Berita Nasional

Berita : Lagu Anak Medan dan Roti Kelapa Hantarkan Robinson Kuliah di Amrik

Indodax


Horas……Pohon pinang tumbuh sendiri

Horas……Tumbuhlah menantang awan

Horas……Biar kambing di kampung sendiri

LIBURAN: Robinson mengajak orang tuanya berkeliling ke sejumlah lokasi di Amerika. (Istimewa)

Horas……Tapi banteng di perantauan

Lirik Lagu ‘Anak Medan’ gubahan Freddy Tambunan di atas ternyata punya makna tersendiri bagi Robinson Sinurat. Pasalnya ia berhasil mengenyam pendidikan di Columbia University, New York, Amerika Serikat karena filosofi lagu yang dipopulerkan oleh Trio Lamtama, grup vokal asal Tanah Batak, Sumatera Utara. Bagaimana ceritanya?

Prayugo Utomo, Sumatera Utara 

Wikimedan – Belakangan nama Robinson Sinurat ramai menjadi perbincangan publik. Terlebih setelah kisah perjuangan sahabat Tasya Kamila, mantan penyanyi cilik tersebut viral dan dipublikasikan oleh media massa.

Robinson merupakan putra kelima dari tujuh bersaudara yang lahir dari rahim Kontaria boru Sijabat. Sedangkan ayahnya Nelson Sinurat. Jika melihat dari foto, kedua orang tuanya sudah tak muda lagi. Berumur lebih dari setengah abad. 

Keberhasilan Robinson bukanlah tanpa sebab. Selain restu dari orang tua, Nelson menjadikan lagu ‘Anak Medan’ penyemangat dalam perjuangannya berjibaku dengan kerasnya hidup di perantauan. 

“Aku orangnya optimis. Gak minderan, Macam lagu favorit aku bang, Anak Medan. Jadi kambing di kampung sendiri, Tapi banteng di perantauan,” ujar laki-laki kelahiran 1990 silam ini, Minggu (13/1). 

Obin, panggilan akrabnya pun bercerita bagaimana dia bisa mendapat pendidikan hingga ke Negeri Paman Sam. Kisah perjuangan Obin dimulai saat dia meluluskan wajib belajar 12 tahun di SMA Negeri 15 Kota Medan. Obin remaja harus jauh dari orang tuanya yang berprofesi sebagai petani kopi di Dairi. Dia tinggal bersama saudaranya di Kota Medan. 

Obin dulunya punya keinginan untuk bersekolah di sekolah swasta yang punya fasilitas lengkap. Namun apa daya, warga asli Desa Barisannauli, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara itu terganjal biaya. Orang tuanya selalu berpesan supaya Obin bersekolah di negeri yang biayanya jauh lebih ringan. 

Lepas SMA, Obin bingung. Dia terancam tidak kuliah karena keterbatasan biaya. Namun dia tetap optimistis. Laki-laki berkacamata ini mengikuti seleksi ke perguruan tinggi negeri. Karena jika harus berkuliah di perguruan tinggi swasta, sudah pasti tak ada biaya. 

Luluslah Obin di Universitas Sriwijaya Palembang. Dia mengambil jurusan fisika. Sempat ada keraguan Obin untuk melanjukan studi. Namun dirinya tetap nekat. 

Obin nekat menginjakkan kaki di Palembang pada 2009 dengan uang Rp 3 juta. Itu pun hasil meminjam dari sahabatnya. Rp 2,4 juta untuk membayar uang pendaftaran, sisanya untuk biaya hidup.  Untuk tinggal di Palembang, Obin harus pontang panting. Bersama koleganya, dia mencari tempat tinggal. Tampaknya keberuntungan kembali berpihak kepadanya. Obin dipersilahkan tinggal di kamar penjaga kos. Meski berukuran sempit, dia beruntung dapat tinggal. Untuk urusan bayar kos, pemilik memberi kelonggaran. Dia hanya diminta membayar uang listrik. 

Bagi Obin, kejujuran yang paling penting. Memang itu pesan dari orang tua yang selalu dia pegang. “Kalau kata ibu dan bapak, emas tetap menjadi emas. Kejujuran dalam berjuang juga bagian dari emas itu,” ujarnya. 

Tuah kejujuran itu pula yang membuatnya selalu menemukan solusi di tengah cobaan yang dia hadapi. Membawa dewi fortuna sepertinya selalu melekat di dirinya. Selama di perantauan, Obin dididik untuk sabar. Dia dilatih untuk kuat. 

Selain berkuliah, Obin juga banting tulang untuk mencukupi kehidupannya. Obin harus membagi waktu antara kuliah dan mengajar di tempat Bimbingan Belajar (Bimbel) yang jaraknya lumayan jauh dari kampus. Semua dilakukannya untuk mengisi dompetnya. 

“Kadang makan cuma sekali di kantin kampus. Malamnya, makan roti kelapa,” ungkapnya. 

Roti kelapa ini juga yang dianggapnya punya kisah sendiri. Karena setiap kali makan malam dengan roti kelapa dia kerap menangis. Namun tetap saja dia tidak mau memberi tahukan kepada orang tuanya, jika anaknya bernasib sengsara di perantauan. 

Keberuntungan kembali berpihak. Obin mendapat beasiswa dari negara. Beasiswa itu juga yang digunakannya hingga lulus kuliah. 

Selama berkuliah, Obin memang aktif berorganisasi. Minat sosialnya tumbuh. Dia bergabung di Youth Interfaith Community, American Association of Petroleum Geologist. Dia juga tercatat sebagai ketua perkumpulan warga Batak, dan mendirikan organisasi kampus Himpunan Mahasiswa Geofisika. (Bersambung)

Editor           : Sari Hardiyanto
Reporter      : prayugo utomo

Kategori : Berita Nasional
Sumber : https://www.jawapos.com/features/14/01/2019/lagu-anak-medan-dan-roti-kelapa-hantarkan-robinson-kuliah-di-amrik

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *