Berita : Kisah Santoso Mengantre BBM di Kota Minyak Sampai Menginap di SPBU
Wikimedan – Sejak November 2018, Balikpapan heboh dengan jumlah antrean kendaraan di SPBU. Truk hingga kendaraan pribadi dan angkutan umum mengular, membuat dongkol sopir dan pemilik kendaraan. Mereka harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM).
Awal pekan ini, Kaltim Post (Jawa Pos Group) kembali melakukan penelusuran. Terkini, antrean panjang masih terjadi.
Pertama di SPBU Km 14, Balikpapan Utara. Selasa (19/2) pukul 10.00 Wita, SPBU belum buka. Masih ada truk tangki mengisi bahan bakar. Di luar SPBU antrean sudah mengular. Didominasi kendaraan truk. Sopirnya memilih bersantai atau mengobrol di warung sekitar.
“Dari pukul 08.00 Wita sudah di sini (antre) solar,” kata seorang sopir truk bernama Santoso.
Awal menghitung Pukul 08.00 Wita mengantre, truk yang dikemudikan Santoso berada pada urutan ke-16 dari antrean truk pertama. Di belakangnya masih ada 10 truk yang menunggu. Itu baru dari sisi arah Samarinda. Sementara dari arah Balikpapan, belasan truk juga sudah mengantre. “Hitungannya saya ini kesiangan. Yang di depan itu dari subuh. Bahkan tak jarang mereka menginap semalaman. Sudah biasa itu,” kata Santoso.
Dirinya baru empat bulan bekerja sebagai sopir truk. Untuk salah satu perusahaan yang berkantor di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan itu. Setiap pagi sejak empat bulan itu, Santoso mengaku sudah terbiasa mengantre panjang. Rata-rata waktu yang dihabiskannya untuk mengantre bisa enam jam sehari. Ditanya sebabnya, dia tak tahu. Yang penting dia bisa mengisi BBM. “Khawatirnya kehabisan aja. Di Kilometer 9 juga antre, lagian di sini yang dekat dari workshop,” ujarnya.
Kondisi yang sama memang terjadi di SPBU Kilometer 9, Balikpapan Utara. SPBU ini sebelumnya dituding sebagai penyebab antrean truk di SPBU dalam kota. Setelah sempat terkena sanksi dari Pertamina lantaran menjual solar kepada kendaraan berbasis industri. Membuat sopir truk membanjiri SPBU di dalam kota yang menjual solar. Namun akhir November 2018 lalu, SPBU Kilometer 9 itu sudah kembali melayani konsumen.
Di SPBU Kilometer 9, antrean mengular dari arah Balikpapan. Sampai di depan Politeknik Negeri Balikpapan Kilometer 8. Sekitar 600 meter dari SPBU. Membuat kendaraan yang melintas melambatkan lajunya karena penyempitan badan jalan. “Mengganggulah. Kalau tak diberi penghalang bisa tutup akses gang,” kata seorang warga sekitar.
Antrean juga terjadi di dalam kota. Pengamatan media setelah dari kawasan Jalan Soekarno-Hatta, ada dua SPBU yang didatangi puluhan kendaraan. Yakni di Jalan Mayjen DI Panjaitan, Gunung Guntur, Balikpapan Tengah. Di sini kendaraan roda empat mendominasi. Mengular hingga ke simpang tiga Jalan Mayor Pol Zainal Arifin (Jalan Beller). “Sudah satu jam ini antre,” sebut Ardi, seorang sopir angkutan kota Nomor 3.
Ardi mengantre premium. Di dalam kota, kata dia, hanya ada dua SPBU yang melayani premium. Di Gunung Guntur ini dan di SPBU Karang Anyar, Balikpapan Barat. Sementara sisanya menjual Pertalite. Yang menurutnya tak ekonomis di kantong para sopir angkot seperti dirinya. “Kalaupun beli Pertalite itu terpaksa kalau bensin (premium) tak ada,” sebutnya.
Pantauan media di SPBU Baru Ilir, Balikpapan Barat pun antrean truk juga terjadi. Bahkan pada malam hari, truk-truk sudah memenuhi setengah lajur badan jalan menuju ke arah Karang Anyar. Membuat kawasan padat kendaraan semakin membuat gerah pengendara yang melintas. “Siang malam antrenya,” kata seorang pengendara, Indra.
Komentar datang dari Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Kaltim Faisal Tola. Menyayangkan masih terjadinya antrean. Namun dia enggan berkomentar soal alasan mengapa kondisi ini masih terjadi hingga kini. Disebut belum ada laporan resmi yang masuk ke pihaknya dari para sopir. “Saya belum terima laporannya. Jadi belum bisa bicara banyak,” kata anggota DPRD Balikpapan itu.
Namun menurutnya efek antrean ini memang berdampak langsung kepada sopir. Karena sopir akan terjaga semalaman hanya untuk mendapatkan BBM. Akibatnya ada rasa kantuk dan lelah. Sehingga bisa meningkatkan risiko kecelakaan. “Biaya sopir juga membengkak. Karena pasti ada biaya-biaya lain saat menunggu antrean. Tapi soal efeknya bagi ekonomi Balikpapan saya belum bisa berkomentar juga. Belum ada laporan,” sebutnya lagi.
Region Manager Communication and CSR Pertamina Kalimantan Yudi Nugraha yang dihubungi media ini menyebut kondisi antrean di SPBU sudah berkurang dibandingkan sebelum November 2018 lalu. Sejumlah langkah sudah dilakukan. Di antaranya melakukan penyaluran BBM pada malam hari. Agar tak memakan waktu operasional SPBU. “Penyaluran BBM-nya juga lebih tinggi. Jadi antreannya lebih pendek,” ungkapnya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : JPG