Berita : Bincang Pemilu Bersama Sekjen Partai Bulan Bintang Afriansyah Noor
Wikimedan – Partai Bulan Bintang (PBB) punya program andalan untuk mengumpulkan suara. Di antaranya, memberikan advokasi hukum secara gratis untuk masyarakat yang terzalimi. Berikut perbincangan wartawan Jawa Pos AGUS DWI PRASETYO dengan Sekretaris Jenderal PBB Afriansyah Noor.—Seperti apa target PBB dalam pemilu kali ini?Target kami lolos (ambang batas parlemen) 4 persen. Minimal kami punya satu fraksi yang anggotanya itu minimal 35 orang di DPR RI. Kami yakin bisa mencapai itu. Kami tidak punya uang banyak. Tapi, semangat masyarakat, semangat orang-orang di daerah, mereka merespons apa yang dilakukan Pak Yusril (Ketum PBB), apa yang dilakukan PBB.Dan kemudian juga beberapa hal yang positif bagi PBB, yaitu salah satu partai Islam yang tidak pernah terlibat korupsi kan PBB.Apa strategi yang dilakukan PBB untuk bisa lolos ke parlemen?Di banyak tempat kami sudah menyosialisasikan bahwa strategi PBB ini lebih banyak kepada pengadvokasian hukum. Karena kami dan Ketum (Yusril Ihza Mahendra) adalah orang yang mengerti hukum. Jadi, kami mengerahkan kekuatan advokasi kami untuk membantu masyarakat. Contohnya, kami mengadvokasi, membela guru honorer dengan mengajukan gugatan judicial review undang-undangnya ke Mahkamah Agung (MA). Ada beberapa pasal yang merugikan guru honorer itu kami judicial review. Karena itu tingkatannya sudah sesuai dengan peraturan pemerintah. Bukan undang-undang.Kalau guru Himpaudi (Himpunan Pendidik dan Tenaga Pendidikan Anak Usia Dini) itu kami melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Karena berkaitan dengan beberapa pasal di undang-undang Himpaudi itu sendiri. Jadi, keberpihakan-keberpihakan teman-teman itu kami lakukan pembelaan.Terus, kami juga persiapkan pengajuan judicial review terhadap undang-undang tenaga kerja migran. Pekerja migran Indonesia yang berada di luar negeri. Khususnya di negara-negara Asia-Pasifik.Hampir mayoritas lembaga survei menyebut PBB masih jauh dari ambang batas lolos parlemen 4 persen. Bagaimana Anda menyikapi itu?Survei itu menjadi pemicu kami. Jadi, kami sudah mengatakan bahwa lembaga survei itu bisa saja salah bisa saja benar. Kadang-kadang bergantung titipan. Siapa yang menitipkan, bagaimana bisa menaikkan yang ini, menurunkan yang itu. Tapi, riil di lapangan, memang gerakan PBB sekarang masif. Artinya, kami dengan modal 2 juta suara setiap pemilu. Terakhir kemarin 1,8 juta. Itu sampai 2009 sampai 2014 itu 2 juta tidak pernah turun. Itu tidak dijaga, itu tidak dikawal di TPS-TPS. Yang jelas, dengan modal itu kami nggak percaya dengan survei tersebut. Bohong semua itu.Perbedaan strategi di Pemilu 2014 dan sekarang apa?Yang membedakan adalah program. Jadi, di 2014 itu saya melihat semua kader PBB tidak punya program. Kebetulan di 2014 itu kami memang mepet waktunya. Jadi, kader-kader kami yang mendaftar, menjadi caleg yang potensial itu sempat pindah-pindah partai. Nyaleg di partai lain. Kalau tahun ini potensi semua. Artinya, tokoh masyarakat, teman-teman yang berasal dari daerah yang kelompok masyarakatnya ormas-ormas yang bagus itu banyak ada di sini (PBB).Seperti apa tugas yang diberikan kepada para caleg untuk mendongkrak suara PBB?Kami memberikan imbauan, kalau mau menang itu harus menyosialisasikan diri, harus berinteraksi dengan masyarakat. Kalau tidak, bagaimana orang mengenal dan dipilih. Di samping itu, ikon Pak Yusril ini yang mendongkrak PBB. Apalagi, PBB ini sekarang hampir enam bulan kontroversi terus. Jadi omongan, jadi berita. Termasuk yang terakhir kemarin Habib Rizieq ngomong di Makkah, ramai lagi. Menurut kami, positif saja. Jadi, kami tidak pesimistis.Polarisasi di masyarakat, bagaimana menyikapi dan turut andil dalam mempersempit polarisasi?PBB menjadi jalan tengah. Kami menyebut kedua-duanya (Jokowi dan Prabowo) ini muslim. Pak Prabowo dan Pak Sandi muslim. Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf muslim. Kami yang mewarnai bahwa tidak ada yang di luar muslim. Semua muslim. PBB, ketika menggarisbawahi Partai Islam, kami lebih memilih pasangan yang ada ulamanya.