit sisa uang. Sunarman dan keluarga pun beberapa kali singgah di posko bencana. Di sana, Sunarman dan keluarga mendapatkan makanan. 








Sunarman sampai di Makassar pada Kamis (4/10) malam. Selanjutnya mereka beristirahat sehari sembari menunggu kapal yang akan membawanya ke Surabaya. Sesampainya di Surabaya, Sunarman pun melanjutkan perjalanan menuju ke karanganyar. “Saya tiba di Karanganyar dan disambut oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono. Dan lebih kurang seminggu berada di rumah,” terangnya. 







Selama berada di rumah, banyak kegiatan yang dilakukannya. Mulai dari mengunjungi ke rumah saudara, membawa kedua anaknya yakni Mela dan Cisilia untuk bermain di kawasan Alun-alun Karanganyar.







Meski sudah bisa menghirup udara bebas, Sunarman tetap merasa tidak tenang. Dia masih berutang sisa masa tahanan selama 2,5 tahun penjara. Selanjutnya, Sunarman berinisiatif untuk mencari informasi mengenai cara agar bisa kembali ke tahanan. 







“Dan kemarin dapat informasi katanya suruh menyerahkan diri ke Rutan setempat, dan akhirnya saya datang ke Rutan bersama saudara,” terangnya.







Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pengamanan Rutan (KPR) Kelas IA Solo, Andi Rahmanto mengapresiasi sikap dan rasa tanggung jawab Sunarman. Apa yang dilakukan oleh Sunarman adalah inisiatif dari Sunarman sendiri. “Dia memiliki perilaku yang baik, buktinya dia bertanggungjawab dan bersedia menyerahkan diri ke Rutan ini,” ucapnya.







(apl/JPC)

[ad_2]

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *